Dengan senyum merekah di bibir tebal bagian bawahnya, Virza keluar kelas dan berhenti tepat di depan pintu. Tangannya ia masukkan ke saku rok abu-abunya. Entah mengapa -hari ini, semua yang ia temui terasa menyenangkan. Begitu matanya ia edarkan, alis Virza bertaut melihat Anton yang berjalan melewati koridor kelas 12 dengan langkah panjang tampak terburu-buru. Saat pemuda itu melintas di depan kelas XII-IPA4, dengan cepat Virza menghadangnya karena penasaran.
"Maaf ya, Vir. Aku lagi ada sesuatu yang penting!" sergah Anton sebelum Virza melontarkan sesuatu.
Anton melangkah, meninggalkan Virza dengan acuh. Virza terperangah mendapati sikap Anton yang seperti itu. Ia hanya mampu memandangi Anton dengan wajah bingung sekaligus sedih.
Anton tak peduli pada orang-orang yang menatapnya heran lantaran gerakannya yang terburu-buru. Kini matanya fokus memandangi dua siswa yang sedang duduk di bangku sebelah perpus, belajar berdua dengan penuh kemesraan. Anton melangkah semakin cepat. Di wajahnya jelas menggoreskan rasa muntab dan sesuatu entah apa -yang akan ia semburkan pada pemuda itu. Lihat saja!
***
"Tukan... kamu itu emang nggak jago kalau suruh ngitung-ngitung gini!!" seru gadis berwajah oval memanyunkan bibir, kemudian menggeret kertas yang menjadi fokus pemuda di sampingnya.
"Yauda deh nih... susah amat!!" seru si pemuda seraya menyerahkan pulpen dan lembaran soal.
Tatkala pemuda itu tertawa dan menggerakkan kepala, ia temukan seorang pemuda berseragam rapi -tidak seperti dirinya- sedang berdiri di hadapan mereka dengan ekspresi tak bersahabat.
"Aku mau ngomong serius!" ujar Anton dengan wajah datar.
Gadis di samping pemuda itu langsung mengerutkan kening heran. Ekspresi Anton terlalu serius untuk disangkal dan ditolak tawarannya. Akhirnya ia melepas kekasihnya untuk mengikuti langkah Anton. Melangkah jauh, entah, ia pun tak tahu akan ke mana mereka berdua.
***
Riana tampak mengobrol dengan asyik bersama dua temannya di ruangan yang semenjak tadi hanya sanggup dipandangi oleh pemuda yang berdiri mematung di ambang pintu. Melihatnya tertawa, ia hanya bisa menghela napas. Terasa bahwa seseorang menyodok sikunya -menyuruhnya untuk segera. Ia pandang orang-yang-menyodok dengan tatapan tidak suka.
Anton justru memaksa tubuh pemuda tinggi gagah -namun tak lebih dari Anton itu masuk ke dalam ruangan. Terlihat orang-orang yang di dalam menoleh kaget. Anton berhasil menghindari tatapan mereka, membuat mereka tak tahu jika keributan kecil itu adalah ulah Anton.
Mata sang pasien membulat saat tahu siapa gerangan orang yang masuk ruang rawatnya. Anton menjembulkan kepala, memberi kode, yang akhirnya membuat Dara dan Sandra bergerak meninggalkan Riana.
"Apaan, sih?" tanya Sandra penasaran ketika berhasil keluar.
Anton menyuruhnya diam dengan menaruh telunjuk ke bibir. Sandra kecewa, namun akhirnya duduk di kursi depan ruangan di samping Dara. Bagaimana pun, ia tak bisa untuk tidak-ingin-tahu perkara dua orang yang sedang berbicara serius di dalam sana. Entah, selama ini ia tak pernah tahu dan bahkan tak menyangka jika mereka dekat. Walau dulu mereka satu kelas dan satu organisasi, tapi terlihat dengan jelas bahwa mereka tidak bisa dikatakan dekat.
Ahh, apa haknya memikirkan ini?
Sementara itu di Kamar Melati, dua manusia yang sedang menjadi subjek penasaran Dara dan Sandra itu tampak canggung. Rasa kaget Riana belum juga ternetralisasi. Pemuda yang kini duduk di kursi sebelah ranjangnya itu tersenyum sedih. Ia ingin berucap, tapi bingung ingin memulai dari mana.
"Kamu ke sini...?" ujar Riana memecah keheningan. Tampak dengan jelas bahwa matanya sedikit berkaca-kaca.
Pemuda berseragam awut-awutan itu menatap Riana dengan mata kuyu. Ia terlalu prihatin dengan apa yang ia saksikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgetting You
Dla nastolatkówJikalau hidup itu selalu akan menemui bahagia di akhir, kenapa Virza tidak? Terjebak pada seseorang yang membingungkan itu nggak enak, kesel, susah, pusing, galau, bahkan ia sendiri pun jadi ketularan bingung. Anton bukan pemuda yang memiliki kelai...