Pagi ini seperti biasa, Jinyoung sudah siap lengkap dengan seragam sekolahnya. Dia berjalan menuju kamar Guanlin yang masih gelap. Dia sudah tidak terkejut lagi, karena semenjak saat itu Guanlin akan tertidur dengan memakai baju yang lengkap. Tentu saja Jinyoung yang memintanya.
"Guanlin, bangun."
Jinyoung sedikit berteriak, sambil membuka gorden kamar Guanlin. Biasanya, dengan satu kali Jinyoung memanggilnya pun Guanlin akan langsung menggeliat sebentar lalu panggilan kedua membuat dia bergumam.
"Guan bangun, sudah pagi."
Tapi tidak. Guanlin tidak bergeming sama sekali, membuat Jinyoung mengernyitkan dahinya. Dia lalu menghampiri Guanlin dan duduk ditepi ranjangnya.
"Guan, bangun. Kau ha-"
"Hngg"
Gumaman kecil itu terdengar oleh Jinyoung. Dan suara Guanlin terdengar berbeda, Jinyoung juga baru menyadari kalau wajah Guanlin agak sedikit memerah. Dia mencoba memegang dahi Guanlin, dan ternyata Guanlin demam.
"Guanlin, kau demam?"
"S-Sebentar saja, bangunkan aku sepuluh menit lagi." jawab Guanlin dengan suara serak.
"Kau demam Guanlin! Apa ini karena kemarin? Ya Tuhan maafkan aku Guanlin. Ini semua salahku. Tunggu disini, aku akan membuatkanmu bubur."
Kemarin saat perjalanan pulang menuju rumah dari restoran Ibu Jinyoung, mereka sempat terjebak hujan. Guanlin sudah meminta berhenti sebentar, takut Jinyoung sakit katanya. Tetapi Jinyoung mengatakan tanggung, toh mereka sudah terkena guyuran air hujan. Lagipula Jinyoung juga jarang terkena sakit karena kehujanan. Dia menjadi merasa bersalah karena sudah egois kemarin.
Jinyoung cepat cepat bangkit sebelum tangannya dipegang oleh sesuatu yang hangat. Itu tangan Guanlin, bahkan tangannya sudah hangat begini. Guanlin benar benar demam.
"Tidak usah, sarapan seperti biasa saja. Aku akan mandi-"
"Apa maksudmu dengan mandi?"
"Aku akan sekolah."
Ah. Jinyoung ingat, Daehwi pernah mengatakan kalau Guanlin itu tidak pantang menyerah kan? Dia akan sekolah meskipun kondisinya sedang sakit. Tidak, Jinyoung tidak akan membiarkannya.
"Maafkan aku Guanlin, kalau kemarin aku tidak menyuruhmu untuk me-"
"Ini bukan salahmu. Aku saja yang lemah. Tidak usah meminta maaf. Aku baik-"
"Tidak. Kau tidak boleh sekolah."
Kepala Guanlin sudah sangat pusing sebenarnya. Dia juga sudah berusaha mengumpulkan nyawanya daritadi, tapi rasanya sangat berat. Ditambah kemarin hujannya sangat deras.
"Aku baik sungguh."
"Aku akan merasa semakin bersalah kalau kau pergi sekolah. Pokoknya aku tidak mau tau, kau tidak boleh sekolah. Tunggu disini."
"Tapi-"
"Kalau kau berani bangun dan masuk kamar mandi, berarti semua ucapan dan tindakanmu selama ini palsu. Kau tidak menyayangiku."
Guanlin mendesah pelan. Guanlin tau Jinyoung merasa bersalah dan khawatir padanya. Tapi Guanlin benar benar baik. Atau mungkin tidak? Pokoknya Guanlin masih bisa jika berangkat sekolah. Dari dulu juga begitu kan?
Begitulah pemikiran Guanlin sebelum dia mendengar suara pintu tertutup, menandakan Jinyoung baru saja keluar. Dan dia ingat, kalau dia mempunyai Jinyoung sekarang. Yang mana, dia sudah menjadi bagian dari hidupnya.
Karena pusing terus melandanya, kesadarannya perlahan menghilang. Dan dia tertidur.
***
Jinyoung sudah selesai dengan acara memasaknya. Dia sengaja memasak bubur untuk Guanlin, dan sarapan untuk dirinya. Dia akan makan sarapan bersama Guanlin dengan menu berbeda tentunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Marry You ~pandeep
RomansaSemua bercerita tentang Guanlin, Jinyoung, dan perjalanan cinta mereka yang terjalin karena sebuah perjodohan. ⚠ bxb ⚠ dilarang salah lapak ⚠ mpreg