Part 3

1.5K 174 11
                                    

Halo~

Silahkan dibaca~

.
.
.
.
.

"Jadi Joy? Kau akan membantuku?"

Joy mengangguk. Gaya anggunnya sama sekali tidak cocok dengan kepribadiannya yang terlalu... ceria.

Dia sudah menjelaskan sedikit tentang apa yang akan terjadi padaku.

"Tunggu... Kau sebenarnya siapa?"

"Aku itu sama sepertimu. Tapi aku sudah lama mati,"

Aku menaikkan alisku, "Kau masa laluku??? Lalu kenapa kau berada di sini?"

"Aku bukan masa lalumu," dan dia mengangkat bahunya tidak peduli, "Entahlah. Mungkin karena aku bisa membantumu, mungkin?"

Aku menghela napas, "Ugh, aku sangat berharap kalau orang lain memegang posisiku sekarang. Aku tidak percaya bahwa cerita-cerita fiksi yang kubaca akan menjadi kenyataan pada diriku!"

Joy hanya menatapku.

"Aku suka fantasi, tapi jika aku sendiri yang mengalaminya, ini terasa aneh dan mengkhawatirkan..."

"Percaya diri saja, Y/N. Aku yakin kau pasti bisa!"

"Tapi tugas ini terlalu berat! Sekarang nasib dunia ini berada di tanganku! Bagaimana jika aku membuat kesalahan? Bagaimana jika aku tidak akan bisa menyelamatkan dunia ini? Bagaimana jika aku-"

"Tenanglah, Y/N!" Joy memutus perkataanku. "Aku juga dulu sepertimu, kau tahu?"

Aku menatapnya kembali.

"Aku juga takut, sama dengan apa yang kau pikirkan dan rasakan sekarang. Tapi, aku mencoba percaya diri dan lihat hasilnya? Dunia sudah aman, walau insiden ini kembali terjadi 300 tahun kemudian..."

Aku menghela napas, lagi.

"Aku akan mencobanya..."

Joy tersenyum lebar. "Baguslah! Sekarang, aku harus melatihmu, agar kau bisa membuka segel bola itu dan mengakses kekuatanmu secara bebas!"

"Latihan apa?"

"Latihan mental, dan tentunya fisik!"

Oh, olahraga? Kau pasti bercanda!

"Aku tidak bercanda,"

"Kau bisa membaca pikiranku?"

"Kurasa ini salah satu keuntungan bagiku. Aku bisa memasuki pikiranmu jika aku mau,"

"Itu sama sekali tidak baik bagiku,"

Joy terkekeh, "Yah, tapi baik untukku,"

{***}

Joy mengajariku keesokan harinya, setelah pulang sekolah. Seperti biasanya, aku dan Jungkook pulang bersama, tapi kali ini Nara sudah kembali ke sekolah.

"Jungkook! Berhenti mengangguku!" teriakku pada Jungkook.

Nara hanya tersenyum melihat kejahilan Jungkook.

"Ayolah Y/N~ Kau tidak seru! Paling tidak hibur aku sekarang. Aku bosan dan capek karena sekolah,"

"Lalu? Aku juga capek. Kau capek tapi masih bisa mengangguku? Kau aneh,"

"Tapi kau sayang kan?"

"Bleh,"

Aku menjulurkan lidahku, membuat Jungkook tertawa.

"Oh ya, Nara. Kenapa kau tidak datang selama dua hari kemarin? Apa kau sakit?"

Wajah Nara berubah sedih. "Ayahku sakit. Jadi... aku harus merawatnya..."

[Nosce te ipsum.] {kth} ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang