1.1.12

36 6 0
                                    

Kali ini senja di sore hari benar-benar indah di Palembang, tepatnya di Pulau Kemaro. Tidak jauh dari Pulau Kemaro, terdapat Jembatan Ampera yang Cantik bila malam hari tiba. Alam benar-benar menyuguhkan keindahan yang Luar biasa, bahkan manusia sekalipun tidak dapat menirunya. Ciptaan Tuhan pasti tidak ada yang sia-sia, dan kuyakini itu sampai sekarang.

Sebenarnya, Aku di Pulau Kemaro sejak tadi siang. Sekitar jam 11-an. Sejak kecil jika ingin liburan atau sekedar refreshing, aku pasti ke sini. Dan menjadikan tujuan pertamaku. Entah mengapa, Tapi sebenarnya dari sudut sini lah Senja tidak bisa tergantikan, di Pulau Kemaro.

Belum lagi, Jembatan Ampera ketika Senja dan Malam hari tiba. Kemegahan dan kencatikan dari Jembatan Ampera terlihat memukau. Aku tidak bisa pungkiri bahwa tempat kelahiranku benar-benar menajubkan.

Kota Palembang memang layak menjadi salah satu destinasi wisata yang patut untuk dikunjungi. Kota ini merupakan saksi atas berjayanya Kerajaan Sriwijaya dulu.

Kemashuran kerajaan ini mengundang para pedagang dari Arab dan China untuk melakukan transaksi perdagangan dengan Kerajaan Sriwijaya. Aku merasa tidak heran jika kebudayaan lokal Palembang juga sedikit banyak dipengaruhi oleh budaya Arab dan China.

Belum lagi, makanan kesukaanku yaitu pempek. Kuliner pempek di palembang juga sangat banyak, termasuk di dekat jembatan Ampera. Kalian kalau ke sini, pasti senang apalagi pemandangan dan kuliner di sini bagus dan enak.

Dan jika kalian ingin menuju ke Pulau Kemaro,di dermaga yang berada dibawah Jembatan Ampera (Benteng Kuto Besak), banyak perahu yang disewakan untuk melayani wisatawan yang ingin berkunjung kesana. Kebetulan Pulau kemaro juga di tengah-tengah sungai Musi jadi setidaknya dalam sepanjang perjalanan dari Jembatan Ampera ke Pulau Kemaro akan disuguhi dengan rumah-rumah terapung dan kehidupan masyarakat Palembang yang tinggal di sepanjang sungai.

Di pulau ini terdapat klenteng yang masih di gunakan untuk warga palembang yang keturunan Tionghoa bersembahyang. Dan ini adalah bukti bahwa budaya Tionghoa tumbuh dan berkembang di Palembang.

Pulau Kemaro juga identik dengan legenda yang berkembang dan sampai saat ini masih dipercayai oleh masyarakat. Alkisah, dahulu kala terdapat puteri raja bernama Siti Fatimah yang disunting oleh bangsawan Tionghoa bernama Tan Bun An.

Suatu ketika, Siti Fatimah diajak ke negeri Tiongkok oleh Tan Bun An untuk bertemu dengan keluarganya yang berada disana. Sepulangnya ke Palembang, mereka dihadiahi tujuh buah guci oleh orangtua Tan Bun An.

Ketika kapal yang mereka tumpangi sampai di perairan Sungai Musi, Tan Bun An membuka hadiah yang diberikan oleh orang tuanya. Dia sangat kaget karena mengetahui bahwa di guci tersebut hanya berisi sayur-sayuran yang sudah membusuk. Tanpa berpikir panjang lagi, Tan Bun An membuang satu persatu guci tersebut ke Sungai musi.

Sampai pada guci yang ketujuh, ternyata pecah, dan terdapat emas yang berada di dalamnya. Emas sengaja ditutupi dengan sayuran untuk menghindari ancaman bajak laut. Mengetahui bahwa hadiah dari orang tuanya adalah emas, Tan Bun An langsung menceburkan dirinya ke sungai untuk mengambil guci-guci tersebut.

Melihat suaminya yang tidak muncul ke permukaan, Siti Fatimah lalu ikut menceburkan dirinya ke sungai. Namun naas, Keduanya tidak muncul ke permukaan. Oleh karena itu, masyarakat sekitar masih sering datang ke Pulau Kemaro untuk mengenang suami istri tersebut.

Selain adanya kelenteng yang berdiri di tengah pulau, di pulau tersebut juga terdapat pohon cinta. Konon katanya, kalau sepasang muda mudi menuliskan namanya di sana, akan berakhir di pelaminan. Jadi tidak hanya punya kisah tragis, Pulau Kemaro juga punya mitos cinta.

Ya, itulah yang kubaca ketika Aku study tour di salah satu Museum. Ketika SMP.

Ini lah, Palembangku. Tempat kelahiranku. Tempat dimana Makanan kesukaanku. Tempat yang penuh dengan kenangan indah. Bahkan sampai sulit terlupakan.

Dan kali ini aku bercerita salah satu wisata yang benar-benar yang aku takjupkan. Yang akan menambah memoriku tentang Palembang.

"Ayuk, yang kemarin belum di jawab," sahut Bulan ketika di perahu dalam perjalanan pulang.

Aku tersenyum tanpa menjawab. Lalu Bulan memeluk lenganku, bergelayutan. Memohon kepadaku. Aku tetap tersenyum. Tidak peduli bila kali ini Bulan ngambek dan mengadu pada Bunda. Toh, Aku tidak apa-apain ke dia.

"Bundaaa.." Lengkingan Bulan ketika baru sampai di rumah Nenek. Buru-buru aku menghindar dari Bulan menuju ke Nenek yang sedang menonton tv. Kupeluk Nenek, walau masih kudengar Bulan berceloteh dan mengadu semuanya ke Bunda.

"Senja, udah mandi?" tanya nenek sambil tersenyum dan mengelus kepalaku.

"Belum, Oma," jawabku, yang semakin manja dengan Nenekku.

"Mandi dulu. Oma, mau bikin Kue buat Senja sama Bulan."

"Boleh Senja bantuin bikin Kue?" pintaku menatap mata Nenek yang semakin hari semakin sayuu dan kulitnya yang keriput.

Nenek tersenyum, "Tapi besok."

Aku terkekeh, "Oke, Oma."

Lalu aku beranjak ke kamarku lalu Mandi.

>_<>_<>_<>_<>_<>_<

"HEI, SENJA. GIMANA LIBURAN LU!?" Sapa Meila ketikaa video call tersambung pada ponselku. Kulihat di seberang, tempat Meila berada begitu ramai penuh dengan orang yang sedang berbincang-bincang di ruang itu, pantas jika Meila berteriak.

Aku tersenyum, "Sangat menyenangkan, Meila. Kalau lu gimana?"

"Baguslah," Meila tertawa, "Seperti biasa Senja. Seperti tahun lalu, tidak ada yang berubah." Lanjut Meila yang  masih diselingi tawa.

Aku ikut tertawa, "Sabar, suatu saat pasti merasakan liburan yang berbeda."

"Ya, Gue harap."

"Eh btw, kok tempat lu ramai ya?" 

Meila menengok ke kanan dan kiri, melihat sekitar di ruangan tersebut, "Ada Acara keluara," jelasnya singkat. Setelah itu seseorang memanggil Meila lalu menarik-narik tubuhnya, entah untuk apa. Dan ketika layar mengarah ke tempat lain, Aku melihat seseorang sedang mengobrol dan tersenyum dan sedetik kemudian Video call dimatikan oleh Meila.

Seseorang itu, rasanya pernah kenal. Aku tidak tahu. Tapi aku penasaran. Apa aku harus bertanya ke Meila!? Ah ya, sedetik tak mungkin Aku bisa mendekripsikan orang itu. Sudahlah lupakan.

Baru saja Aku berniat naruh Handphone di meja, tiba-tiba ada pesan masuk.

Meila : Senja, hari ini kelas 3 sedang wisuda. Gue rasa lu ga perlu nyesel ke Kak Arsya :)

Shiit! Meila! Kenapa tidak kasih tau Aku jauh-jauh hari!? Ini lagi, Akunya juga tidak tahu informasi kelas 3. Astaga!

Seketika Aku jadi sensitif setelah pemberitahuan dari Meila. Dan menyesal kenapa tidak mecari tahu sendiri. Astaga.

Ah iya, sebaiknya chat dia. Setidaknya memberi selamat.

Me : Congratulation ya kak!? Cie udah lulus aja. Sorry juga kalau Aku gak dateng, Kak. Aku lg di palembang :')

Aku tidak akan menunggu balesannya. Toh, dia juga sedang sibuk. Sebaiknya Aku mebantu Nenek yang sedang membuat Kue di dapur dan juga isengin Bulan, kurasa itu menyenangkan.

>_<>_<>_<>_<>_<

Senin, 16 April 2018

Yeya update again..
Dahal lg sibuk ngurusin kuliah..
Ulalala..

Happy reading💋

When SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang