Part 17

2.3K 80 14
                                    

Vote sebelum baca...

Happy reading guys...

Setelah puas Ara dan Johan jalan jalan, mulai dari mall makan siang, lalu ke dufan, dan akhirnya makan malam, barulah Johan mengantarkan Ara pulang ke rumahnya pukul 20.00 wib. Saat ini mereka berdua sudah ada di depan gerbang rumah Ara.

"Ra aku ngomong ke om Indra ya  kalau kamu pergi sama aku dari pagi. Biar kamu gak dimarahin dikira keluyuran kemana." Ucap Johan tersirat nada cemas dan tak enak.

"Udah gak apa apa. Kakak tenang aja aku yang bakal jelasin semuanya ke ayah. Kakak pulang aja, kakak pasti capek kan seharian nemenin aku jalan jalan?"

"Gak kok, kalau sama kamu rasa capek aku gak akan pernah kerasa."

"Sejak kapan kakak mulai jago gombal?"

"Sejak kamu mulai menghantui hati dan pikiranku." Tiba tiba saja Ara merasakan pipinya memanas, pasti saat ini pipinya sudah seperti kepiting rebus. Pikir Ara.

"Ra kamu sakit? Kok pipi kamu merah sih." Tanya Johan yang berniat menggoda Ara.

"Ish, apaan sih pulang sana." Usir Ara.

"Dih, dah ditraktir, di ajak jalan jalan sampai pegel nih kaki. Eh malah di usir." Cibir Johan.

"Oh jadi gak ikhlas nih?" Ucap Ara yang terdengar seperti sindiran.

"Ikhlas kok sayang, becanda doang." Johan nyengir sambil menggaruk tengkuknya yang  tidak gatal. "...yaudah aku pulang dulu ya." Lanjutnya sambil mengacak puncak kepala Ara.

"Iya hati hati ya kak."

"Bye."

Lalu Johan pun mulai mengendarai motornya menjauh dari pekarangan rumah Ara. Setelah motor Johan menjauh, barulah Ara memasuki rumahnya.

###

Saat Ara memasuki rumahnya, keadaanya hampir sama seperti tadi pagi, hanya saja saat pagi semuanya masih tersusun rapi sedangkan sekarang sudah ada yang berantakan. Dirumahnya sudah tidak ada tamu lagi, hanya ada beberapa pelayan yang ditugaskan untuk membereskan semuanya.

Ara berjalan memasuki kamarnya untuk mandi lalu tidur. Karena, tubuhnya terasa sangat lengket akibat keringat. Namun, saat ia akan memutar knop pintunya tiba tiba sebuah suara menghentikannya.

"Dari mana aja kamu?" Tanya Indra dengan tegas.

Ara hanya memutar bola matanya malas mendengar  pertanyaan ayahnya. "Habis jalan jalan biar gak sumpek liat orang bahagia di atas penderitaan orang lain." Sindir Ara.

Indra tampak mengeraskan rahangnya dan mengepalkan tangannya. Ia langsung menarik kasar tangan Ara sampai sang empu meringis kesakitan.

"Yah sakit." Ucap Ara sambil berusaha melepaskan cengkraman ayahnya. Namun Indra seakan tuli mendengar jeritan kesakitan dari putrinya, ia terus saja menyeret Ara mengikutinya lalu menghempaskan Ara ke ranjang.

"Ini ulahmu bukan?" Tanya Indra seperti membentak.

Setelah Ara bangun ia tidak menjawab pertanyaan ayahnya melainkan menangis sembari memegangi pergelangan tangannya yang terasa sakit.

"JAWAB SIALAN." Maki Indra sambil melempar beberapa kain yang sudah tidak berbentuk lagi ke wajah Ara.

"Mas, tolong hentikan." Ucap Manda sambil berderai air mata. Ia baru pertama kali menyaksikan Indra berbuat kasar kepada Ara.

"Kamu diam dan jangan ikut campur. Ini urusanku dan gadis sialan ini."

"Alara, kenapa kamu merusak semua ini? Mau memancing amarah ayah?"

"AKU MELAKUKAN INI SEMUA KARENA AKU BENCI DENGAN WANITA INI, AKU BENCI DENGAN AYAH, AKU BENCI DENGAN SEMUA ORANG YANG EGOIS." Ucap Ara menggebu gebu, lalu Ara langsung berlari menuju kamarnya sambil berderai air mata.

"Mas kurasa kau sudah kelewatan." Ucap Manda tersirat kekecewaan. Ia pun langsung keluar dari kamar tersebut untuk menemui Ara.

Sementara Indra ia mengacak rambutnya frustasi. "AAGH."

###

Dikamarnya Ara sedang menangis sambil memberikan tangannya salep supaya tidak memar lagi. Ia tidak menyangka ayah yang sangat disayanginya bisa berlaku sekasar ini.

"Alara." Panggil Manda

"..." Ara masih tetap menangis dan tidak ada niat untuk menjawab sapaan Manda. Lalu Manda berjalan mendekati Ara dan duduk disampingnya.

"Alara apa itu terasa sakit? Tante minta Maaf atas nama ayahmu yang sudah memperlakukan kamu sekasar tadi. Apa ada yang bisa tante bantu?"

"Bantu?" Ara tersenyum, tapi senyum mengejek. "...lo tau kalau inti dari semua masalah ini itu lo." Ara menunjuk wajah Manda.

"Kalau lo gak pernah hadir di tengah tengah keluarga gue, pasti keluarga gue gak akan hancur kayak gini. Dan sekarang lo bersikap seolah olah lo pahlawan disini. Cih keluar lo dari kamar gue." Namun Manda masih bergeming di tempatnya.

"KELUAR GUE BILANG." Manda pun terkesiap dan langsung keluar dari kamar Ara.

Tbc...

Follow ig :@ptrinazarinaa_

AlaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang