Uuh lala banting setir jd sedih2 an. Dh tjoekoep nnti blkg khusus nangis2 sama romantis2an. 😂😂 Semoga ini cpet kelarr. Akoh mau ngeluarin ide 3 cerita yang puter2 dalam kepala...
***
Sean sungguh tak habis pikir. Bisa-bisanya dia berakhir di club bersama bocah menyebalkan ini. Meskipun kepalanya jadi lebih ringan setelah menghabiskan tiga gelas whisky, tetap saja ini semua salah.
Kalau dilihat lagi, ini juga merupakan keteledorannya yang terlalu gugup sampai-sampai tidak menyadari kehadiran Kristal yang bercokol di jok belakang mobilnya bagai dedemit.
Sean memperhatikan Kristal yang sedang asik menatap ke sekelilingnya. Bisa Sean tebak dengan mudah ini adalah kali pertama gadis itu masuk ke tempat seperti ini. Dia mengusap wajahnya frustasi sekali lagi. Sejak pindah ke kota ini, isi kepalanya kacau.
Melihat kepolosan Kristal yang terlampau wah, Sean harus ekstra hati-hati di tempat ini.
Begitu minuman yang diinginkan Kristal datang, gadis itu menghirup aroma segelas Margarita yang dia pesan tadi. Dia menenggaknya dan aroma familiar ini langsung menyerangnya.
Dia ingat, setiap malam dia akan menutup telinganya di balik selimut ketika papa sedang di ruang tamu. Kristal benci suara pecahan kaca.
Samar-samar kepalanya mengingat lagi, mengingat wajah papa yang selama ini diburamkan kepalanya.
Sean memberi tanda pada bartender yang berdiri di depan mereka untuk mengawasi Kristal sejenak. Dia perlu pergi ke kamar kecil.
Kristal yang malang masih saja berkutat dengan kepingan ingatan yang rapuh itu. Otaknya menolak untuk mengingat persis, juga menolak untuk menghapus semuanya.
Begitu Margarita dingin di tangannya sudah tak tersisa, dia mendesah kecewa karena gambaran itu menghilang lagi. Dia ingin melihat papa, meskipun nanti yang du lihatnya hanya kaki papa yang terayun mendekati wajahnya, berkali-kali tanpa ampun. Nekad, Kristal menyambar whisky milik Sean yang masih terisi penuh. Dia meminumnya sedikit demi sedikit, menikmati hantaman perasaan sesak yang menyenangkan hatinya.
Kristal memejamkan matanya, menikmati ketika lengan kanannya terasa nyeri.
"Papa, tangan Ital ssakitt.." rengek dirinya yang masih berusia 7 tahun itu. Rambut panjangnya sudah lepas beberapa helai, setelah diseret papa ke dekat sofa.
Bau itu. Bau dari minuman yang Kristal nikmati baru saja keluar, tercium dari mulut papanya yang berteriak ganas sambil menamparnya sampai jatuh ke lantai. Kristal sakit! Tapi dia hanya diam, tidak menangis dan melingkarkan tubuhnya, memeluk lututnya sementara papa menyerang punggungnya.
Satu gelas sudah tandas. Dia mengulurkan gelasnya ke arah depan. "Same as before"
Begitu gelas terisi lagi dengan Whiskey, Kristal meminumnya cepat, merasakan tenggorokannya terbakar, begitu pula isi kepalanya.
Di tendang lagi, lagi, dan lagi. Suara pintu yang dibanting keras hanya bisa ia tanggapi dengan kebisuan. Dia tidak bertenaga lagi. Sudah 2 hari perutnya tidak terisi apapun. Dia menyeret tubuhnya dengan kedua tangannya ke halaman belakang, memungut sesuatu di bawah sana. Harapan untuk dia berahan
"Kristal!"
Kristal tersentak karena panggilan Sean.
Begitu dia menoleh ke arah pria itu, matanya sudah tidak fokus.
"Kamu berikan apa ke dia?!" Tanya Sean geram pada si Bartender.
"Dia meminum Whiskey anda. Saya hanya menambahkan satu gelas atas permintaan nona ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gynophobia
General FictionPisang, pisang, pisang. Buat Kristal yang pecinta pisang, cari cowok itu ga penting. Bagusnya waktu luang itu dimanfaatin buat cari barang-barang yang related sama pisang. Dari seprai, case hp, sepatu, hoodie, kotak pensil, tas, daleman, gorden, jam...