Dirga

1.7K 150 16
                                    

Dirga menaruh tas dengan cara melemparnya tepat ke atas meja. Rekan satu bangkunya, Fahri sampai harus mengelus dada karena terkejut.

"Hati hati napa, kena serangan jantung ntar anak orang, Bro" seru Imam yang duduk di depan Fahri.

Dirga hanya menarik satu sudut bibirnya, "Fahri pasti langsung masuk surga, kan dia rajin ibadahnya" jawab Dirga sambil mendaratkan pantatnya di kursi kebesarannya.

"Anjir! Itu mulut lo dir!" Ucap Imam sambil mengetok ngetok meja, "amit amit cabang bebih"

Dirga terkekeh lalu membuka isi tasnya, ada beberapa bungkus kuaci yang dia keluarkan.

"Sabar dulu mamen, masih pagi ini. Ntar lah pas jam pelajaran Bu Selfi boleh lah ini makanan keramat lo keluarin" Imam mencomot satu bungkus kuaci dan menyimpannya dalam saku.

"Heh! Balikin kuaci gue!"

"Elah! Pelit amat lo, kaya orang miskin aja. Timbang satu bungkus ini" Imam mengeluarkan bungkusan kuaci dari dalam sakunya.

"Mau? Beli ndiri..ya ga , Ri?" Dan Fahri hanya mengangguk karena dirinya tengah sibuk menyalin PR milik Dirga.

Fahri dan Imam ini senang berteman dengan Dirga selain karena Dirga ganteng dan mereka ikut ketularan terkenalnya tapi juga karena otak Dirga yang pinter. Padahal setahu Fahri dan Imam, Dirga ini anak yang tergolong malas belajar bahkan kerjaannya main mulu tapi entah kenapa Dirga bisa selalu ranking satu di kelasnya.

"Lo tumben ga nyontek PR gue mam?" Dirga menggigit satu persatu biji kuaci.

"Ga ah, tadi malam pas banget sepupu gue yang jadi kebanggan keluarga mampir. Nah, sekalian aja dia gue suruh ngerjain PR gue."

"Setan lo emang!" Dirga melempar kulit kuaci ke muka Imam.

"Habisnya ya, tiap dia datang nyokapnya selalu bangga banggain dia. Lah, pan dia pinter, sekalian aja gue manfaatin" Imam ikut mengggigit biji kuaci.

"Tapi bener sih, gue juga suka bete kalau tante tante gue suka bangga banggain anak anaknya. Katanya anaknya ikut olimpiade ini lah itu lah. Makanya gue ga pernah ikut acara begituan. Mending gue ngorok di kamar. Jadi deh mimpiin Ralin"

"Eh, Dir. Gimana nih? Kita udah di tahun terakhir. Lo udah siapin nama nama cewe yang bakalan lo pacarin?"

Fahri mengangkat kepalanya, "iya nih. Atau jangan jangan lo udah lupa sama cita cita 'mulia' lo itu?"

"Ya engga lah. Itu sesuatu yang akan menjadi kenangan gue seumur hidup gue, mamen"

"Dari banyaknya mantan lo di sekolah ini, gue rasa stok cewe cantik udah hampir punah" ucap Fahri sambil melempar buku milik Dirga.

"Eh, anjir lo. Udah nyontek juga!" Seru Dirga dan hanya dibalas cengiran oleh Fahri.

"Tapi yang gue herannya ya, semua cewe satu sekolah juga tau kalo lo pasti cuman main main doang, eh mereka masih aja tetep antri buat jadi pacar lo" ucap Imam dan diamini oleh Fahri.

"Ya karena gue ganteng dan tajir lah. Apa lagi coba"

"Heh, bangga banget dia jadi playboy"

"Bu Indri datang woi...!" Ucap ketua kelas yang bernama Bima, laki laki berkaca mata tebal itu biasa berjaga jaga di depan pintu dan akan mengabarkan kedatangan guru sehingga yang lagi nyalin PR akan menghentikan aksinya.

"Kita sambung ntar di kantin rapatnya" ucap Imam.
.
.
.

Di kantin

"Njir sumpah, itu ade kelas senyumin lo, dir" ucap Fahri sambil mencomot bakwan dan melahapnya rakus.

"Udah biasa. Lagian dia bakalan jadi target gue berikutnya" Dirga menyeringai.

"Wah, padahal ya tadi itu gue yang ngasih senyuman termanis" Fahri mencomot lagi bakwan yang kedua, "kutu kupret neh si Imam lama banget baliknya. Keburu kenyang ama bakwan nih gue!"

"Hai, gengs... ini bakso pesenan lo pada. Yang pentol besarnya dua biji punya gue" Imam mengambil duduk di depan Dirga.

"Heh, kutu! Lo lama amat kaya kura kura"

"Sabar napah, gue antri kali"

"Gimana gimana apa udah dapat calon target target lo dir?" Tanya Imam setelah mengunyah pentolnya.

"Baru 3, tinggal satu lagi" sahut Dirga.

"Pilih random aja lah. Biar seru, ya ga?" Usul Fahri.

"Kalo jelek gimana?"

"Nasip lo lah dir. Gimana berani ga lo?" Tantang Fahri.

Dirga nampak berfikir sejenak lalu mengangguk setuju, "okeh. Lo atur aja"

"Yes! Kita kocok kaya arisan aja man. Ntar biar urusan gue yang nyari daftar namanya"

"Pastiin yang belum pernah gue pacarin ya" Imam dan Fahri mengacungkan jempol mereka.
.
.
.

Bintangnya Angkasa (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang