Tiga Puluh Enam (INSAF?)

2.8K 116 0
                                    

Sebelum baca, mau spoiler dulu, beberapa chapter lagi bakal ending.

***

Zefran membuka amplop yang lima jam lalu diberikan oleh wali kelasnya. Lalu setelah itu ia mengambil ponsel yang diletakkannya di tas ranselnya.

"Halo, Ra?"

"Iya Zef, ada apa?"

Zefran melirik jam tangan yang masih melekat di pergelangan tangan kirinya. "Lo siap siap ya, gue jemput sekarang. Ada yang mau gue omongin."

"Hah, sekarang?"

"Iya, lo siap siap aja. Gausah dandan."

"Bukan masalah dandan, Zef! Gue emang ga doyan dandan. Tapikan gue baru aja tiduran dikasur, lo juga baru sampe kan?"

Zefran terdiam sejenak.

"Iya gue tau, tapi sebentar ko ngobrolnya. Udah ya gue mandi dulu terus ke rumah lo."

Tut

Disebrang sana Zeera menggerutu. Zefran yang dingin, kini berubah lagi menjadi Zefran yang pemaksa, dan bawel. Dengan langkah berat cewe itu mengambil handuknya lalu masuk ke kamar mandi.

Setengah jam kemudian Zefran sudah siap dengan pakaian yang menurutnya simple dan nyaman. Dibalut celana levis hitam, jaket bomber hitam dengan kaos putih sebagai dalamannya.

"Zef, baru pulang sekolah, mau kemana lagi sekarang?"

Zefran melirik Erris yang tengah menyiapkan makanan diatas meja makan.

"Zefran mau keluar lagi bentar Ma."

Erris menyernyit. "Loh, kok mau keluar? Tadi katanya mau makan, nih mama udah siapin."

"Maaf, Ma." Zefran mencium pipi Erris lembut. "Zefran keluar bentar kok. Assalamu'alaikum!"

Lalu cowo itu keluar rumah dan mengendarai kuda besinya menuju rumah Zeera. Dan sekarang, disinilah mereka, duduk berhadapan didepan sebuah cafe yang tidak jauh dari rumah Zeera.

"Jadi ada apa Zef?" Tanya Zeera.

Zefran menundukkan kepalanya. "Gue bimbang Ra."

"Bimbang? Bimbang apa?"

Tanpa berkata apapun Zefran mengeluarkan amplop yang tadi sudah ia baca dan memberikannya pada Zeera. Zeera langsung menerimanya lalu membaca surat didalamnya.

"Lo mau ambil beasiswanya?" Zeera menatap Zefran serius.

"Gue mau ambil Ra. Tapi gue gamau jauh dari lo."

Zeera terkekeh. "Elah, masa cuman gara gara gue lo nyia-nyiain kesempatan besar ini? Gue gak bakal kemana-mana kali Zef. Kuliah juga palingan gak bakal sampe ke luar negeri."

Zefran terdiam. Ia benar benar bimbang sekarang. Disurat yang masih Zeera pegang tertera tawaran beasiswa untuk salah satu Universitas di Australia. Seharusnya sekarang ia senang, kuliah di luar negeri termasuk salah satu diantara impian Zefran. Namun, sekarang ia malah sedih.

"Tapi Ra, nanti kita bakal lama gak ketemu. Lo gak bakal kangen gue gitu?" Ucap Zefran dengan PD-nya.

"Zefran, sekarang kan udah bukan zaman lithikum, udah ada HP. Tinggal vidcall kan gampang." Zeera meminum greentea latte miliknya. "Lagian bisa aja nanti lo nyantol sama bule Aussie, disana kan cantik cantik."

"Cantik-cantik, tapi gak bakal ada yang kaya lo."

Zeera memutar bola matanya. "Halah belom ketemu aja sama bule bulenya."

My TOMBOYISH Girlfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang