Dua Puluh Dua (ATTENTION)

2.8K 120 0
                                    

Cuma mau bilang, happy reading;)

Zeera menggigit bibir bawahnya. Bagaimana ini? Hari ini tidak ada anak PMR yang bertugas, lalu bagaimana dengan Aldo? Zeera melihat Aldo tiduran di bangkar yang bagian kepalanya lebih tinggi.

Zeera meringis melihatnya, kondisi Aldo sungguh jauh dari kata baik. Ujung bibirnya robek, pipinya lebam, hidungnya pun mengeluarkan darah, walaupun tidak banyak.

Gadis itu mengingat ingat bagaimana cara mengobati orang yang memiliki luka lebam. Dulu saat kelas 7 Zeera pernah mengikuti eskul PMR, lalu karena Zeera mulai menyukai hal hal berbau bola, ia pindah ke eskul basket. Dan sekarang Zeera hanya berharap semoga ingatannya tidak luntur.

Perlahan Zeera membuka kotak P3K dan mengambil alkohol, kapas, betadine, dan salep khusus lebam. Zeera mengguncang tangan Aldo pelan agar Aldo membuka matanya.

"Eh Zee, mana petugas PMR nya?" Tanya Aldo lemah.

Zeera menggaruk tengkuknya. "Petugasnya gak ada Do, jadi..."

"Yaudah gue bakal tunggu aja disini, lo ke kelas aja Zee. Gaenak gue kalo lo nungguin disini."

"Gak Do! Gu-gue.. yang bakal obatin lo. Lo gak keberatan kan? Gu-gue bisa kok obatin lo. Dulu tuh gue pernah eskul PMR jadi gue tau lah dikit dikit tentang--"

Aldo tersenyum singkat. "Iya iya gue percaya kok."

"Bener?" Tanya Zeera meyakinkan.

Aldo hanya mengangguk sambil tersenyum dipaksakan karena sedikit saja ia menarik bibirnya, luka yang berada disudut bibirnya terasa perih.

Dengan sigap Zeera membersihkan luka Aldo yang berada di sudut bibirnya.

"Ah! Pe-pelan pelan Zee."

"I-iya Do."

Kali ini Zeera membersihkan darah yang mulai mengering yang ada di bawah hidung Aldo.

"Idung lo mancung banget dah. Jadi pengen." Zeera terkekeh pelan. Hal ini membuat Aldo menahan nafas. Untuk pertama kalinya Zeera tertawa didepan wajah Aldo, dan begitu dekat.

"Do? Lo nafas dong, nanti sesek loh."

Aldo membuang nafasnya kasar. Ia lupa kalau Zeera bisa mengetahui kalau ia tengah bernafas atau tidak, mengingat tangannya masih berada dibawah lubang hidungnya.

"Udah bersih, sekarang tinggal dikasih betadine."

Zeera menaruh tetesan betadine diatas kapas dan perlahan mengoleskan kapas itu ke lukanya.

"Lebamnya gue salepin aja kali ya?" Tanpa menunggu jawaban Aldo, Zeera mengoleskan sedikit salep lebam dikedua pipi dan pelipis Aldo yang mulai membiru.

"Selesai!" Zeera tersenyum puas. "Lo mau minum gak Do?"

"Makasih Zee. Gue gamau minum, gue maunya lo temenin gue disini. Gak keberatan kan?"

Zeera tersenyum lembut. "Gak kok, gue bakal temenin lo." Zeera memilih duduk disamping Aldo yang masih terbaring.

Zeera mendongak untuk bisa melihat wajah Aldo, alis yang tebal, kulit putih pucat, hidung mancung, dan bibir yang merona. Kalau difikir fikir, Aldo lebih tampan daripada Zefran. Apalagi kalau dilihat dari jarak yang dekat seperti ini.

Nafas Aldo lama kelamaan menjadi teratur, itu tandanya Aldo sudah tertidur. Mungkin Aldo lelah jadi kantuk langsung datang. Zeera memilih membuat teh manis hangat untuk dirinya. Zeera merasakan teh itu kurang manis walaupun gulanya sudah tiga sendok makan. Entahlah, kebiasaan ini sudah muncul sejak Zeera masih kecil. Gadis itu menyukai teh yang takaran gulanya melebihi rata rata.

My TOMBOYISH Girlfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang