Part 24

2.3K 80 23
                                    

Happy reading guys...

Jangan lupa voment...

Setelah sampai di kediaman Wijaya, Johan membantu Ara berjalan ke rumah karena kondisi Ara yang lemas akibat terlalu emosi dan banyak menangis. Sebelum sampai di pintu, tiba-tiba saja Ara pingsan. Johan yang panik pun langsung menggendong Ara ala bridal style. Sesamapainya di depan pintu, Johan dengan susah payah mengetuk pintu rumah Ara sambil mengucapakan salam dengan keras.

Tak lama, tampak pintu yang terbuka dari dalam dan muncullah seorang wanita dengan perut sedikit membuncit menatap ke arah Johan dan Ara dengan pandangan khawatir.

"Ya ampun, apa yang terjadi sama Ara?"

"Maaf, tante, nanti saya jelaskan apa yang terjadi. Sebaiknya Ara dibawa ke kamar dulu untuk istirahat." Tanpa menunggu jawaban dari Manda, Johan langsung membawa Ara ke dalam kamarnya dan sesampainya di kamar, Johan langsung meletakkan Ara di ranjang dengan hati-hati

Kemudian, Johan menyelimuti Ara dan langsung pergi keluar untuk menemui ibu tiri Ara alias Manda.

"Apa yang sebenarnya terjadi sama Alara?" tanya Manda. Kemudian, Johan langsung menceritakan kejadian-kejadian buruk yang menimpa Ara.

"Ya ampun. Jadi, itu sebabnya selama lima hari Alara tidak mau masuk sekolah. Tante merasa bersalah sekali dengan Alara. Karena secara tidak langsung tantelah yang membuat Alara menjadi pribadi yang tertutup dan lebih memendam rasa sakit hatinya sendiri." Manda berucap dengan lirih.

"Maaf, tante. Saya tidak bisa berkomentar apapun karena saya tidak ingin mencampuri urusan keluarga kalian. Dan, saya permisi, untuk pamit pulang. Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam, sekali lagi makasih ya nak Johan sudah mengantar Ara."

"Sama-sama tante."

###

Selama di kantor, Indra sama sekali tidak fokus pada pekerjaannya. Sejak sore tadi, ia selalu memikirkan keadaan Ara, putrinya. Sore tadi, Manda menelponnya dan mengabarkan bahwa sepulang sekolah tadi Ara pingsan, dan ketika Manda ingin masuk melihat keadaan Ara. Ternyata, pintunya sudah di kunci dari dalam yang artinya Ara sudah sadar namun, tidak ingin di ganggu.

Indra ingin segera menyelesaikan pekerjaannya dan pulang untuk melihat kondisi Ara. Bagaimanapun juga, meski hubungan keduanya merenggang, Indra tetaplah sayang kepada Ara sekalipun Ara membenci Indra sekarang.

Merasa sudah tidak fokus untuk bekerja, Indra memutuskan untuk pulang saja daripada bekerja tapi pikirannya ada di rumah. Sesampainya di rumah, Indra mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Tak lama, Manda membukakan pintu dan menjawab salam dari suaminya dan mengambil tangan Indra untuk di kecupnya.

"Bagaimana keadaan Ara? Apakah dia sudah makan?" tanya Indra.

"Belum mas. Dari siang tadi, Ara sama sekali tidak mau keluar. Aku sudah beberapa kali mengetuk pintunya untuk memintanya makan. Tapi, justru dia mengusirku," ucap Manda

"Jika sudah seperti ini, akan sulit membujuk Ara agar mau keluar kamar. Oh aku ada ide. Minta bi Ismi mengambilkan kunci cadangan dari gudang."

"Baik, mas."

###

Ceklek...

Setelah mendapat kunci cadangan kamar Ara, Indra langsung menuju kamar Ara dan membukanya.

Pemandangan pertama kali yang Indra lihat cukup menyesakkan hati seorang ayah manapun. Ara tengah tidur meringkuk dengan selimut menutupi tubuhnya sambil menyebut nama bunda dalam tidurnya. Indra berjalan perlahan menuju ranjang Ara dengan perasaan tidak karuan. Di sentuhnya kening Ara dan ternyata Ara sedang demam sehingga selalu menyebut nama bundanya karena rasa rindu yang sudah tak terbendung.

"Manda, tolong ambilkan air hangat dan kain bersih." Manda hanya menganggukkan kepalanya dan berjalan menjauh untuk mengambil apa yang diperlukan Indra.

Setelah Manda kembali, Indra langsung mengompres kening Ara dengan air hangat guna menurunkan panasnya. Ara masih tak henti-henti menyebut nama bundanya di alam bawah sadarnya.

"Hei, little queen. Tidurlah sayang, ayah menyayangi mu. Selalu." Indra mengelus punggung Ara agar Ara dapat tidur dengan nyenyak.

Dirasa Ara sudah tidur dengan nyenyak, Indra langsung berjalan keluar kamar. Sedari tadi, Manda hanya menunggu Indra di depan pintu karena apabila ia ikut ke dalam, ia tidak akan mampu mendengar rintihan Ara yang nantinya akan menambah rasa bersalahnya.

"Kenapa kau belum tidur?" tanya Indra sambil mengecup kening Manda.

"Aku menunggumu," jawab Manda.

"Kau tidur duluan saja. Aku masih ada pekerjaan yang belum terselesikan di kantor tadi. Pekerjaan untuk mencari tahu keberadaan Rere." Tentu saja kalimat terakhir itu hanya Indra ucapkan dalam hatinya.

"Baiklah, aku ke kamar dulu."

Tbc...

Sekian dulu, sorry kalau pendek.

Follow ig : @ptrinazarina__
Follback? DM



AlaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang