♡8%

2.9K 333 5
                                    

Selama berada di perjalanan, gue hanya diam dan duduk dengan tenang di atas motor Guanlin, kali ini dia mengendari motor dengan kecepatan yang manusiawi jadi gue bisa tenang.

Tapi yang gak tenang itu pikiran gue (: tadi apa coba maksudnya? Tiba-tiba nanya gitu, kan gue jadi malu.

"Woi Lin, emang festivalnya udah buka ya? Biasanya festival bukanya itu malam-malam," gue membuka suara untuk mengalihkan pikiran gue.

"HAH APA, RIE? GAK KEDENGERAN!"

Ganteng-ganteng budek. ya gak salah dia juga sih, saat ini jalan sedang ramai-ramainya dan gue malah bicara dengan suara pelan.

"EMANG FESTIVALNYA UDAH BUKA YA?! INI KAN MASIH SORE!" gue mengulangi lagi pertanyaan gue, kali ini dengan nada suara yang lebih besar.

"SEDIKIT LAGI BUKA, SAMBIL NUNGGU, NEMENIN GUE MAKAN DULU DI MCD YAK!"

"HAH NENENIN?!"

"IYA NEMENIN GUE!"

"WAH?! JUANCOK TENAN KAMU YA ANYING! HENTAI!" Sontak gue langsung memukul helm yang Guanlin kenakan sekuat tenaga.

"KOK GUE DI PUKUL SI ANYING?!" balas Guanlin yang gak terima gue pukul.

Gue tutup mulut tetapi tangan gue kembali memukul Guanlin lagi. Gue agak malu juga, kita saling ngegas di atas motor gini dan di lihatin oleh penggunan kendaraan lainnya.

Jadi gue hanya menunduk sembari berharap cepat sampai ke tempat tujuan sehingga gue bisa memukul Guanlin lebih leluasa lagi.

Akhirnga motor Vespa Guanlin berhenti di parkiran milik salah satu restoran cepat saji yang namanya udah terpampang di mana-mana, Mcd.

"Heh bocah, turun lu," Guanlin menoleh ke belakang melaluo sudut matanya.

Bukannya menuruti apa kata dia, gue malah menatap Guanlin sengit. Tangan gue kembali melayangkan beberapa pukulan di punggunya Guanlin.

"Lo kenapa dah?! Tangan lo kecil gitu kalau mukul sakit juga dah anjir!" Guanlin ngomel sambil turun dari motor dan melepas helm yang ada dikepalanya.

"Hah?! Pake nanya lagi! Lo tadi mi-minta di nenenin kan?! Gimana gue gak marah!" Gue menjawab omelan Guanlin sewot, gue agak malu sih waktu ngomong tadi.

Guanlin menaikan sebelah alisnya, dia maju lalu menyentil dahi gue.

"Sakit!" Protes gue kesal.

"Lo budek! Gue bilang nemenin bukan nenenin, bego!" Balas Guanlin dengan senyum geli yang terukir di bibirnya.

"Lagian mana mungkin gue minta nenen sama bocah baru gede kaya lo gitu. Penti--- AAAAKKH ANJING!"

Sebelum kata terlarang di ucapkan oleh Guanlin, gue lebih dulu mengigit tangannya lalu pergi lebih dulu masuk ke dalam.

Asli gue malu banget, udah salah denger malah nyolot lagi.

-

"Heh, udah dong ngambeknya. Itu bibir manyun terus lama-lama nanti jadi kaya paman gober loh."

Gue melirik Guanlin dengan tatapan sinis "Lo kenal gue?"

"Ya ampun, bocah! Lo yang salah kenapa malah lo yang ngambek dah? Nih makan takoyaki dulu, lo resek kalau belum dikasih makan gini," oceh Guanlin sembari memasukan satu butir takoyaki ke dalam mulut gue.

Karena lapar gue menerima suapan Guanlin tanpa banyak bicara, uwah lumayan enak juga. Ya walaupun gak se'enak yang biasa gue makan waktu di jepang dulu.

"Mau lagi gak?" Tawar Guanlin dengan alis terangkat.

Gue menggeleng, mata gue tertuju ke arah toko berisi aneka buku tua yang berada gak jauh dari tempat gue dan Guanlin.

Ah sejak dulu gue selalu suka dengan buku, khususnya buku lama dengan goresan bekas pemiliknya yang lama. Gue selalu suka buku seperti itu, tanpa berpikir dua kali gue menarik tangan Guanlin menuju stand itu.

"Mau kemana?"

"Situ! Gue mau lihat-lihat buku di situ!" Kata gue semangat, saking semangatnya gue beberapa kali gak sengaja menyenggol orang lain.

"Pelan-pelan aja, Chiyorie. Tokonya gak bakalan lari," tegur Guanlin halus.

Gue mengabaikan itu dan tetap menarik Guanlin, lalu saat sampai di depan toko buku itu, gue gak bisa buat gak berdecak kagum. Aroma buku tua yang khas menyambut indera penciuman gue. Ah ini salah satu aroma yang sangat gue suka!

Kaki gue melangkah masuk ke dalam toko ini, walaupun ini cuma toko kecil, tapi koleksi bukunya lumayan banyak. Rak-rak disini sangat tinggi bagi orang kerdil kaya gue, untungnya aja pemilik tokonya baik, dia menyediakan tangga khusus untuk membantu makhluk pendek kaya gue mengambil buku di tempat tinggi.

"Lo suka disini?"

"Banget!" Jawab gue sembari berkeliling melihat-lihat buku. Guanlin bergumam pelan mengikuti gue dari belakang.

Mata gue tertuju ke salah satu buku. Itu dia buku yang sejak dulu gue cari, buku ini cuma di terbitkan sekali pada tahun 90-an, dan ini buku langka.

Karena posisi buku itu berada di rak yang agak tinggi, gue sampai harus jinjit untuk meraihnya. Gue mau memakai tangga tapi tangga itu sedang dipakai pelanggan yang lain.

Minta tolong sama Guanlin? Moh, gengsi.

Gue berjinjit sembari berusaha meraih buku itu, waktu sedikit lagi gue mendapatkan buku itu, tiba-tiba Guanlin menganggetkan gue dengan ucapannya.

"Anjir?! Lo punya tatto, Rie?!"

Guanlin terlihat terkejut, refleks gue mengikuti pandangan Guanlin yang terarah kepada sisi pinggang gue yang sialnya terekspos karena baju yang kekecilan ini, kalau gue mengangkat tangan terlalu tinggi maka seragam ini akan terangkat dan bagian perut gue agak sedikit terlihat.

Biasanya gue pakai kaos dalam sehingga gue bisa bebas bergerak tanpa takut perut gue tereskpos, cuma sayang hari ini gue lagi males pakai daleman (: dan ya akhirnya rahasia kecil gue ketauan.

Gue segera menurunkan baju seragam gue, tapi itu sia-sia aja sih. Guanlin udah melihat tatto ini.

Guanlin menutup mulutnya lalu dia menatap gue gak menyangka, "Bisa-bisanya bocah SD kaya lo di tatto, itu tatto permanent kan?!"

"Ah berisik! Jangan kasih tau siapa-siapa!" Gue menunjuk wajah Guanlin mengancam.

"Tapi kok bisa?!" Tanya Guanlin yang masih shock.

Gue memutar bola mata gue malas, gue hanya mengibaskan tangan meminta Guanlin diam.

Setelah membeli buku dan makan beberapa makanan ringan, Akhirnya kita pulang. Gue bersyukur Guanlin gak bertanya lebih lanjut mengenai Tatto yang gue punya.

"Btw, Rie..." Guanlin membuka obrolan.

Suara Guanlin gak begitu kencang, gue mamajukan kepala gue, "hm? Kenapa?"

Mata Guanlin melirik gue sekelias melalui spion motor, lalu dia kembali melanjutkan ucapannya dengan senyuman manis.

"Soal yang di parkiran tadi, maaf, ya? Lo pasti kaget sama pertanyaan gue. Lupain aja gue cuma bercanda kok, hehehe."

"..."

Ya sudah kuduga.

Tbc

Tiang - Lai Guanlin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang