Part 3

2.4K 84 2
                                    

"Emang gak papa aku ke rumah kamu?" tanya Manda kepada Indra.

"Gak papa kok, lagian Rere gak ada si rumah. Ara juga lagi jalan sama Johan. Jadi kamu  kerumah aja." Indra berusaha meyakinkan Manda.

"Ok, aku OTW. Ada yang mau aku omongin sama mas. Ini penting."

"Iya, sayang."

Saat ini Indra sedang berada di kantor sementara Manda sedang berada di sebuah cafe. Setelah mendapat telpon dari Manda, Indra langsung bergegas untuk pulang ke rumah dan menemui Manda.

Ketika Indra sudah sampai di rumah, ternyata Manda belum datang. Jadi, ia memilih untuk merilexkan tubuhnya sejenak di sofa. Tak lama terdengar suara ketukan pintu dari luar.

Tok...tok...tok

Indra berjalan untuk membuka pintu. Setelah membuka kan pintu, ia mempersilahkan sang tamu yang tak lain adalah Manda untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Hay sayang," sapa Indra kepada Manda.

Manda l tersenyum membalas sapaan Indra. Ia masih tampak takut berada di rumah Indra. Ia kelihatan celinga-celinguk melihat keadaan rumah Indra. Indra yang mengetahui kegugupan Manda langsung membelai rambut Manda.

"Tenang, Man. Gak ada siapa-siapa kok di rumah. Oh iya, kamu mau ngomong hal penting apa sama aku, hm?"

Manda memejamkan matanya sejenak lalu menghembuskan nafas berat sebelum menjawab pertanyaan Indra. "Mas, aku hamil," ucap Manda to the point.

"Hah? Kamu becanda kan?" Indra langsung memegang kedua bahu Manda dengan kuat.

"Aku gak bohong mas. Aku serius. Aku udah cek ke dokter dan kata dokter usia kandungan ku masuk 2 minggu."

Tanpa disangka Manda, Indra justru memeluk Manda dengan sangat erat. Manda mengira kalau Indra akan marah mendengar semua ini tapi ternyata sebaliknya.

"Aku bahagia banget, Man." Indra kembali memeluk Manda.

"Assalamualai-kum." Rere tiba tiba datang dan melihat semuanya.

Dari pancaran matanya terlihat ia sedang sangat marah. Tanpa ba-bi-bu, lagi Rere langsung menghampiri suaminya dan menarik kerah baju suaminya dengan kasar. Rasa hormatnya selama ini kepada sang suami sudah menguap entah kemana ketika melihat Manda dan Indra berpelukan.

Plak

"APA YANG KAU LAKUKAN, HAH?" Indra langsung membentak Rere setelah Rere menamparnya. Tapi Rere tidak takut sedikitpun ketika Indra membentaknya, bahkan rahangnya pun mulai mengeras.

"AKU YANG HARUSNYA BERTANYA PADAMU, APA YANG KAU LAKUKAN DI RUMAHKU BERSAMA WANITA MURAHAN INI HAH? Suara Rere tidak kalah keras dengan Indra, bahkan Rere menunjuk ke arah Manda dengan jari telunjukknya.

"JAGA BICARA MU, RE!"

"Heh, apa yang salah dengan ucapanku HAH? Harusnya kamu yang nyadar diri berani-beraninya kamu sama perempuan MURAHAN ini selingkuh di rumahku."

Sementara Manda, ia hanya terduduk di sofa sambil menutup kedua matanya dengan telapak tangannya dengan siku sebagai penopangnya. Ia tidak tahu harus berbuat apa sekarang.

"Bunda, Ayah." Seketika Indra dan Rere menoleh ke arah suara. Untuk sejenak mereka menghentikan perdebatan mereka.

Rere langsung menghambur ke pelukan putri semata wayangnya, "Sayang, hiks...hiks."

Benteng Pertahanan Rere langsung runtuh ketika melihat putrinya. Ia menangis sesegukan di pelukan Ara.

"Bunda bukannya ke Jogja, kok belum berangkat?. Terus ini ada apa?" tanya Ara beruntun.

"Tanya aja hiks ... ke ayah kamu hiks ... "

"Yah ini ada apa?"

"Sayang in-" Ucapan Indra terpotong.

"Terus perempuan ini siapa?" Ara menunjuk Manda yang duduk di sofa.

Tiba tiba Rere menyela pertanyaan Ara.

"Wanita ini adalah orang yang sudah merusak keluarga kita." Ara mengernyitkan dahinya. Rere tau maksud dari Ara lalu melanjutkan kata katanya. " ... dia ini selingkuhan ayah kamu yang brengsek itu Ra." Ara langsung menoleh ke arah ayahnya meminta penjelasan.

"Yang dikatakan bunda mu benar nak." Indra pasrah apa yang akan dilakukan Ara terhadapnya.

Ara dengan segala kemarahannya datang menghampiri Manda dan menjambak rambutnya. Ia tidak peduli meskipun Manda lebih tua darinya.

"Oh, jadi lo yang selama ini udah ngerusak keluarga gue? Yang buat hubungan Ayah sama Bunda gue nggak harmonis lagi?" Ara bertanya dengan nada sinis dengan tangan masih menjambak rambut Manda. Indra langsung mengepalkan tangannya dan rahangnya mulai mengeras.

"ALARA, LEPASKAN TANGAN MU, ATAU AYAH AKAN--"

"AKAN APA? MAU PUKUL? SILAHKAN. AYO CEPET PUKUL!" Bukannya Ara takut justru  menantang sang ayah.

"Ara sayang. Udah ya. Biar Bunda dan Ayah yang menyelesaikan ini semua." Ucap Rere menahan tangis.

Ara pun duduk di sofa yang berhadapan langsung dengan Manda. Ara berusaha menetralkan emosinya namun matanya masih terus menatap Manda dengan sinis.

"Ok, mas sekarang kamu lebih milih keluarga kamu atau PELAKOR ini?" Rere sengaja menekan kan kata 'pelakor'.

"Aku milih Manda." Indra berucap dalam satu tarikan nafas.

Ara yang tidak terima dengan keputusan sang ayah langsung berdiri dari duduknya. "Ayah udah gak sayang lagi sama Ara, hah? Kenapa Ayah lebih milih perempuan ini?" Mata Ara sudah mulai berkaca kaca.

Perlahan Indra berjalan ke arah Manda dan menyentuh perut rata Manda "karena disini ada anak Ayah."

Seketika tangis Rere langsung pecah saat itu juga. Namun dengan segera ia menghapus air matanya dengan kasar.

"Ok, kalau itu mau kamu aku akan pergi dari sini. Aku udah gak kuat sama kamu, dan secepatnya  akan ku kirim surat perceraian kita."

"Enggak bun, bunda gak boleh pergi. YANG HARUSNYA PERGI DARI SINI ITU PELAKOR ITU BUN. Bunda jangan pergi, kalau bunda pergi Ara ikut sama bunda. Please ... Ara mohon bun hiks ... hiks ...."

"Sayang kamu disini sama ayah ya? Bunda butuh waktu untuk menenangkan diri nak. Bunda janji akan menjemput  Ara nanti. Yang harus Ara tahu, bunda selalu sayang sama Ara. Bunda pergi dulu ya. Jaga diri Ara baik baik." Rere mengatakan banyak hal sambil menahan tangis.

Setelahnya Rere langsung menuju kamar untuk mengemasi pakaian dan beberapa benda pribadinya. Setelah selesai mengemas ia langsung kembali ke ruang tamu.

"Sayang bunda pergi dulu ya." Rere mengecup kening putri semata wayangnya.

Saat Rere akan melangkah kan kakinya keluar, Ara langsung mencekal pergelangan tangan Rere.

"Bun..." Rengek Ara kepada Rere. Rere hanya memberi isyarat 'semua akan baik baik saja'. Lalu Ara langsung melepas tangan Rere.

Saat Rere sudah hilang di balik pintu, ia menatap tajam ke arah Indra dan Manda.

"BANGSAT."

kemudian ia masuk ke kamarnya dan menutup pintu dengan keras.

Tbc...

Jangan lupa voment...

Follow ig : ptrinazarinaa_

AlaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang