Koreksi typonya aku yaa ^^
"Pagi, yah" sapa Bie sambil mengambil selembar roti lalu duduk.
"Pagi, nak" Doni kembali fokus pada layar ponselnya.
"Lagi chat?" Tanya Bie sambil mengoles selai coklat pada rotinya dan menaruhnya di atas piring tepat di depan Doni.
Pria itu hanya melihat Bie sekilas lalu mengangguk dan kembali fokus. "Kebetulan lagi banyak, nak"
Bie hanya mengangguk-nganggukan kepalanya dua kali.
"Bie berangkatnya bareng ayah ya?"
"Biasanya juga gitu kan" sahut Doni.
Tapi bukan itu maksud Bie, dia hanya bingung kenapa lelaki cap buaya itu tak muncul dihadapannya sejak kemarin.
Bie menggigit rotinya dan mengunyahnya lambat. Ada jenis perasaan aneh saat Dirga tak ada.
Doni yang telah selesai ikut mengambil roti dari atas piring dan menggigitnya.
"Dirga kemana ya?" Seolah mengerti dengan pikiran putrinya.
Bie mangangkat bahunya mencoba pura-pura tak peduli. "Mungkin dia lagi sarapan di rumah cewek barunya, yah"
"Dia punya cewek baru?"
Bie meletakan rotinya. Hilang sudah selera makannya. "Ayah kenapa sih?"
Doni mengangkat alisnya. "Ayah? Kenapa?"
"Iya kenapa nanya-nanya Si nyebelin itu sih?"
Doni tertawa tapi saat melihat perubahan pada raut wajah Bie dia langsung berdehem. "Ayah cuman penasaran aja. Nggak masalah kan? Atau kamu lagi nunggu dia?"
"No!" Sahut Bie cepat.
Doni terkekeh tapi kemudian mengangguk. "Kita berangat sekarang?"
Bie mengangguk lalu mengambil tas dan berjalan lebih dulu di depan Doni.
"Kayaknya ada yang rindu" bisiknya.
"Ayah!" Teriak Bie.
Doni langsung mengulum tawanya. Ternyata gadis kecilnya itu mendengar suara pelannya.
.
.
.Noya mengikuti langkah Bie yang terkesan buru-buru. "Ada apa sih, Bin?" Tanya nya bingung.
"Ada apa, apanya sih?"
"Lo, jalannya cepet amat. Kayak lagi buru-buru gitu" Noya mencoba menyamakan langkahnya dengan Bie tapi gagal.
"Nggak apa-apa. Gue cuman laper jadi rasanya pengen buru-buru sampe kantin"
"Owh" Noya menganggukan kepalanya, "gue kira karena lo nggak sabar pengen ketemu Dirga"
Buk!
Bie menghentikan langkahnya tiba-tiba dan itu membuat punggung Bie sukses ditabrak oleh Noya.
"Apaan sih lo, Bin?" Noya menggosok jidatnya.
"Lo bilang apa barusan?" Tanya Bie sambil melipat kedua tangannya didada.
Noya yang masih setengah linglung menggaruk kepalanya berkali-kali. "Apa? Yang mana?"
Bie memutar bola matanya. Hari ini dia begitu sensitif jika mendengar nama 'Dirga'.
"Gue kebelet pengen katemu sama Dirga?"
Noya tersenyum paham lalu mengangguk.
"Denger ya Plinces Noya, gue nggak lagi pengen ketemu sama singa itu, ngerti?!"
Lagi-lagi Noya mengangguk.
"Siapa tahu lo kangen alias rindu" ucapnya polos dan itu sukses membuat Bie memutar kembali langkahnya menuju kelas.
"Loh, Bin? Nggak jadi?"
Bie tak menyahut tapi langkahnya semakin cepat menuju ruang kelas.
Batal... Batal! Gue lagi sensi denger nama Dirga. Bikin nafsu makan hilang!
Di dalam ruang kelasnya Dirga dan dua sohibnya sedang tertawa-tawa saat mendengar cerita kesialan dari Imam saat mencoba mendekati cewek.
"Nasip lo emang nggak bagus untuk urusan cewek, mam" Dirga lagi-lagi tertawa.
Disusul oleh tawa Fahri yang menggema. "Yoi, gue udah bilang, Dir. Sadar diri mamen, itu cewek kelas atas. Eh, si lintah ini malah nekat ngajak kenalan. Alhasil ya gitu deh" Fahri kembali tertawa.
Sedangkan Imam hanya bisa diam sambil manyun. "Gue kan usaha. Kan kate orang-orang kalo kita usaha itu pasti ada hasilnya"
Dirga menghentikan tawanya. "Ya elo usaha itu juga pake otak, laba-laba. Dilihat, diraba, diterawang dulu siapa target lo. Jangan main asal gaet aja!" Dirga menyonyor kepala Imam.
"Yah, puasin dah lo pade ketawa. Kesel gue!" Imam berdiri dari duduknya.
"Mau kemane lo, kadal?" Tanya Fahri.
"Kantin lah. Lo pikir gua kagak laper habis ditertawakan, heh!"
Fahri ikut berdiri dan berjalan menyusul Imam yang sudah berada di ambang pintu. "Lo, nggak ikut, Dir?"
Dirga menggeleng.
Imam berbalik. "Tumben. Biasa juga nomer satu lo ke kantin buat ketemu Bintang"
Dirga tersenyum sok misterius, "gue lagi usaha bikin doi kangen. Biarlah gue menghilang dulu sementara"
Imam dan Fahri mengangguk paham. "Mau nitip sesuatu nggak?"
Dirga lagi-lagi menggeleng. "Gue udah sarapan tadi pagi. Nyi lampir pulang!"
Fahri mengerti. "Nggak dimasukin racun kan makanan lo?" Gelak tawa Imam langsung menggema.
"Sadis lo!" Ucapnya sambil memukul lengan Fahri.
"Gue serius nanya, cabe keriting!"
Dirga ikut terbahak. "Tenang, suapan pertama dipiring gue, gue kasih buat tuh orang dan lo tahu dia jengkel tapi nggak bisa protes karena lagi satu meja sama bokap gue"
Fahri dan Imam tertawa dan mereka geleng-geleng kepala. "Sudah ah, kita capcus dulu. Yuk, mam!"
Selepas kepergian Imam dan Fahri, Dirga mengeluarkan ponselnya dan mulai melihat-lihat isi galerinya. Ada beberapa foto Bintang disana dan itu adalah hasil dia mencomot dari akun media sosial milik Bintang.
"Cantik banget sih, target siapa dulu" gumamnya sambil terkekeh pelan.
.
.
.Selamat pagi.. Hasil dari jejak pendapat akyu d IG adalah Bintang yang aku Update hari ini 😁..
Buat fans Sunni.. sabar yaa neng, insyallah akan ditulis secepatnya juga 🤗Jangan lupa Vote, komen n Follow...
Dadah 🐙Lagi di Barabai, 21 Mei 19
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintangnya Angkasa (ON GOING)
Teen FictionAngkasa Dirgantara atau yang biasa dipanggil Dirga ini adalah laki laki yang memiliki cita cita sungguh mulia 'dia ingin memiliki mantan sebanyak 100 orang selama dia 3 tahun bersekolah di SMU Bakti Bangsa' lelaki dengan kulit putih, hidung mancung...