6.2

132 13 2
                                    

Setelah kesepakatan itu, dia benar-benar melakukan apa yang dia katakan dan sebagai balasannya aku juga melakukan hal yang sama. Melakukan apa yang harus ku lakukan. Terkadang dia memang mengambil alih, dan seperti biasa aku selalu tidak punya ingatan akan apa yang sudah dilakukannya saat dia mengambil alih tubuh ini. Setidaknya selama dia tidak melakukan sesuatu hal yang ceroboh aku bisa memakluminya. Sama seperti dirinya yang tetap diam saat aku menghadiri makan malam dengan kekuarga Takahara. Tentu Rin san juga termasuk kedalamnya.

"Beberapa hari ini, sebenarnya kau pergi kemana?" Aku bertanya. Saat ini kami tengah berada didalam kamar. Sunyi tentu saja. Rumah memang selalu sepi saat malam. Para pelayan tentu saja beristirahat.

"Bukan urusanmu. Selama aku tidak berbuat masalah, kau tidak akan ikut campur"

"Hm. Tentu saja. Aku hanya sedikit penasaran karena akhir-akhir ini kau sering sekali berpergian. Meski sepertinya tidak sampai membuat tou sama curiga"

"Lihatlah kau sedang bicara dengan siapa. Tentu saja semua sudah ku persiapkan matang-matang. Bahkan bagian terburuknya pun sudah ku persiapkan. Selanjutnya hanya menunggu kedungaunmu berkurang saja"

Menghela napas berat. Aku hanya mengangguk singkat agar perdebatan ini selesai. Semenjak pulang dari menjenguk Shuichirou malam itu, tingkahnya mulai aneh meski tentu saja tidak aneh bagi orang lain. Ada sesuatu yang dia persiapkan meski entah apa dan untuk apa. Aku sama sekali tidak tau kemana arah fikirannya bekerja. Pekerjaan kami memang selesai dengan sempurna--seperti biasa--tidak ada halangan, hanya saja memang ada yang sedikit berbeda pada dirinya. Sedikit penasaran akan apa yang selalu ia maksudkan mengenai kedunguanku. Mengenai pekerjaan hasil yang kami dapatkan selalu sama. Lalu maksud kedunguan itu pada bagian mana? Dia tidak mengatakannya dengan jelas. Ah omong-omong mengenai pekerjaan, aku baru ingat jika beberapa hari ini semua orang di cafe meminta tambahan staff. Pengunjung semakin banyak dan kesibukan mereka semakin penuh. Ditambah sejak beberapa hari lalu Shuichirou meminta pengurangan jam kerjanya dengan dalih menyelesaikan tugas kuliah--tentu saja tidak bisa ditolak--juga semakin minimnya waktu Midorima mengunjungi cafe. Kami benar-benar membutuhkan staff baru. Hanya saja... masalahnya bukan hanya itu. Mencari staff pekerja baru mungkin mudah. Hanya saja... mencari staff yang memiliki kualifikasi yang sesuai dengan cafe justru bagian tersulitnya. Aku tidak bisa membiarkan sembarangan orang bekerja di cafe. Walau bagaimanapun cafe ini merupakan usaha yang ku rintis mati-matian. Maka staff pekerja pun harus mampu memenuhi seluruh kualifikasi yang sesuai dengan cafe ini. Aku tidak mau mendapatkan staff pekerja yang akan mencoreng nama baik cafe yang dibangun susah payah.

Himuro pergi lebih dulu. Shuichirou sedang memakai waktu istrahatnya hingga tidak punya pilihan lain untukku turun tangan langsung membantu Kagami. Dia pasti kesulitan memenuhi pesanan yang masih terus berdatangan. Beberapa menit berlalu hingga kehadiran sosok itu kembali di dapur. Kagami meneriakinya yang segera ia patuhi. Mencuci bersih tangan dan mulai bekerja. Ada sedikit  keanehan pada darinya. Wajahnya pucat. Kantung mata nampak jelas. Dia bergerak seperti tanpa nyawa hingga pekikan Kagami memutus semuanya. Diawali dari tangan yang berdarah juga kulit yang terkena minyak panas.
Setelahnya aku tidak tau apa yang terjadi. Dia bergerak cepat. Mengambil alih. Mengambil semua kesadaran milikku. Memaksaku kembali tidur.

.

.

.

Kesadaranku kembali dan mendapati ruang kerja yang tertangkap oleh iris mata. Sedikit heran. Apa yang terjadi setelah kekacauan di dapur? Aku tidak bisa mengingatnya. Seluruh ingatan saat aku tidur tetap tidak bisa kumiliki sepenuhnya. Tidak seperti dirinya yang memiliki kendali penuh atas ingatan kami bahkan saat dia tertidur.

OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang