Lo, Target Gue!

907 121 4
                                    

Vote dulu yaks!

Dirga memarkirkan motornya lalu menyisir rapi rambutnya kemudian dengan gagahnya dia turun dan menyandang sebelah tas ranselnya. Jangan tanya bagaimana reaksi dari cewek-cewek di sekolah ketika melihat gaya Dirga, mereka rela berhenti sejenak hanya untuk melihat pemandangan adem di pagi hari.

"Dirga udah dateng, lo coba lihat penampilan gue, udah oke kan?" Ucap Maura sambil membenarkan posisi poninya.

"Udah cakep. Sono lo samperin Dirga"

"Okeh" sahut Maura dengan gaya centilnya.

"Good luck baby" teriak Tina sahabatnya Maura.

Dengan langkah pasti Maura melangkah menuju Dirga yang berjalan lebih dulu di depannya.

"Selamat pagi, Dirga" sapa Maura manja.

"Pagi juga, Maura" sahut Dirga.

"Jalan bareng ke kelas yuk"

"Oke" sahut Dirga.

Bie yang berada di belakang mereka terasa mau muntah ketika melihat adegan di depannya.

"Hueks! Jijay banget!"

"Pagi, Bintang. Mau jalan bareng juga nggak?" sapaan dari Firman hanya dianggap angin lalu oleh Bie.

"Selalu deh" gumam Firman sambil menggaruk tengkuknya.

.
.
.

Suara bel berbunyi nyaring dan itu artinya mata pelajaran Kimia dari Ibu Fika sudah berakhir. Banyak siswa yang menghela lega saat mendengarnya. Seolah-olah suara itu adalah penyelamat mereka.

"Huah! Akhirnya kelar juga. Lo tau nggak, gue udah sakit kepala dari awal Ibu Fika masuk ke dalam kelas tadi" Bie menaikan alisnya dan Noya terkekeh, "muka Ibu Fika itu udah kaya liat isi buku kimia tau nggak!"

Bie geleng-geleng kepala.

"Lo mau ke kantin nggak, Bin?" Tanya Noya.

Sekilas Bie langsung teringat tentang kejadian di kantin waktu itu dan gosip yang menyebar tentang dirinya dan cowok resek itu.

"Nggak, gue di kelas aja!" Sahut Bie.

Noya tersenyum penuh misteri, "gue tau. Lo lagi menghindar dari Dirga yaa? Hayo ngaku"

Bie memutar bola matanya, "bisa nggak seharii aja, kita nggak usah sebut nama dia? Jujur gue enek tau nggak!"

Noya tertawa kencang dan mengundang perhatian. "Upps! Sorry" Noya menutup mulutnya. "Jadi, lo beneran lagi menghindar dari Dirga?"

Bie mengacuhkan pertanyaan dari Noya yang sebenarnya betul itu.

"Bin... Bin..." panggil Noya. "Iihh! Ne anak emang deh!" Dengan langkah kesal Noya melangkah pergi dan meninggalkan Bie sendirian.

Setelah melihat Noya pergi, Bie menghela nafasnya.

"Kalau gue harus ke kantin, itu artinya gue bakalan ketemu sama bocah mesum itu. Igh! Amit-amit"

Lima belas menit berlalu dan perut Bie mulai terasa lapar. Sepertinya pilihannya untuk tidak ke kantin itu salah, buktinya saat ini dirinya meringkuk sendiri di dalam kelas dalam keadaan lapar.

"Ough! Laper banget. Harus banget ya gue ke kantin?" Akhirnya dengan beray hati Bie melangkah keluar kelas dan pergi menuju kantin.

Setelah membeli roti, gue harus cepat pergi dari sini. Batin Bie.

Dengan langkah sedikit berhati-hati,  Bie masuk kantin dan melihat kesekitar. Dia harus memastikan jalannya steril dari Dirga dan kawan-kawan.

"Oke, kayaknya mereka udah pergi deh. Sekarang gue harus cepat beli rotinya lalu pergi dari sini"

Bie mengambil beberapa roti dan satu botol air mineral. Saat menuju kasir tubuh Bie terhimpit ke depan karena tiba-tiba saja meja kasir ramai siswa yang mau bayar. Karena tubuh yang tidak terlalu besar, Bie semakin maju ke depan dan hampir membentur meja kasir.

"Aduh! Apaan sih nih!" Ucap Bie kesal. Tapi bukannya mundur, suasana sudah semakin ramai karena suara bel yang berbunyi, alhasil, Bie benar-benar membentur meja tapi tiba-tiba ada tangan yang menariknya mundur.

"Ahh! Sorry-" ucap Bie yang kemudian terpotong saat melihat siapa orang yang menolongnya. "Lo-?"

Dirga tersenyum manis saat mata Bie menatapnya kesal.

"Hati-hati dong. Nanti kamu lecet" ucap Dirga.

Bie berusaha menahan emosinya, "makasih udah nolongin gue" saat suasana sudah mulai lengang, Bie secepat kilat berbalik dan menghindar dari Dirga tapi tangannya yang berhasil ditangkap oleh Dirga membuat Bie tak bisa melanjutkan langkahnya.

"Biar gue yang bayar" ucapnya sambil merebut roti dan air mineral itu dari tangan Bie.

"Eh, tapi-"

"Nggak ada tapi"

"Gue bisa-"

"Udah diem"

"Lo jangan seenak-"

"Bisa diem kan?" Dirga menatapnya geram dan akhirnya membuat Bie diam ditempat.

Dirga berjalan menuju kasir dan membayar roti serta air mineral milik Bie. Tak lama dia kembali dengan membawa bungkusan plastik lalu menyerahkannha pada Bie. "Nih, dimakan. Ntar lo sakit" ucapnya.

Bie menghela nafsnya, "seharusnya lo nggak usah bayarin ini. Gie masih bisa bayar sendiri"

Dirga melipat kedua tangannya di dada, "anggap aja itu hadiah pertama dari gue. Sekalian ucapan maaf untuk perkataan gue waktu itu"

Bie menyipitkan matanya, "elo lagi nggak kesambet kan?" Tannya.

Dirga tersenyum miring lalu mencondongkan tubuhnya kedepan, "lo mau tau kenapa?"

Seperti terhipnotis, Bie mengangguk.

"Karena... Lo, terget gue"

Bie mematung di tempatnya.
.
.
.

Lama nggak lanjut ini.. mau selesaikan dulu yang lain..hihii

Semoga masih pada suka dan mau kasih Vote dan komennya yaa ♡♡

Banjarbaru, 28 Jun 18





Bintangnya Angkasa (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang