Pisang 5: Piece of Memory

1.8K 263 92
                                    

Update!! 😆

Ini diketik disaat pala masih berkabut... Jadi maklumi saja kalau rada2 😂

Mumpung lg melow sekalian aja yah...
Btw skrg ud tau kenapa kemaren mumet bgt. Mood lg ga enak krn mau dapet 😂 susahnya jadi perempuan hweh 😩

Aku baru sadar kalo aku ga cocok nulis humor atau komedi 😕 pasti larinya ke ff yg isinya berat. Wkwkwk ccd lah.

So, enjoy, semoga thukaa 🤑🤑🤑

***

Keadaan rumah sudah sepi. Sudah tidak terlihat lagi para tamu yang tadi memadati rumah Sean. Bisa mereka lihat, anggota keluarga Kristal dan Sean masih berkumpul bersama di ruang tamu rumah Kristal. Dengan tambahan Bang Juno kini sudah duduk manis di sofa. Mereka berdua masuk ke dalam rumah, yang mana langsung di sambut dengan berbagai macam tatapan.

Mami dan Papi Kristal duduk di sofa, Mami Papi Sean ada di seberang mereka. Lalu di sofa samping ada Bang Juno yang menatap intens Sean, lalu Jerry dan Yeri duduk tanpa berani membuka suara.

Yeri dan Mami Hani sempat tersenyum kecil melihat Kristal yang memegangi ujung kaus Sean seperti anak ayam mengikuti induknya, kepalanya menunduk, menghindari tatapan Papi Kris. Sedang Sean sendiri terlihat acuh, tidak berlari ketakutan dengan kedekatannya dan Kristal. Hal yang sangat langka tentu saja. Mami Hani menyadari, bukan hanya hal sesederhana diganggu tetangga yang membuat Sean takut dengan wanita. Dua kali Sean membina hubungan, semuanya kacau karena pengkhianatan. Apa mau dikata kalau putranya itu tidak bisa bersikap romantis sama sekali.

Bukan Papi kris, melainkan Bang Juno lah yang pertama kali membuka suara. "Kamu habis darimana?" tanya kakak laki-laki Kristal itu. Remasan Kristal diujung kaus Sean semakin erat tanda bahwa ia masih takut. Sean mengintip lewat ujung matanya, Kristal sedang memanyunkan bibirnya dan menunduk semakin dalam.

"Tal, kok ga jawab?" suara Juno menajam, sementara Mami Yuna sibuk berdehem, memperingatkan putranya.

"Sudahlah, Bang. Tadikan udah dijelasin, semuanya salah paham."

"Juno tahu, Mi. Tadi juga cuma nanya kan. Kristal, sekarang masuk ke kamar. Kita bicara lagi besok..." Papi Kris memang bukan ayah kandung Kristal. Anak itu bertumbuh dan lebih cenderung mendengarkan perintah Juno.

Bukan hanya sekarang, dari dulu pun begitu. Satu kesalahan Juno, dimana dia merasa jadi kakak paling jahanam di dunia adalah ketika menyuruh adiknya baik-baik bersama sang ayah.

Kristal yang mendengar perintah Juno melepaskan ujung kaus Sean dengan enggan. Tanpa melihat Papi Kris, Kristal langsung naik ke kamarnya setengah berlari.

"Karena sudah larut, kami juga permisi pulang. Maaf putra kami sudah membuat keributan." Ujar Papi Dio pamit. Mami Yuna merasa tidak enak mendengar permintaan maaf tetangganya itu. "Sudahlah, Mas. Semua toh hanya salah paham. Justru kami yang tidak enak sudah membuat acara kalian berantakan." Balas Mami Yuna.

"Tidak masalah. Anggap saja kita sama-sama salah karena terlalu emosi." Kali ini Mami Hani yang menengahi, pusing kalau sampai mereka saling melempar maaf lagi.

Setelah bertukar ucapan selamat malam, masing-masing kembali ke kamar dan rumah mereka. Namun Sean tetap bertahan disana, menunggu kesempatan dirinya bisa bicara empat mata dengan Mami Yuna.

"Tante." Panggil Sean agak sungkan.

"Kamu ingin bertanya sesuatu?" Mami Yuna bertanya sambil tersenyum. Sean hanya mengangguk mengiyakan. Dari awal pun wanita itu sudah tahu.

"Ayo kita bicara di sofa." Mereka berdua pun duduk bersebalahan di sofa ruang tamu.

Mami Yuna hanya diam memperhatikan Sean, menunggu pemuda itu membuka mulut menanyakan sesuatu yang pasti berhubungan dengan Kristal.

GynophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang