Pisang 10: Tengok Sweety 1x, Psikiater 3x

2.6K 286 121
                                    

Unch kapel yang suwit kayak es kepal milo.

Tinggalkan jejak fellas 😍

Enjoy∼ the show∼

***

Kristal mengikuti Sean ke kamar sambil merintih kesakitan. Inilah kenapa dia benci dengan hukuman seperti ini. Bikin pegal aja!

Sean disisi lain hanya menatap datar Kristal lalu masuk ke kamar mandi. Setelah selesai mandi pun pria itu hanya menyerahkan handuk pada Kristal tanpa banyak bicara. Kristal bisa melihat bahkan rambut pria itu masih basah. Tetesan air menetes dari rambutnya, menciptakan kesan maskulin yang kelewat batas.

"Ga bisa mandi sendiri..." Kristal merengek lagi, memamerkan lengannya yang terasa pegal.

Sean menggerutu sebentar.

"Ayo mandi. Saya bantuin."

Kristal pun mengekori Sean dari belakang. Pria itu menyalakan air, mengisi bath tub dan menunggu hingga airnya penuh.

"Angkat tangannya."

Kristal mengangkat tangannya perlahan. "Aww... Tuh kan masih sakit!"

Gadis itu terus meringis sementara Sean menarik lepas kaus dari kepala Kristal perlahan.

Sean menelan ludah gugup. Pasalnya Kristal saat ini hanya berbalutkan bra dan celana panjangnya. Ada sesuatu menyembul malu-malu dan itu sungguh bukan sesuatu yang baik bagi kesehatan jantung Sean.

"Sisanya bisa lepas sendiri, kan? Berendamlah, lalu bilas tubuhmu. Saya tunggu di kasur. Ada yang mau saya bicarakan."

Sean menutup pintu kamar mandi kemudian menunggu dengan sabar di ranjang. Di atas pangkuannya sudah bertengger manis laptop yang berisi tugas-tugas mahasiswanya. Sean mengenakan kacamatanya dan memeriksa esai di depannya dengan serius.

Ketampanan pria itu bertambah beratus-ratus kali lipat, sayangnya mata Kristal hanya terisi pisang, pisang, dan pisang sampai dirinya tidak bisa melihat jelas pisang premium kelas satu yang bertengger di tubuh Sean. Eits. Eii ngeres kan ngeres kan.

Intinya, Kristal yang sepertinya sudah kebal pada ketampanan Sean itu berjalan dengan santai menuju ke ranjang dengan hanya mengenakan dalaman, dan handuk.

"Pakai baju, Kristal..." Geram Sean tertahan. Sialan, sejak kapan dia menemukan tubuh Kristal lebih menarik dari esainya?

"Gak bisaa... Pake in dong, Mas Pisang!" Kristal melempar piyama di tangannya, sepasang baju lengan panjang beserta celananya. Warnanya? Tebak aja sendiri.

Sean meminggirkan laptopnya, dengan ogah-ogahan melebarkan celana di depan kaki Kristal. Gadis itu memasukkan kakinya satu persatu, kemudian Sean menaikkan celananya sampai terpasang sempurna. Kali ini atasan. Ck, dua gundukan itu lagi. Sean benci mata laknatnya. Si pengkhianat, mata penderita phobia wanita yang always terpikat dengan payudara Kristal Avrilio.

Setelah pakaian terpasang dengan baik, akhirnya Sean bisa merebahkan kepalanya diatas bantal empuk.

Benar kan, berurusan dengan Kristal itu menguras tenaganya. Sangat, sangat menguras tenaga.

Sean bangkit dan kembali duduk, tadinya sih ingin mengomeli Kristal. Gila saja hartanya di pamerin sembarangan. Untung di kasih liat Jerry sama Papi doang. Kalo Mami Yuna yang liat, mau taruh dimana mukanya?

Serangan tajam sudah berada di ujung lidahnya, namun urung dia hunuskan ke arah Kristal karena gadis itu memasang wajah menggemaskan, menggerutu setengah merengek soal lengannya yang sakit.

Ya ampun, tubuh Sean ototmatis bergerak, meraih minyak gosok yang lucunya pas sekali berada di meja nakas. Iyalah, author yang naroh. Kalo ga ada minyak gosok gimana pijet-pijet manjahnya...

GynophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang