Arisan Ala Trio Kuaci

1.2K 141 13
                                    

Saat diluar sana tengah ramai membincangkan gosip tentang dirinya yang mengucap kata 'sinting' kepada Dirga di depan semua siswa dan siswi yang ada di kantin, Bie di dalam kelas malah cuek bebek sambil menyumpal telinganya dengan headset.

Cemo'ohan tentang dirinya yang menolak berkenalan dengan Dirga juga dianggap angin lalu oleh Bie. Dia tak mau ambil pusing dengan semua itu. Yang penting baginya adalah dia bisa belajar dengan tenang dan cepat lulus dari sini.

"Bie, lo serius ga tertarik sama Dirga?" Tanya Noya yang tiba tiba saja datang dan duduk di sampingnya.

Bie hanya menjawab dengan mengangkat bahunya acuh.

"Tapi itu Dirga loh yang nyamperin lo dan lo tau ga, semua cewek di sekolah ini lagi pada ngomongin lo" lanjut Noya penuh semangat.

Saat Noya akan kembali nyerocos tiba-tiba Arif dan duduk bergabung. "Eh, lo beneran nolak Dirga ya, Bi?"

Bie hanya memutar bola matanya, nolak apanya, Dirga cuman mengajaknya berkenalan tapi kenapa semua seisi sekolah pada heboh berlebihan gini. Bie jadi tak habis pikir.

"Eh, curut! Lo tiba-tiba datang langsung nanya aja sama Bie. Gue yang duluan nanya aja belom dijawab" sungut Noya.

"Curut curut. Loh tuh emaknya curut" balas Arif tak terima.

Bie melepaskan headsetnya dan menatap dua orang ini secara bergantian.

"Lo berdua berisik banget tau ga! Sesama curut kenapa ribut muluk sih"

"Nah, itu dia, Bie. Si emaknya curut emang suka cari ribut ama gue"

"Emak emak, lo tuh curut ekor panjang"

"Lah, emang kan curut itu pake ekor. Iya kan, Bie?"

Bie berdiri dan meninggalkan duo curut yang terus berdebat tak penting itu.
.
.
.

Imam sudah menyiapkan sebuah
botol dengan banyak gulungan kertas kecil didalamnya. Disana sudah tercatat nama nama para cewek di sekolah yang belum pernah menjadi pacar Dirga.

Saat wajah sumringah menghiasi Imam dan Fahri, Dirga datang dengan wajah ditekuk. Saat ini dia kesal karena kejadian tadi di kantin.

"Eh, bos udah datang" ucap Imam menyambut kedatangan Dirga.

"Baru aja gue mau kocok arisan nih. Lo harus liat, Dir. Biar hasilnya sah" ucap Fahri yang diamini oleh Imam.

"Serah lo lo aja!" Sahut Dirga sambil menghela nafasnya kasar.

Imam dan Fahri saling senggol, mereka bisa menebak apa yang membuat mood Dirga down.

"Udah, anggap aja si cantik Bintang bukan jodoh lo. Kita fokus aja nih sama arisan kita"

Dirga menatap Fahri sekilas lalu mengangguk paham.

"Kita mulai yaa, bro" imam mulai mengocok ngocok botol itu.

"Gila, Dirga mau ditantang kenapa malah gue yang gugup." Ucap Fahri sambil mengusap telapak tangannya.

"Gue harap bukan sejenis dugong yang muncul" ucap Dirga.

Fahri tertawa, "kalau memang iya pun, lo nggak boleh mundur bro"

Tawa Fahri disambut oleh tawa Imam, mereka mendapat tatapan tajam dari Dirga tapi siapa yang perduli. Yang saat ini mereka inginkan adalah sesuatu yang 'wow' yang akan menjadi tantangan Dirga.

"Santai aja, bro. Lo ga bakalan mati hanya karena ini"

Tangan Imam masih terus mengocok botol itu, "berdoa yang khusuk, bro. Biar hasilnya baik"

"Halah! Lama amat lo ngocoknya!" Dirga mulai tak sabar ingin tahu takdirnya.

"Cieee, yang udah ga sabar. Oya, sebelum nama ini keluar, gue punya peraturan nih buat lo" Fahri tersenyum miring.

"Apaan!"

"Gue mau lo pacarin ne cewek sampai kita lulus nanti, gimana? Seru ga tuh?"

Minuman Dirga langsung menyembur.

"Anjir! Basah ne gue!" Sungut Fahri kesal.

"Lo yang anjir, seenaknya aja bikin peraturan"

"Kenapa? Takut?" Ejek Imam.

Dirga langsung menggeleng, "gue terima. Berarti gue pacarin ne cewe 3 bulan kan?"

Imam dan Fahri mengangguk.

"Oke, keluarin kertasnya sekarang"

Imam menghentikan kocokannya dan mengeluarkan sebuah gulungan kertas.

Dengan sigap Fahri mengambil alih kertas itu, "biar gue yang baca" ucapnya.

"Oke, gengs... sabar yaa..." dengan gerakan perlahan Fahri membuka gulungan kertas itu. Dia mulai membaca dan terbitlah sebuah senyuman misterius.

Imam dan Dirga gugup dibuatnya.

"Coba liat, Ri?" Ucap Dirga.

"Eits!" Fahri menghindar.

"Elah! Buruan!" Ucap Dirga mulai kehilangan kesabaran.

Fahri memperlihatkan isi kertas itu pada Imam dan sebuah senyuman terbit dari wajah keduanya.

"Jodoh emang ga kemana yak" Imam terkikik geli.

"Kutu emang lo pada, siniin ga kertasnya!" Ancam Dirga.

Fahri dan Imam saling pandang lalu memberikan kertas itu pada Dirga.

Dirga merebut kertas itu dengan kasar, sedari tadi dirinya menahan kesal pada dua orang di hadapannya ini.

Saat matanya mulai melihat isi kertas itu, saat itu juga helaan nafas terdengar dari mulutnya dan ketawa duo kutu langsung pecah.

"Bintang"

"Cihuyy! Kita tunggu lo buat buktikan kharisma seorang Dirga. Ya nggak, Man"

"Yoi. Doi emang pilihan yang tepat buat akhir perjalanan cinta masa SMA lo, Dir" sahut Fahri.
.
.
.

Akhirnya kelar juga nulis ini..haha
Ada yg kangen sama troi kuaci ini??

Banjarbaru, 19 April 18

Bintangnya Angkasa (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang