♡16%

2.6K 314 3
                                    

Gue gak langsung di bawa pulang ke rumah. Kak Seongwoo mengajak gue makan dulu di salah satu ditempat makan cepat saji yang baru-baru ini lagi ramai namamya.

Ya gue sih fine fine aja di ajak makan gini, apalagi kalau di traktir, h3h3. Tapi nih ya, entah kenapa perasaan gue jadi gak enak.

Kaya akan ada hal buruk yang dateng deh.

Ah semoga cuma perasaan gue aja.

Gue tersentak kaget saat ada yang menyentuh pipi gue dengan ujung jarinya.

"Adek nya sih Bantet suka banget sih bengong, nih makan lo jadi berantakan," Tegur Kak Seongwoo, dia yang mengusap pipi gue.

Tangan gue terangkat, memegang pipi gue yang tadi diusap sama Kak Seongwoo, memastikan kalau pipi gue udah benar-benar bersih dari noda makanan tadi.

"Udah gue bersihin. Lanjut makan nih," Kak Seongwoo menyodorkan satu cup ice cream rasa chocomint.

"Thank you..." jawab gue pelan sambil menyuapkan kembali ice cream itu kedalam mulut gue.

"Lo lagi ada masalahkan sama Guanlin?"

"Uhuk!"

"Yaelah segala keselek!"

Gue batuk beberapa kali sambil menepuk-nepuk dada gue untuk meredakan batuk gue. Kak Seongwoo membantu gue minum air putih dari botol minum miliknya.

"Jadi gue benar kan?" Tanya Kak Seongwoo setelah gue tenang.

"Duh Kak! Iya iya bener!" Jawab gue sewot sambil melahap ice cream gue dalam suapan besar.

Bodo amat sama image.

Kak Seongwoo tertawa geli, tangannya bergerak mengacak surai rambut gue lembut, "lo gemesin banget sih! Gausah pulang lah, ikut gue kerumah aja biar lo jadi adek gue, hahaha."

Ck, yang di acak rambut yang berantakan perasaan gue.

Gue menarik tangan Kak Seongwoo agar tangannya menjauh dari puncak kepala gue.

Gak baik lama-lama bersentuhan sama tangan laknatnya, hati gue bisa ambyar.

"Tangannya tolong dijaga ya, Kak. Mau gue gigit?" Ancam gue dengan nada bercanda.

"Ya jangan lah, nanti rabies! Hahaha!"

"Heh!"

"Bercanda, manis. Tuh es nya makan lagi, nanti keburu mencair."

Uhuy, gue dibilang manis. Samar-samar pipi gue merona merah. Tapi perasaan berbunga gue seketika hilang saat melihat kehadiran dua mahkluk yang sangat ingin gue hindari.

Lai Guanlin dan Kim Sejeong.

Mereka baru aja masuk kedalam restoran tempat gue dan Kak Seongwoo makan tadi.

Perasaan gue memburuk lagi, padahal baru aja gue merasa lebih baik. Gue menghela nafas lalu menarik ujung jaket Kak Seongwoo.

Gue mau pulang.

"Hm?" Gumam Kak Seongwoo bingung sambil menatap mata gue.

Ekspresi gue buat semelas mungkin, gue menggoyangkan lengannya dengan gerakan manja.

"Ayo pulang, gue sakit perut," ucap gue dengan raut wajah memelas.

Kak Seongwoo mendengus kecil lalu bangun, "yaudah ayo."

Gue mengangguk, memasukan handphone serta perintilan kecil hadiah dari makanan yang gue pesan kedalam tas. Sialnya posisi pintu keluar dekat dengan kehadiran dua orang itu, mau gak mau pasti kita bakalan papasan.

Memberanikan diri, gue mencengkram lengan Kak Seongwoo pelan. Teman abang gue itu jelas merasa heran dengan tingkah gue, setelah gue memberikan kode melalui tatapan mata. Akhirnya dia mengerti dan mulai ngeh dengan kehadiran Guanlin yang sedang berdua sama Sejeong.

"Woi Lin, kebetulan ketemu disini," Sapa Kak Seongwoo santai sambil menepuk pundak Guanlin.

"Ah ada Sejeong juga. Halo Se, tumben gak sama budak-budak lo," Kak Seongwoo ikut menyapa Sejeong dengan senyuman manis. Duh gue sih ogah banget manggil Sejeong Kakak. Ra sudi.

"Oh? Yo Bang," balas Guanlin yang sebelumnya terdiam selema beberapa detik memperhatikan gue dan Kak Seongwoo dengan tatapan yang gak bisa gue artikan.

"Halo Woo, lo kesini sama adek kelas?" Tanya Sejeong dengan alis terangkat. Jelas dimata gue kalau Sejeong sedang menatap gue dengan tatapan tajam serta hina.

"Yoi, tapi nii bocil ini udah kaya adek gue sendiri. Namanya Chiyorie," jawab Kak Seongwoo dengan bangganya sambil menangkup pipi gue dengan tangannya.

Hhhhh.

Gue mau pulang!

"Kak! Ayo cepet, perut gue sakit!" Keluh gue kesel.

Bodo amat, anggap aja dua orang itu cuma angin.

Gak kelihatan.

Kak Seongwoo mencubit pipi gue gemas, "Iya bocah. Dah ya, gue duluan. Rewel banget nih bayi."

Gue menarik tangan Kak Seongwoo, "Ayo! Gue alergi kalau harus satu udara sama orang bego..." bisik gue pelan tapi masih bisa di dengar sama Guanlin dan Sejeong.

"Lo?!--" Sejeong mendesis tertahan.

Gue menoleh sedikit, menatap perempuan cantik itu dengan tatapan sinis. Lalu beralih ke arah Guanlin, gue lihat dia sedang menatap gue dengan tatapan tanpa artinya itu.

Gak sampai 3 detik bertatapan, gue segera membuang muka dan pergi dari tempat itu dengan perasaan campur aduk.

"Ah jadi masalah lo karena Sejeong, ya?" Tebak Kak Seongwoo langsung ke intinya.

Nice.

Tebakan yang tepat.

Sebagai jawaban gue hanya bergumam malas. Gue mau pulang, yang paling gue butuhin sekarang itu kasur. Gue mau tidur sepuasnya sampai lupa sama semua masalah.

Dammit.

Gue benci banget sama diri gue sendiri.

Tbc

Tiang - Lai Guanlin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang