Sorry for typo...
Fahri dan Imam menahan tawa saat mendengar cerita dari Dirga. Mereka hampir tak percaya jika seorang Dirga rela terluka hanya untuk seorang cewek bernama Bintang.
"Lo naksir beneran, Dir?" Tanya Imam.
Dirga menggeleng cepat. "Nggak lah, ini tuh salah satu cara buat meluluhkan hati seorang wanita. Menurut artikel yang pernah gue baca, cewek yang cuek itu akan mudah bersimpati saat kita rela terluka untuknya." Dirga menutup lukanya dengan plaster lalu melihat kembali sapu tangan milik Bintang yang tadi digunakan untuk membungkus lukanya.
"Ini benda bakalan gue simpan, ini tuh benda keramat yang bisa bikin gue sama Bintang jadian" sambung Dirga.
Fahri dan Imam hanya saling pandang lalu mencibir.
"Gue rasa Bintang itu beda ama yang lain, dia lebih liar untuk ditaklukan" Imam merebut sapu tangan itu dan melihat bordiran kecil yang ada di ujungnya.
"Ada gambar bintangnya nih!" Ucapnya.
Dirga kembali merebut sapu tangan itu lalu memasukan ya ke dalam saku.
"Ini nggak boleh dipegang ama orang kaya kalian, ntar ilang keramatnya" Dirga berdiri lalu berjalan keluar kelas.
Imam hanya bisa manyun dan ikut berdiri bersama Fahri.
"Sobat lo tuh udah jatuh cintrong kayaknya" ucap Imam.
"Kita liat aja nanti, gimana akhir cerita ini" jawab Fahri sambil terkekeh.
.
.
.Seharian ini Dirga tak muncul di hadapan Bintang seperti biasanya. Kepala Bie menengok ke kiri dan kanan untuk memastikan tapi sampai 10 menit berlalu Dirga tak kunjung muncul.
Bie menggelengkan kepalanya. "Ish! Apa sih, ko gue mikirin dia!"
Bie melanjutkan makan siangnya. Hari ini ada menu spesial lagi dari sang ayah, ada nasi goreng ikan asin kesukaan Bie.
Saat akan menyuapkan nasinya, tiba-tiba Bie teringat jika Dirga juga mendapat bekal yang sama dengannya. "Apa itu bocah udah makan? Jangan-jangan tangannya sakit gara-gara jatuh tadi pagi? Alah! Bodo amat lah! Orang salah dia sendiri!" Bie kembali melanjutkan makannya hingga bel tanda waktu istirahat berakhir pun berbunyi.
Benar hingga istirahat usai pun Dirga tak muncul di hadapannya.
.
.
.Hari minggu pagi Bie mengisi paginya dengan berlari mengelilingi taman komplek. Sudah 4 putaran yang dilewati oleh Bie. Napas nya mulai ngos-ngosan.
Bie mengambil duduk dibawah pohon sambil meluruskan kaki nya yang lumayan pegal.
"Sendirian aja, neng?" Sapa seseorang.
Bie tidak mengubris. Sudah biasa baginya mendapatkan godaan dari cowok-cowok.
Lelaki itu mengambil duduk di samping Bie. "Nggak di sekolah pun, kamu tetep aja cuekin aku ya?" Ucapnya.
Bie tak menjawab dia lebih memilih untuk membuka tutup botol dan menegak isinya sampai setengah.
Guntur mengubah arah duduknya. Dia menghadap Bie. Otomatis pandangan mereka bertemu. Guntur langsung tersenyum manis.
"Gini dong. Kalo lagi di ajak ngobrol itu harus liat orangnya." Guntur terkekeh.
Bie menaikan satu alisnya lalu kembali cuek.
"Aku tau nama kamu, Bintang bukan?"
Bie masih betah diam. Dia hanya ingat jika cowok yang di depannya ini adalah salah satu pemain basket dan menurut Bie cowok ini sangat tidak gentle. Jadi, buat apa Bie buang-buang waktu untuk bicara dengannya.
Merasa hanya didiamkan oleh Bintang, Guntur merubah ekspresi wajahnya yang semula senyum menjadi lebih serius.
"Aku minta maaf buat yang waktu itu. Sebenarnya aku tidak-"
Bie tiba-tiba berdiri dan meninggalkan Guntur. Guntur pun ikut berdiri dan mengikuti langkah Bie.
"Serius, aku benar-benar menyesal" akunya. Tapi sepertinya Bie tidak mudah percaya begitu saja. Lagipula dalam pikiran Bie, dia tidak berniat untuk dekat dengan cowok ini. Jadi buat apa dia menghiraukannya.
"Bintang!" Panggil Guntur dengan suara agak keras dan itu mengundang pandangan dari orang sekitar.
Bie memejamkan matanya sejanak lalu berbalik menghadap Guntur. "Gue maafin" setelah itu Bie kembali berjalan.
Guntur merasa tidak puas dengan jawaban Bie. "Tunggu!" Cegahnya.
Dengan malas-malasan Bie berbalik sambil melipat kedua tangannya di dada. "Apalagi?"
Guntur mendekat. "Bisa kita berteman?" Tangan Guntur terulur didepan Bie.
Bie melihat tangan itu dan dengan berat hati menyambutnya.
Senyum langsung mengembang di wajahnya. "Terimakasih, aku Guntur"
"Bintang" sahut Bie seadanya lalu berbalik dan meninggalkan Guntur.
"Setelah perkenalan ini gue yakin lo bakalan jadi milik gue, bukan Dirga" gumamnya dengan tipis.
.
.
.Selamat siangg..
Semoga ada yang menunggu cerita ini yaa.
Selamat membaca 😙Banjarbaru, 1 April 19
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintangnya Angkasa (ON GOING)
Teen FictionAngkasa Dirgantara atau yang biasa dipanggil Dirga ini adalah laki laki yang memiliki cita cita sungguh mulia 'dia ingin memiliki mantan sebanyak 100 orang selama dia 3 tahun bersekolah di SMU Bakti Bangsa' lelaki dengan kulit putih, hidung mancung...