1.1.7

60 6 0
                                    

Kasih maaf bila aku jatuh cinta
Maaf bila saja kusuka
Saat kau ada yang punya
Haruskah kah ku pendam rasa ini saja
Atau kuteruskan saja~

Kunikmati lagu dari Hivi yang berjudul Orang ke-3 sambil menghentakan kaki secara pelan-pelan. Aku yang sedari tadi mendengarkan lagu dengan volume yang cukup keras membuatku tak mendengar suara-suara dari sekelilingku.

Seketika earphone yang kupakai sejak sepuluh menit lalu, ditarik secara tiba-tiba. "Aww.. sakit coy." teriakku, aku menoleh ke pelaku yang menarik earphone secara paksa. Aku melotot, kesal juga kesakitan. Kulihat, Meila memandangiku tanpa merasa bersalah dan tiba-tiba langsung mengomeliku.

"Dengerin lagu gosah kenceng-kenceng, kuping lu pecah aja baru tau rasa!."

"Ya tuhan, doanya." ucapku sambil beristighfar dan mengelus dadaku.

"Iya, biarin tau rasa lu! Pagi-pagi bikin gue kesel aja!" Katanya, "Geser!" perintah Meila sambil mendorong pahaku dengan pahanya untuk pindah ke bangku sebelahku.

"Sensi amat, mba."

Kupasangkan lagi earphone ke telingaku, lagi-lagi Meila secara tiba-tiba menghentikan kegiatanku dengan menahan tanganku yang sedang memasang earphone

Kutatap Meila, kuangkat alisku sebagai tanda aku bertanya 'kenapa?'. Mimik Meila seperti sedang memikirkan sesuatu, tapi Aku tak tahu.

"Lu kemarin beneran dikunci di Kamar mandi?" tanya Meila.

Aku menganggukan kepala, "terus?"

"Terus lu bolos sama Langit?"

"Hhmm" sambil menganggukan kepalaku, lagi.

Dan lagi-lagi kuperhatikan Meila seperti memikirkan sesuatu, dan mungkin ada rasa kecewa. Entah lah kutak tahu. Tapi itu adalah analisisku. Aku kenal Meila. Ia tidak akan memikirkan sesuatu bila itu tak penting untuk dirinya ataupun untuk seseorang yang di sayang.

Aku tersenyum. Kutaruh earphoneku dimeja lalu berkata. "Kenapa, Mei?"

Dia yang sedari ngelamun, menoleh kearahku. Ketika Ia melihatku sedang tersenyum, Meilapun ikut tersenyum. "Kita aduin ke Pak Dendi. Ayok!" kata Meila sambil menarik tanganku secara tiba-tiba.

Ku tahan tarikkannya, "Eh tapi gue gatau siapa pelakunya, Mei?"

"Gue tau!" saut Meila dan kembali menarik tanganku.

Lagi- lagi kutahan tarikkannya dan Meila menoleh lagi kearahku, "Emang Lu ada Bukti?" tanyaku, lagi.

Meila menganggukan kepalanya dengan yakin dan melanjutkan menarik tanganku. Kali ini, aku tak menolak. Mungkin, kali ini Meila benar. Entah, aku hanya ingin percaya kepada sahabatku satu-satunya. Karena yang ku tahu, sahabat yang baik akan selalu membantumu di saat kau terpuruk sekalipun dan akan selalu mendukungmu.

>_<>_<>_<>_<>_<>_<

"KEYLA PERMATA!." panggil Pak Dendi ketika di ruang kelas IPS 3.

Aku dan Meila yang berada di luar kelas hanya menyasikan apa yang di lakukan Pak Dendi. Setelah melaporkan kejadian kemarin dan bukti-bukti yang ada seperti; pintu kamar mandi rusak karena di kunci dan harus di dobrak jikalau tidak ada kunci. Dan untuk menyakinkan bahwa Keyla adalah pelaku, bahwa dia membawa kunci kamar mandinya.

Saat ini perasaanku gelisah, bukan karena aku tak yakin dengan tuduhan Meila. Tapi Aku takut bila saja nanti Kuncinya hilang atau semacamnya artinya tuduhan kitapun sudah pasti Salah. Karena tak ada Bukti yang kuat.

Kulihat cewek itu sedang menatapku tajam ketika tasnya di rogoh-rogoh sama Pak Dendi. Dan juga guru yang sedang mengajar, Bu Etin. Mengecek kantong baju dan rok Keyla.

When SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang