"Rii, makan nih," Samuel menyodorkan sesendok Red Velvet ke hadapan gue.
Karena gue lapar, dengan senang hati gue membuka mulut dan melahap cake bewarna merah itu dengan tenang.
Ahh, sensasi rasa manis menyebar dimulut gue.
"Enak?"
"Hmm..." gumam gue santai sambil mengangguk.
Samuel terkekeh lalu kembali menyodorkan suapan kedua ke arah gue.
Setelah memenangkan babak pertama, akhirnya team gue maju ke babak final yang akan diadakan besok siang di tempat yang sama. Sekarang gue sedang berada di salah satu cafe bertema retro bersama teman-teman serta Abang gue yang entah sejak kapan ada disini.
Kita semua duduk dimeja besar khusus untuk banyak orang, sialnya dari sekian banyak tempat duduk, kenapa gue harus duduk berhadapan dengan Guanlin.
Si laki-laki brengshake, yang lebih parah lagi sejak pertama kali duduk disini, Guanlin gak sedetik pun melepaskan pandangannya dari gue. yah walaupun sesekali dia mengobrol dengan Seonho, tapi tatapannya tetap gak lepas menatap gue.
Jujur aja gue ngerasa risih.
"Biasa aja dong liatinnya," celetuk Sehun tiba-tiba. Karena posisinya berada disamping kanan gue, gue refleks menoleh dan menatap Sehun bingung.
"Gue gak liatin kok," jawab Guanlin kelabakan.
Hei!
Gue memekik dalam hati, si tolol Guanlin. Padahal Sehun ga menyebut namanya kenapa malah dia yang bereaksi.
Samuel tertawa mengejek, "Sehun gak bilang kalau lo yang liatin loh. Nyadar diri nih?"
"Bodoh," gumam gue kesal.
Gue mengambil satu suapan terakhir dari Samuel lalu berdiri seraya mengambil tas.
"Mau kemana?" Tanya Bang Jihoon.
Tangan gue meraih segelas lemon tea milik Sehun lalu meminumnya tanpa izin, yang punya minuman itu pun diam saja membiarkan gue.
"gue mau ke gramed," jawab gue setelah selesai minum.
Manik mata gue menatap Guanlin sekilas sebelum pergi.
Ah alasan aja, gue cuma mau lari dari tatapan mata Guanlim.
"Jangan lama-lama, 30 menit lagi kita pulang," Bang Woojin mengingatkan.
"Iya."
-
Sesampainya di toko buku besar ini, gue segera berkeliling mencari komik-komik yang menarik perhatian gue.
Kebetulan gue baru dapat uang saku dari Om Suho, lumayan deh bisa buat foya-foya seharian.
Dia area komik, gue memilah-milah komik berdasarkan art serta jalan ceritanya. Biasanya gue selalu membeli komik one shot alias cuma satu buku dan ga akan ada kelanjutannya.
Setelah merasa tas belanja gue hampir penuh dengan komik, gue berjalan menuju rak khusus novel yang berada disisi paling pojok di toko ini.
Tapi langkah kaki gue terhenti begitu melihat orang yang tidak asing.
Sial! Ada Sejeong dan kawan-kawan, kapan sih hidup gue bisa tenang? Demi kedamaian batin gue berbalik dan bersiap lari menjauh.
"Wah wah kebetulan banget ketemu cewek sok imut ini."Anjing, gue memaki dalam hati.
Gue berbalik, mengurungkan niat gue yang mau kabur. Mata gue memandang Sejeong dengan senyum manis yamg dibuat-buat.
Ah as always ya, Sejeong selalu bersama 2 orang sahabat (dayang) nya Elkie dan Mina.
Kayanya bakalan ribut lagi nih.
"Oh? Konnichiwa, tadi kata lo apa? Sok imut? Pfftt sorry to say ya kak, gue emang imut kok! Ga kaya lo yang penampilannya... hmm apa ya? Tua?" Balas gue dengan senyum polos yang terkesan meremehkan.
Tapi kayanya gue kelewatan deh.
Wajah Sejeong memerah marah, "kurang ajar lo ya!"
Wah gawat! Dengan cepat Sejeong dan dayangnya kompak maju, kedua tangan gue ditahan oleh Mina dan Elkie dengan erat.
Bruk!
Ughh! Tas belanja berisi buku-buku gue terjatuh dengan keras memecah keheningan di toko buku yang sedang sepi ini.
Brakkk!
"Akhh!" Gue memekik pelan saat dua orang teman Sejeong mendorong gue ke tembok hingga punggung gue membentur dinding dengan keras.
Sial, punggung gue langsung terasa nyeri.
"Haha sakit? Tapi lo pantes kok ngedapetin itu," ucap Sejeong seraya mendekatkan wajahnya kearah gue.
Jemari lentik yang dihiasi kuku-kuku palsu itu terulur mencengkram rahang gue kuat-kuat.
"Lepasin gue, bangsat!" Gue memberontak mencoba melepaskan cengkraman Elkie dan Mina.
Plak!
"Jaga mulut lo bocah!" Bentak Sejeong marah.
"Se, harusnya lo tampar lebih keras lagi!" Ucap Mina yang semakin memanaskan suasana.
Elkie tertawa sinis, dia menatap gue dengan tatapan merendahkan, "ini cewek yang mau merebut cowok orang? Gila badan rata aja belagu!"
Bangsat emang.
"Berisik! Dasar pengecut! Beraninya main keroyokan lo pada! Cuih!" Gue meludah tepat mengenai wajah Sejeong.
Karena itu, sontak Sejeong menggeram marah.
"Bocah bangsat!" Tangan Sejeong terangkat, kali ini gue memejamkan mata menyiapkan diri untuk menerima rasa sakit yang akan datang.
Selama 5 detik gue menunggu, tamparan itu gak datang juga.
Mata gue yang perlahan terbuka mendapati sosok tinggi sedang menahan pergelangan lengan Sejeong erat-erat.
"Gue gak nyangka. Padahal awalnya gue percaya sama lu, kak."
Lai Guanlin, dia yang menjadi Hero gue saat ini.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiang - Lai Guanlin ✔
Fanfiction[Proses revisi!] Lo itu tinggi, terlalu tinggi sampai susah untuk gue raih.