♡18%

2.6K 319 4
                                    

Rumah gue udah kaya penampungan gembel (: ruang keluarga dijadiin tempat tidur untuk sebelas orang. Teman Abang-Abang gue nginep disini.

Ditambah ada Samuel, Ucup sama Iwung. Makin ramai aja rumah gue.

Setelah sarapan bersama, kita semua sepakat buat jogging. Tadinya gue mau nolak dan milih tidur aja lagi sampai siang. Tapi kelakuan teman laknat gue gak bisa dihindarin. Baru juga gue mau tidur lagi, Fio sama Era udah lebih dulu meringkus gue.

Dan ya begini lah akhirnya. Gue sekarang berdua sama Guanlin.

Ya Guanlin.

Waktu jogging kita berpencar kemana-mana. Tadinya gue mau bareng sama Kak Seongwoo, tapi tanpa banyak bicara Guanlin menarik tangan gue.

Gue kesel sih, mau marah. Tapi gue memilih diam waktu Guanlin mengeratkan pegangannya pada tangan gue, dia membawa gue ke sudut taman yang gak terlalu ramai.

"Ri, mau sampai kapan lo diamin gue kaya gini?" Tanya Guanlin serius.

Hah? Lucu banget nih anak. Dia duluan yang marah eh sekarang malah kaya gini. Lucu.

"Lo sakit jiwa, ya?" Tanya gue tajam. Dapat gue lihat Guanlin kaget dengan pertanyaan gue.

"Rie, apa ini gara-gara Kak Sejeong?"

Si tolol ini, batin gue geram.

Bibir gue terkunci rapat-rapat, gue malas merespon pertanyaan bodoh laki-laki itu. Karena gak mendapatkan respon dari gue, Guanlin maju semakin dekat, dia mencengkram kedua pundak gue lalu dia mengguncang badan gue pelan.

"Rie, jawab..."

"Holy shit!" Maki gue kesal.

Gue menepis tangan Guanlin yang mencengkram pundak gue dengan sekuat tenaga. Gue mundur beberapa langkah, membuat jarak antara gue sama Guanlin.

"Jangan sentuh gue! Ah kenapa lo bisa selucu ini sih? Lo yang marah gak jelas terus lo juga yang kebingungan kaya sekarang!" Marah gue sembari menunjuk wajah menyebalkan milik Guanlin.

Laki-laki tinggi bermarga Lai itu menatap gue dengan tatapan sendu serta bersalah.

Persetan.

Gue perlu mengeluarkan uneg-uneg.

"Masalah sejeong yang ngakunya dilabrak sama gue? Haha gue tanya nih, emang lo liat kejadian itu langsung di depan mata lo? Dia sendiri yang mulai ganggu gue, dia siram gue pakai minuman. Anjing sih, gue tau kita baru kenal, tapi hei dude? Gue gak tau lo se-babi ini!"

"Yang dikantin juga, lu mikir deh, siapa sih yang gak marah kalau dikatain murahan? Gue gak bakalan nampar dia kalo dia gak mulai duluan," ucap gue tenang dengan emosi yang semakin naik. Dari pada kelepasan mengamuk, gue memilih ngalah dan pergi meninggalkan Guanlin. 

Guanlin terdiam mendengar ucapan gue, dia gak membantah atau pun menjawab.

Pada langkah ketiga, gue menghentikan langkah kaki gue lalu menoleh kembali ke belakang. Gue menatap Guanlin yang juga sedang menatap gue dengan tatapan kosonngnya itu.

"Satu lagi, kalau lo gak tau apa-apa, tolong tutup mulut lo. Banyak omong tanpa kejelasan malah buat lo kaya orang bego. Ah dah lah, anjing!"

Tiang - Lai Guanlin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang