5.2

126 14 10
                                    

Kembali berkutat dengan kegiatan cafe. Hari ini cafe sesibuk biasanya. Jadwal cafe sangat padat, dan disaat seperti ini justru gadis itu tidak datang bekerja. Sakit. Itu alasan yang diberikan seorang temannya saat pagi-pagi dengan tergesa mendatangi cafe saat cafe belum buka.

Pagi-pagi sekali seorang perempuan berjalan tergesa mendatangi Takao yang baru saja membereskan kursi. Dari interaksi keduanya dapat ku lihat jika mereka saling mengenal. Gadis itu berbicara cepat dengan wajah yang tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Dia beberapa kali membungkukkan tubuhnya seolah melakukan permohonan maaf yang teramat. Takao hanya mengangguk dengan raut wajah yang tidak enak. Lalu tak beberapa lama setelahnya gadis itu kembali membungkukkan tubuh nya dan bergegas pergi.

Takao menghela nafas berat saat menyimpan piring dan gelas kotor di tempat cuci sebelum akhirnya berjalan mendekatiku.

"Akashi kun, hari ini Shu chan izin tidak masuk, anak itu terkena demam tinggi" Takao berkata tenang meski dia menghela nafas berat. Raut wajahnya nampak kecewa dan khawatir.

Aku membalasnya dengan anggukan kecil sebelum akhirnya bergegas menuju dapur. Gadis itu tidak datang yang artinya dapur akan membutuhkan satu tenaga lain.

Seperti yang sudah diprediksi. Hari minggu cafe selalu penuh. Pelanggan berdatangan tanpa henti. Kegiatan di dapur semakin menggila. Himuro dan Kagami tetap tenang saat menyelesaikan semua pesanan yang mereka terima. Aku ikut turun tangan membantu kegiatan dapur. Sebagai pemilik, aku tidak bisa hanya berdiam diri saja saat semua pekerjaan mulai menggila terlebih kurangnya personil yang membantu kegiatan dapur. Selama berkutat di dapur dapat ku rasakan sosok yang sejak malam tadi terus mencemoohku setelah kembalinya aku dan Rin san dari tempat tinggal gadis itu diam tanpa suara. Aku bahkan nyaris tidak bisa merasakan keberadaannya dalam diriku.

"Kuroko, kau tau tempat tinggal bocah itu?" Tanya Kagami saat jam istirahat tiba. Mereka berbincang di tempat khusus pegawai. Berkumpul lengkap kecuali Midorima dan Kise yang tidak hadir hari ini. Aku tidak ikut duduk disana. Duduk di tempat kerjaku dengan alasan mengurusi beberapa pekerjaan sambil menikmati segelas occha hangat dengan tenang.

Tampak kepala Kuroko menggeleng kecil. Wajahnya tetap datar. Tidak terganggu meski dapat ku pastikan jika Kuroko cukup khawatir.

"Tetsu, kau senpainya dan orang paling lama yang mengenal bocah itu dan kau tidak tau dimana rumahnya? Payah" sahut Aomine sambil menguap.

Kuroko menghela napas pelan. Sama sekali tidak tertarik akan cemoohan yang diucapkan Aomine padanya. Justru wajahnya tetap tenang tidak menunjukkan penolakan apapun. "Aomine kun, sudah ku bilang jika Shuichirou san tidak pernah berinteraksi dengan lawan jenis berlebihan apalagi membicarakan tempat tinggalnya" katanya tenang sambil menyesap vanilla milkshake dihadapannya.

"Momoi chan, apa kau tau tempat tinggal Shu chan? Menurutku di cafe ini Shu chan lebih banyak bicara denganmu" Himuro membuka suara. Menatap satu-satunya perempuan diantara mereka.

"Benar itu Satsuki. Shu sering bicara denganmu kan?"

Momoi terlihat gugup. Tersenyum salah tingkah. Kedua tangannya meremas apron yang ia kenakan. "Etto, kami memang dekat" dia menjeda. Senyum kaku kembali terlihat di wajahnya. "Tapi kami tidak pernah membicarakan soal tempat tinggal. Ah. Lebih tepatnya Ken chan tidak pernah mengatakan apapun tentang dirinya"

Hela nafas putus asa terdengar. Wajah-wajah itu tertunduk dalam. Menyesali satu hal yang mereka semua lupakan. Mereka semua nyaris tidak tahu menahu mengenai gadis itu.

"Amasa..." suara bernada malas nan datar itu menginterupsi diikuti oleh tolehan semua kepala pada si pemilik suara. "Kalian berisik sekali. Jika hanya tempat tinggal Chiro chin aku tau dimana tempatnya" suara malas itu terdengar bersamaan dengan hela nafas.

OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang