Pisang 13: Tuing Tuing

2.4K 307 95
                                    

I just wanna say, aku ga masalah kalau kalian gak follow aku... Toh cerita yang berhubungan sama Sestal sejauh ini belum ada yang ku protect. Hehe aku lebih seneng deh kalau kalian mau sempetin vomment 😘😝

Enjoy ya ^^

***

Setibanya di rumah, waktu sudah menunjukkan pukul 10. Rupanya perjalanan pulang yang sedikit macet membuat Sean dan Kristal menghabiskan waktu cukup lama di jalan.

Di rumah, kedua orangtuanya sudah masuk ke kamar, menyisakan Yeri yang masih nonton tv ditemani sebungkus chiki di pangkuan.

Dia nonton Met TV kok. Bukan Sinetron Anak Laut... Atau Anak Buaya.

"Udah pulang? Gimana Mbak? Asik gak?" Tanya Yeri pada Kristal.

"Iya... Biasa aja. Kayak kondangan biasa. Makannya prasmanan, sayurnya ga enak-enak banget. Tadi makan cake pisang cuma sepotong. Hhh bye, mau ke kamar..."

Dengan gontai Kristal melepas high heelsnya, mengikuti Sean yang tadi tidak berhenti dan berjalan lurus ke kamar mereka. Kan Kristal yang mau main, kok dia yang semangat?

Sudahlah, Kristal mah diam saja menunggu Sean yang sibuk mandi. Bahkan dari kamar pun Kristal bisa mencium aroma sabun Sean yang beraroma pisang.

Kristal senang Sean mengikuti keinginannya untuk tidak mengganti sabun mandinya. Yah tentu saja setelah dia merengek selama tiga hari berturut-turut minggu lalu.

Pintu kamar mandi terbuka, menampakkan tubuh Sean yang masih basah. Pria itu hanya membelitkan handuk asal di pinggangnya, yang kapan saja bisa melorot jika tidak dengan tangannya.

"Sana mandi." Usir Sean. Setelah memastikan Kristal masuk ke kamar mandi, dia menarik boxer dan kaus dari lemarinya. Lalu Sean mengeringkan badannya dengan handuk dan berpakaian.

Dia memilih berbaring diatas ranjang menunggu Kristal selesai. Tak berapa lama pintu kamar mandi kembali terbuka, Kristal keluar bersamaan dengan aroma pisang yang lembut. Ck, kamar mereka jadi bau pisang. Kristal sih senang dengan keadaan itu, tapi tidak dengan Sean. Sumpah, dia jadi mual berada di kamar.

Kristal yang masih terbalut handuk itu tanpa malu-malu menarik lepas handuknya dan berjalan-jalan di depan Sean.

"Damn..." Seusai mengumpat, Sean langsung menarik bantal dan menempatkan benda itu di kepalanya, tidak ingin mengotori kepalanya dengan bayangan kejadian yang akan dia lakukan seandainya dia lepas kendali.

"Nah, waktunya main...!" Pekikan riang di sebelahnya memaksa Sean memiringkan tubuhnya. Dia merasakan betapa empuknya banyak yang beradi bawah kepalanya. Tapi sayang dia tidak bisa langsung menuju ke dunia mimpi. Masih ada si pengganggu kecil di dekatnya.

"Hh.. bisa kamu tiduran disini sebentar?" Sean menepuk pelan bantal yang ada di sampingnya. Kristal menuruti keinginan Sean dan berbaring menghadap kearah pria itu. Mereka saling bertatapan beberapa saat sebelum Sean memecah keheningan diantara mereka.

"Seorang istri itu harus menuruti suaminya. Kalau saya meminta kamu untuk tidak lagi bermain-main dengan alat vital saya, apa kamu akan menurut?"

Kristal mencebikkan bibirnya dan matanya mulai berair. "Jangan ingkar janji dong, Mas pisang. Kan udah sepakat... Aku... Aku cuma pikir itu lucu... Aku.."

Sean menempatkan jari telunjuknya di depan bibir Kristal. "Sshh jangan menangis. Saya tidak ingkar janji. Tapi saya mau kamu janji. Hari jumat nanti, lakukan yang terbaik untuk kesembuhanmu."

Kristal mengangguk pelan. "Aku mau sembuh. Kan aku udah janji. Mas Pisang juga harus sembuh. Jangan takut lagi ada di deket perempuan... Gak usah sok-sok an terluka gara-gara seonggok sampah berlabel mantan itu." Balas Kristal. Sean mengangguk saja, toh dia memang sudah tidak betah jika harus lebih lama lagi mengidap phobia ini.

"Sekarang aku mau liat little banana... Boleh yah Mas... Bentaaaar aja..." Pinta Kristal memelas. Sean pun mengangguk pasrah.

Dengan perlahan, Kristal meraih boxer Sean dan menurunkannya hingga ke lutut Sean.

"Heleh heleh, kok baru di bebasin kamu udah tuing tuing sihhh.. lucu banget..." Sean hanya bisa terbaring pasrah mengamati wajah polos Kristal yang berseri-seri. Sean tidak bisa membayangkan hal mengerikan yang harus dialami oleh Kristal sewaktu kecil.

Biarlah tubuh bagian bawahnya terasa nyeri. Yang penting gadis nakalnya sudah setuju untuk mengikuti pengobatan dengan baik. Semoga saja kelakuan absurdnya cepat hil- "KRISTAL!!"

Sean terkesiap begitu merasakan anunya menyentuh sesuatu yang lengket dan dingin.  "KENAPA KAMU CELUPIN ANU SAYA KE SUSU KENTAL MANIS?!" Sean berteriak kesal hingga urat-urat di lehernya terlihat. Untung saja urat lehernya tidak putus karena kelakuan Kristal.

Dia benar-benar kecolongan. Sejak kapan gadis ini mengambil susu kental manis dari lemari es dapur?

"Aku lagi cocol pisang... Salah ya?" Tanya Kristal lalu terkikik polos. Ya, POLOS. Gila, Sean nyaris saja mencekik gadis itu saking kesalnya.

"Sudah selesai kan mainnya? Buang susu itu dan cuci gelasnya!"

***

Ini aneh dan asing. Sebelumnya memang mereka berdua sudah tidur satu ranjang. Hanya saja baru pagi ini Sean menemukan dirinya terbangun sambil mendekap erat Kristal. Gadis nakal itu masih terlelah, dengan lengan melingkari perutnya. Sean memperhatikan wajah Kristal yang masih terlelap.

Dari jarak sedekat ini, Sean bisa mengerti kenapa banyak mahasiswanya yang mengejar Kristal. Sayang hanya dirinya lah yang diijinkan Yang Mahakuasa untuk mengalihkan perhatian gadis ini dari pisang.

"Mmh... Enak..." Sean tersenyum geli begitu mendengar gumaman pelan Kristal yang diikuti dengan suara kunyahan.

"Dalam tidur pun kamu mimpi memakan pisang, ya?" Ujar Sean geli. Pria itu membiarkan saja Kristal yang merangsek semakin dekat ke dadanya. Dia bisa merasakan wajah Kristal yang mendusel-dusel dada bidangnya.

Tanpa berniat melepaskan diri, Sean bermaksud ingin tidur kembali. Tapi itu sebelum matanya menangkap jarum jam yang menunjukkan pukul  tujuh pagi kurang sepuluh menit. Holy shoot dia ada kelas setengah delapan nanti!

Tanpa belas kasihan, Sean menarik lengannya dan mendorong wajah Kristal sampai anak itu terbangun.

"Ish..." Desisan kesal terdengar dari mulut Kristal.

"Bangun, bodoh! Kau harus mengikuti kelasku setengah delapan nanti!"

"Berisik! Dasar dosen gila." Racau Kristal lalu kembali tidur.

"Bangun atau kau ku siram air panas!"

Setelah memastikan Kristal terduduk lemas di ranjang, Sean langsung mandi kilat dan memaksa gadis itu mandi setelahnya.

Sean berpakaian secepat yang dia bisa. Pukul tujuh lewat lima menit, dia sudah bersiap di samping mobil dengan setangkup roti tawar di mulut.

Ia terus melirik jam tangannya dengan wajah cemas dan baru bisa bernafas lega setelah melihat Kristal.

"Hoaam..." Kristal menguap lebar dan merangkak masuk ke mobil. Dia memperhatikan Sean yang mulai menyetir dengan pandangan sedikit tak fokus. Demi apapun dia masih mengantuk!

Tangan Sean terulur, merobek setengah dari roti yang ada di mulutnya dan menjejalkan setengahnya lagi ke mulut Kristal.

"Sarapan." Ucapnya enteng ketika mendapat tatapan protes dari Kristal.

Perjalanan menuju ke kampus memerlukan waktu sekitar setengah jam, dan sudah bisa di pastikan mereka berdua akan terlambat sepuluh menit. Sean bahkan tidak memperdulikan lagi pandangan ingin tahu benerapa mahasiswa yang melihatnya datang bersama dengan Kristal. Dia bisa bilang mereka berpapasan atau apa.

Yang terpenting sekarang adalah cepat-cepat masuk ke kelas dan mengajar.

***

Sumpah, suatu saat gua pengen ngitungin berapa banyak kata pisang yang gua ketik di ff ini. Wkwkwk sori pendek.

See u next chap ^^

GynophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang