4.2

105 13 0
                                    

Setelah kejadian waktu itu di cafe, aku tidak menunjukkan diri lagi di sana. Terlebih banyak sekali pekerjaan yang diberikan otou sama padaku sehingga fokusku pada cafe semakin berkurang. Malam itu, Midorima langsung membalas pesan yang ku kirimkan. Isi dari pesannya bahkan membuatku merenungkan jawabannya cukup lama.

'Akashi, apa kau pernah memberitahukan tentang dia pada Takahara san?'

Aku mendesah kasar saat mengingat kembali isi dari pesan yang dikirimkan Midorima malam itu. Apa aku sudah memberitahu Rin san tentang keberadaannya? Tidak. Aku tidak pernah memberitahukannya pada Rin san atau siapapun. Yang mengetahui kondisiku mungkin hanya orang-orang tertentu saja.

Lagi pula untuk memberitahukan pada Rin san mengenai masalah itu, aku masih belum yakin. Aku rasa aku memang belum yakin akan memberitahukan sisi lain diriku pada gadis yang sudah bertunangan denganku hampir dua tahun.

Getar ponsel kembali mengambil alih atensiku. Kali ini nama Kuroko tertara di layar ponselku. Aku mengerutkan kening. Jarang sekaki Kuroko mengirimiku sebuah pesan.

'Akashi kun, Shuichirou san tetap tidak bisa datang hari sabtu besok. Dia bilang dia harus pulang ke rumahnya'

Kening berkerut. Gadis itu berani menolak permintaan untuk bekerja pada hari libur hanya karena alasan harus pulang? Sepertinya aku harus mendisiplinkan pegawai asing ini.

"Kau tidak tau apapun tentangnya. Dan jaga ucapanmu yang tidak akan mengusiknya sedikit pun!"

Menghembuskan nafas pelan. Entah kenapa, dia selalu muncul saat aku tanpa sengaja memikirkan gadis itu. Sebenarnya seberapa besar gadis itu mempengaruhinya selama ini?

"Katakan semua itu setelah kau tau apa yang kau katakan barusan"

Aku kembali menghembuskan nafas pelan. Dia benar-benar tidak menyukai sesuatu yang menyinggung gadis itu. Apa gadis itu sebegitu berharganya?

"Aku penasaran apa yang sudah dilakukannya sampai membuatmu jinak seperti ini" Kataku setengah mencemooh. "Mungkin lain kali aku akan memintanya mengajariku cara menjinakkanmu" Jelas sekali ini sebuah sindiran buatnya.

"Sekedar mengingatkanmu jika aku tidak akan pernah memaafkan siapapun yang meremehkanku meski itu otou sama dan kau sendiri. Aku bisa menghancurkan keduanya"

Aku mengangguk sekilas. Akan sangat menyebalkan jika dia kembali mengoceh tentang hal itu. Aku sudah cukup bosan dengan semua pemikirannya. Meski dia memang nyaris selalu benar akan apa yang dikatakannya, tapi keangkuhannya terlalu berlebihan. Rasanya dia masih belum banyak berubah bahkan setelah dikalahkan oleh Seirin.

"Dan mengingatkanmu kalau kau lupa, kau akan ikut hancur saat aku hancur" Balasku datar. Dia seolah lupa jika kami berbagi di satu tubuh yang sama. "Aku heran apa yang membuatmu begitu tertarik pada Shuichirou padahal dia jauh sekali dari seleramu yang kelewat tinggi dan tak masuk akal itu"
Untuk beberapa saat dia tidak menjawab apapun. Seolah dia sedang merenungi diri.

"Kau akan tau setelah melihatnya"

Aku hanya mengangkat bahu tak peduli. Lagi pula hubungan lawan jenis bukan prioritasku. Jika otou sama tidak menjodohkanku dan melakukan pertunangan dengan Rin san, mungkin sampai saat ini aku tidak tertarik menjalin hubungan dengan seorang gadis. Bagiku menyelesaikan semua tugasku dan semua hal yang ku suka terlebih basket dan shogi lebih dari cukup daripada harus membuang waktu dengan seorang perempuan.

"Hee~ aku tidak tau kau akan mengatakan hal seperti itu. Dia benar-benar membuatmu sedikit jinak, eh?"

Dia mendecih kasar sebelum akhirnya kembali menyingkirkan diri. Tapi aku tau dia tetap mendengar ucapan yang ku katakan.

OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang