13 - Kiss (2)

4.5K 615 116
                                    

Hayoo yang minta ini update siapaaaa jan lupa vommentnya yak mhwhw
.
Btw chapter ini ga php loh
.
Cus ah baca
.

.

.

"

Tampan."

"Aku tau."

Jinyoung langsung tersadar dan mengulum bibirnya lalu hendak berjalan ke meja makan. Tapi tangannya tertahan oleh tangan Guanlin yang masih memegangnya.

"Kau juga cantik." ujar Guanlin sambil tersenyum lalu menarik pelan tangan Jinyoung yang dibalas senyuman oleh Jinyoung.

Saat mereka sudah duduk di meja makan, lebih tepatnya hanya Guanlin yang baru duduk karena Jinyoung masih berdiri.

"Guan."

Guanlin mendongak menatap Jinyoung karena posisi Jinyoung yang masih berdiri dan Guanlin yang sudah terduduk.

"Hm?"

"Bagaimana aku akan makan kalau kau memegang tanganku terus?"

"Apa kau sedang memberi kode untuk kusuapi?"

Jinyoung membulatkan matanya, menatap Guanlin dengan tatapan tidak percaya. Maksud dia kan bukan begitu.

"Kau ini. Maksudku, lepaskan tanganku Guanlin."

Guanlin terkekeh pelan, "Baiklah. Kulepaskan."

Perkataannya begitu, tetapi kenyataannya dia masih memegang tangan Jinyoung. Membuat Jinyoung gemas dan ingin menarik tangannya, tetapi tangan Guanlin masih betah memegang tangannya.

"Tunggu, sepertinya ada sesuatu disini."

Jinyoung mengernyitkan dahinya lalu ia mengalihkan pandangannya pada tangannya dan--

Cup

Guanlin mencium punggung tangannya lalu mengusapnya sambil mengatakan,

"Makan dengan baik, sayang." lalu perlahan melepaskan tangan Jinyoung sambil tersenyum.

Jangan tanyakan bagaimana jantung Jinyoung saat ini. Kalian pasti sudah mengetahui jawabannya.

Jinyoung cepat cepat duduk diseberang Guanlin sebelum Guanlin menyadari rona kemerahan pada pipinya dan mulai mengaduk nasi untuk Guanlin dan juga dirinya.

Makan malam kala itu ditemani dengan suasana keheningan, mereka sibuk dengan makanannya masing masing. Kadang sesekali Jinyoung menambahkan lauk pauk ke mangkuk Guanlin, ataupun sebaliknya.

Setelah selesai, Jinyoung mulai membereskan peralatan makan mereka dibantu dengan Guanlin.

"Biar aku saja, Guan. Kau istirahat saja."

"Tidak, aku akan membantumu." jawab Guanlin sambil ikut merapihkan meja makan.

"Tapi kau baru sembuh, Guan. Biar aku saja, ya?"

"Aku sudah tidak apa apa, ini semua berkat-"

"C-Cepat bawa ke dapur kalau begitu!" Jinyoung cepat cepat memotong perkataan Guanlin dan membuat Guanlin terkekeh pelan lalu mulai mengikuti Jinyoung dari belakang sambil membawa piring piring kotor.

Guanlin menyimpannya lalu mulai membantu Jinyoung.

"Aku yang memberi sabun, kau yang membilas oke?"

"Iya, sayang."

Sial. Pipi Jinyoung pasti selalu memerah setiap kali Guanlin memanggilnya sayang begitu. Terhitung sudah berapa kali hari ini Guanlin memanggilnya sayang, membuat jantung Jinyoung serasa ingin copot saja.

"Ji?"

"A-Apa?"

"Tidak."

"Hm."

"Ji?"

"Apa Guan?"

"Tidak."

"Ei."

"Ji?"

"Ap-"

Nafas Jinyoung langsung tercekat saat wajah Guanlin yang terlampau dekat dengannya. Bahkan hidung mereka sudah bersentuhan.

"Itu..."

Jantung Jinyoung sudah berdetak tidak karuan saat mata Guanlin beralih menatap bibirnya.

"K-Kenapa?"

"...pasti Daehwi yang menyuruhnya kan?"

Jinyoung langsung mengerti arah pembicaraan Guanlin. Tanpa sadar dia menganggukkan kepalanya sambil mengerjapkan ngerjapkan matanya. Guanlin tersenyum lalu mematikan air keran dan melepas sarung tangan yang Jinyoung kenakan. Membuat Jinyoung mengernyit heran, tetapi itu tidak berlangsung lama.

Karena yang terjadi selanjutnya adalah, Guanlin membalik tubuh Jinyoung menghadapnya dan menarik pinggulnya mendekat. Membuat Jinyoung refleks menempatkan kedua tangannya pada bahu Guanlin.

Nafas Jinyoung semakin mencekat ketika Guanlin kembali mendekatkan wajahnya sehingga deru nafasnya begitu terasa pada wajahnya.

"Aku ingin sembuh total, Ji. Bolehkah aku meminta lagi obatnya?"

Pipi Jinyoung langsung memerah saat mendengar perkataan Guanlin. Perlahan, dia menganggukkan kepalanya dan perlahan matanya mulai menutup.

Guanlin tersenyum lalu mulai mendekatkan wajahnya. Tangan Jinyoung diarahkannya untuk melingkar pada lehernya.

Sesuatu yang lembab langsung menerpa bibir Jinyoung. Untung saja Guanlin memegang pinggangnya, karena Jinyoung merasakan tubuhnya seperti akan merosot. Apalagi saat Guanlin menciumnya dengan sangat lembut.

"G-Guan.."

Guanlin langsung mengusap bibir Jinyoung yang masih terdapat saliva disekitarnya. Dia tersenyum lalu mengecup bibir Jinyoung sekali lagi. Tenang saja, hanya mengecup.

"Terimakasih. Aku bisa masuk sekolah besok kalau begitu."

Jinyoung langsung menyembunyikan wajahnya pada leher Guanlin, memeluknya. Dia terlalu malu, apalagi ia masih merasakan tekstur bibir Guanlin pada bibirnya.

"Hey, kenapa sayang?" tanya Guanlin sambil terkekeh pelan dan mengusap punggung Jinyoung.

"A-Aku sedang malu, Guan! J-Jangan memanggilku sayang terus ishh.."

"Eiy kenapa malu hm? Kita bisa melakukannya lebih dari ini loh."

Jinyoung langsung mencubit pinggang Guanlin lumayan keras membuat sang empu meringis kecil.

"Aw, sakit sayang."

"Berhenti memanggilku sayang, Guaaaaan~! Huhuuuu Ibuuu"

Guanlin tertawa lalu mulai menarik tubuh Jinyoung agar menatapnya. Tetapi Jinyoung masih tetap memeluk leher Guanlin.

"Hey, hey jangan terlalu erat sayang. Aku bisa mati."

Jinyoung langsung melepaskan pelukan eratnya dan menatap Guanlin khawatir.

"M-Maaf, Guan-"

Guanlin terkekeh lalu menangkup kedua pipi Jinyoung, membuat semburat merah terlihat kembali pada pipinya yang halus. Guanlin mengusap pipi itu sambil menatapnya dengan penuh sayang.

"Malam ini, mau tidur denganku?"































TBC

WAYOLO DAH CIUMAN TUH

Guanlin ngajak tidur bareng bae🌚 ada apa hayo

Ohiya kalian pengen ini end nya sampe nikah aja atau mau sama malper nya?🌚 /fix sih ini pertanyaan retorik wkwk/

Kalaupun ada mau aku private, tapi gak janji ada juga. Mhwhw

Vomment jan lupa yak sayang sayangcuuu thankisss≥﹏≤

Bau bau mendekati end nih wkwk

✔ Marry You ~pandeepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang