3.2

95 12 2
                                    

Rin san menghubungiku malam itu. Mengatakan jika ia ingin memesan cafe secara khusus untuk keperluan pribadinya seraya mengajakku bertemu di cafe. Aku tidak bisa menolak. Sudah cukup lama juga kami berdua tidak bertemu karena kegiatanku yang padat dan masalah yang akhir-akhir ini semakin memggangguku. Rasanya akan egois sekali jika aku menolak permintaannya. Lagipula... aku menghormatinya sebagai seorang gadis yang sudah ditunangkan denganku.

"Aku akan bertemu Rin san besok. Ku harap kau tidak menggangguku" Aku bicara pada diriku sendiri. Dia sama sekali tidak menyahuti ucapanku. Diam. Menyembunyikan eksistensi dirinya di dalam diriku.

"Hey" Panggilku datar. Tapi tidak ada suara. Dia tetap bisu. "Kenapa kau tidak pernah menunjukkan diri di hadapannya?" Masih belum menyerah. Aku kembali bertanya.

Dia masih belum menyahuti ucapanku. Masih membisu. Aku mendesah pelan.

"Jika kau tidak mengganggu kencanku dengan Rin san, aku akan menaikkan gaji gadis itu bulan ini" Kataku datar dan dengan sengaja memberi sedikit penekanan pada kata kencan. Lalu sekarang kurasakan sesuatu mengusik benakku. Dia bereaksi. Menggeram kesal.

"Jangan remehkan pekerjaannya dengan ucapan pengecutmu itu! Dia bahkan berkali lipat lebih baik dari gadis yang akan mengajakmu berkencan!"

Dia marah. Aku mendesah kasar. Sama sekali tidak berniat membalas amarahnya. Dia benar-benar tidak bisa di prediksi meski kami berada dalam tubuh yang sama. Tapi satu hal yang masih membuatku penasaran. Apa yang dia lihat dari gadis itu sebenarnya? Ralat. Apa yang membuatnya tertarik sedemikian rupa dengan gadis seperti itu? Aku tau pasti dia punya selera yang tinggi. Tidak terkecuali pada perempuan. Dan percayalah. Gadis seperti Shuichirou bukan gadis yang akan membuat sosok seperti orang itu tertarik sampai sedemikian rupa. Dia---Shuichirou---punya otak yang pintar. Aku tau itu dari Kuroko. Sejak SMA gadis itu selalu mendapat beasiswa tak terkecuali kuliahnya. Dia juga sering menjadi perwakilan pertukaran mahasiswi, tapi sosok seperti itu banyak sekali. Dan rasanya... jika hanya itu alasan kenapa dia sangat tertarik pada Shuichirou itu tidak masuk akal. Karena Rin san bahkan jauh lebih pintar dari gadis itu jika itu tentang pendidikan.

"Hai, hai. Maafkan aku"

Dia mendecih saat mendengar kata maaf yang ku lontarkan. Dan setelahnya dia tidak mengatakan apapun lagi.

.

.

.

Sesuai yang sudah dijanjikan. Rin san benar-benar memesan cafe sebagai tempat pertemuan kami. Aku sengaja meminta Midorima buat menjauhkan gadis itu dari cafe. Berjaga-jaga agar dia tidak melakukan sesuatu hal yang nantinya akan semakin membuat semuanya tidak terkendali. Juga... kehadiran gadis itu sudah benar-benar membuat nya semakin keras kepala.

Pagi-pagi sekali aku sudah berada di cafe. Midorima, Himuro dan Kagami pun sudah berada di cafe. Kami memulai hari dengan merapihkan kembali cafe. Tak lama setelahnya Aomine dan Momoi tiba di cafe lalu selang beberapa menit setelah kedatangan mereka berdua Kuroko, Takao, Murasakibara dan Kise juga sampai di cafe.

"Aku akan pergi berbelanja" Kata Kagami datar. "Oi Kuroko, ikut aku!" Serunya keras. Kuroko hanya mengangguk kecil. Menyetujui permintaan Kagami. Namun, sebelum Kagami dan Kuroko bersiap, Midorima lebih dulu menyela mereka berdua.

"Aku yang pergi. Kagami, bantu Himuro di dapur, dan Kuroko tetap di cafe" Dia berujar tenang.

Untuk beberapa saat Kagami mengerutkan kening, namun mengangguk setuju. Lagipula dia juga harus membantu Himuro di cafe meski pelanggan hari ini hanya akan ada satu orang saja.

OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang