6.

115 13 0
                                    

Waktu kembali berjalan seperti biasa. Perkuliahanku berjalan lebih cepat dari seharusnya. Aku harus segera lulus. Setidaknya aku harus berusaha keras agar lulus dari Universitas lebih cepat dari teman-teman satu angkatanku. Dengan begitu aku bisa segera mengunjungi nenek di sana. Pergi sejauh mungkin, dan berharap sebelum benar-benar pergi, Akashi san mau mempertemukan ku dengan sosok itu. Aku ingin mengembalikan jerseynya. Aku juga ingin menyelesaikan urusan kami yang belum selesai. Maka dari itu aku harus segera bergegas menyelesaikan studyku.

Seperti hari biasa, aku bekerja di cafe. Kali ini aku mengambil jam kerja lebih sedikit dibandingkan biasanya. Kesibukanku beralih pada study yang harus segera selesai. Akashi san juga sesekali membantu pekerjaan di cafe. Sesekali ikut turun tangan membantu kesibukan dapur. Namun seperti yang sudah ku duga. Tidak ada interaksi diantara kami. Sama seperti pertama kali bertemu. Kami tidak banyak bicara selain mengatakan seperlunya saja. Kagami san masih sering memarahiku saat di dapur, kali ini intensitas kemarahan Kagami san bahkan lebih besar dibandingkan sebelumnya. Tidak heran sih mengingat aku kadang tanpa sadar tertidur sambil berdiri di dapur yang tentu saja membuatnya emosi seketika. Kadang Kuroko senpai menegurku dengan pembawaan datarnya tatkala melihatku mengerjakan tugas di sela sela istirahat cafe. Mengingatkanku untuk beristirahat. Murasakibara san lebih sering memberiku cake, dia bilang makanan manis dapat menambah energi. Para rekan kerjaku di cafe sungguh baik. Aku benar-benar beruntung bisa bekerja di sini. Sama sekali tidak menyesal meski awalnya ragu mengingat pegawai di cafe ini di dominasi oleh laki-laki terlebih aku tidak bisa berkomunikasi dengan baik pada laki-laki asing--untuk ini aku tidak pernah mendapatkan alasan pasti mengapa enam tahun lalu aku bisa berbincang dengan mudahnya pada sosok itu--

"Oi Shu, berapa lama kau tidak tidur?" Itu suara Aomine san. Terdengar malas. Bahkan dia menguap setelah mengucapkan kata-kata barusan.

Saat ini aku tengah beristirahat di ruang khusus pegawai. Sebenarnya tidak tepat jika disebut sebagai istirahat karena aku sedang berkutat dengan laptop di hadapanku. Melakukan pekerjaanku sebagai seorang mahasiswa. "Aku selalu tidur setiap malam, Aomine san" jawabku datar tanpa mengalihkan pandangan mata dari layar laptop.

"Ken chan, kau butuh istirahat. Hora... kantung matamu terlihat jelas" kali ini suara lembut milik Momoi san yang terdengar. Dan demi mendengar suara yang syarat akan kekhawatiran itu, tanpa sadar jemariku berhenti bergerak. Wajahku terangkat pelan hingga dapat ku lihat dengan jelas wajah Momoi san yang terlihat khawatir. Aku tersenyum. Sebisanya membuat raut wajah biasa saja. Sungguh, sepertinya memangkas habis jam tidurku selama lebih seminggu akan berdampak buruk pada kondisiku.

"Daijobu Momoi san. Aku baik-baik saja. Bahkan tadi aku sempat tidur" kataku tenang tak lupa memasang senyum meski hanya sekilas. Lagipula aku tidak berbohong. Tadi aku tertidur meski hanya sepuluh menit. Sepuluh menit juga bisa dibilang tidur kan?

Ini hari minggu dan kebetulan semua pegawai cafe datang dan tak heran jika cafe penuh sejak awal dibukanya. Terlebih dengan kehadiran Kise san di sini. Tentu semakin banyak pula pelanggan perempuan yang datang.

"Shuichirou cchi, wajahmu benar-benar mengkhawatirkan. Aku tidak tega melihatmu" suara yang bernada sedikit rengekan itu menghampiri gendang telingaku. Tanpa sadar membuat leherku menoleh dan mendapati sosok Kise san yang berdiri bersandar di pintu masuk. Lengkap dengan setelan pelayan cafe yang ia pakai.

"Aku baik-baik saja Kise san. Ah, sebentar lagi aku akan kembali ke dapur, sepertinya Kagami san dan Himuro san cukup kerepotan" kataku sambil bersiap menyelesaikan semua tugas yang ada dihadapanku. Menyimpan baik-baik folder tugas yang sudah seperti nyawaku, lalu ku tutup layar laptop dan menyimpannya kembali di loker milikku.

OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang