4.

139 13 0
                                    

"Akashi punya kepribadian ganda. Dan yang kau temui tadi di dapur adalah Akashi yang satunya"

Suara Midorima san masih saja menggema di telingaku. Kepribadian ganda? Akashi san yang satunya? Rasanya kepalaku penuh sekali oleh kata-kata itu. Yang kemarin itu... apa itu bukan hanya halusinasiku semata? Itu nyata? Tangan sosok itu bahkan mengusap pelan kepalaku sama seperti yang dia lakukan enam tahun lalu sebelum kami tidak pernah bertemu lagi.

Jadi... sosok yang ku cari hampir enam tahun ini adalah Akashi san yang satunya? Enam tahun lalu, orang yang ku temui adalah Akashi san? Bukan hanya mirip. Tapi dia benar-benar Akashi Seijuuro. Pemilik cafe tempatku bekerja. Aku mengacak rambutku dengan kasar. Kenapa semuanya jadi rumit sekali? Alter ego ya? Akashi san yang ku temui enam tahun lalu dan yang ku temui kemarin di dapur cafe adalah alter ego Akashi san? Alter ego itu... dia pasti suatu saat pergi bukan? Aku sering membacanya dan juga mendengarnya dari teman-teman yang belajar pisikolog, mereka bilang jika seseorang yang punya kepribadian ganda suatu saat nanti akan sembuh, dengan kata lain satu sosok yang diciptakannya akan hilang tanpa bekas. Aku menelan ludah susah payah. Jadi... dia juga akan hilang cepat atau lambat? Tapi...

"Sebenarnya dia tidak pernah muncul lagi sejak kami melawan Jabberwork beberapa tahun lalu, tapi Akashi bilang, satu tahun lalu saat kedatanganmu di cafe dia kembali menunjukkan diri"

Dia sudah pernah hilang. Dan kembali saat aku muncul tiba-tiba di cafe miliknya. Bolehkan aku berharap jika dia masih mengingat janji kami enam tahun lalu? Ah. Meski ini terdengar sangat egois, aku senang setidaknya aku bisa menyelesaikan janji enam tahun lalu meski mungkin itu akan menjadi masalah buat Akashi san.

"Shuichirou san, aku sudah memberitahu jika Akashi kun sudah bertunangan bukan?"

Suara Kuroko senpai terdengar lagi. Seperti biasa. Kuroko senpai selalu bicara dengan penuh sopan santun meski kadang kata-katanya tidak bisa ditebak. Mengalir begitu saja. Aku menelan ludah susah payah. Ya. Aku ingat dengan jelas. Tapi... memangnya aku akan melakukan hal bodoh terhadap seseorang yang sudah bertunangan? Tidak. Tentu saja.

Mereka salah faham. Sungguh-sungguh salah faham akan hubunganku dengan sosok itu. Kami tidak memiliki hubungan yang akan mengakibatkan terganggunya hubungan pertunangan Akashi san. Lagipula aku tidak mengenal Akashi san yang ini. Aku hanya mengenal Akashi san yang satunya lagi. Sosok yang ku temui enam tahun lalu. Bukan sosok yang baru ku temui baru-baru ini. Aku juga tidak punya perasaan apapun pada Akashi san yang merupakan pemilik cafe. Aku sudah mengatakan hal itu. Mengatakan jika aku dan sosok itu tidak punya hubungan sespesial itu, tapi meskipun aku mengatakannya dengan jelas, Midorima san dan Kuroko senpai yang malam itu mengajakku bicara tetap diam. Tapi mata mereka tidak bisa membohongiku. Mereka meragukan ucapanku.

Lagi-lagi aku mendesah kasar. Hari ini Kana tidak ada dirumah-apartemen-. Sepertinya dia menginap di salah satu teman satu kelasnya. Jadi secara tidak langsung malam ini aku bisa menumpahkan semua kegilaanku sejak kemarin. Kakiku melangkah tanpa ku perintahkan, lalu setelahnya giliran kedua tanganku yang bergerak tanpa perintah. Membuka lemari baju dan mengambil satu jersey bertuliskan RAKUZAN di punggung jerseynya. Cukup lama kedua bola mataku menatap jersey tersebut. Masih bersih. Terawat sempurna karena aku selalu merawatnya sebaik mungkin. Tidak pernah melupakan fakta jika jersey itu adalah pinjaman yang harus ku kembalikan suatu hari nanti meski enam tahun sudah berlalu sejak pertama kali dia meminjamkan jersey ini padaku. Semuanya berjalan cepat. Memori di otakku perlahan-lahan mendesak keluar. Saling berdesakan untuk mencuat ke permukaan hingga tak bisa lagi ku cegah.

.

.

.

OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang