Kita pernah merasakan hal yang sama. Jatuh cinta kepada sahabat dan berujung menjadi patah hati terhebat.
***
Malam ini dirumah megah keluarga Dirgantara sedang berkumpul. Mereka sedang mengobrol sambil menonton TV, karena hari ini papa Panji -papa Shafiya, Ashilla, dan bang Tama- pulang dari tugas luar kotanya. Papa Panji adalah pengusaha terkenal di indonesia, cabang perusahaan nya pun sudah menyebar di berbagai kota. Kemarin perusahaannya yang di Kalimantan sedang mengalami masalah alhasil ia harus turun tangan untuk menanganinya.
Shafiya, Ashilla, bang Tama, dan mama Ines memang sangat sering di tinggal Panji tugas keluar kota. Tapi mereka mengerti akan semua itu. Kadang Ines suka ikut jika Panji ada tugas di luar kota. Tapi kadang juga Ines sibuk mengurus butiknya di Jakarta.
"Ashilla, Shafiya gimana sekolah kalian?" Tanya papa Panji melirik kedua putrinya sebentar lalu kembali fokus ke TV.
Ashilla yang duduk di samping Ines menjawab "Baik ko pa, lancar-lancar aja no problem".
Shafiya hanya mengangguk menyetujui pernyataan Ashilla. Shafiya duduk di samping papa nya dan di sebelahnya ada bang Tama *jadi mereka duduk nya Ashilla, Ines, Panji, Shafiya, bang Tama* sedang fokus menonton TV sambil makan snack.
"Kalau kamu Tama gimana kuliah nya? Sebentar lagi kamu skripsi kan?" Tanya Panji beralih ke Tama.
Merasa namanya di sebut Tama langsung menoleh "iya pa, aku sebentar lagi akan skripsi"
"Kalau gitu kamu bisa dong nerusin perusahaan papa" ujar Panji.
"Tapi pa, cita-cita Tama mau jadi fotografer" bantah Tama.
"Apa sih kamu itu, mau jadi fotografer segala kerjaan nya cuma foto-foto ga jelas" Panji menahan amarahnya dari dulu ia sangat tidak setuju dengan cita-cita Tama yang menurut nya sangat tidak menguntungkan itu.
"Fotografer itu cita-cita Tama dari kecil ,pa"
"Tama berhak memilih mana jalan yang tama mau pilih. Termasuk cita-cita tama" Tama masih saja membantah dan itu membuat Panji jadi naik pitam.
"Pokoknya kamu harus meneruskan perusahaan papa, kalo bukan kamu siapa lagi? Adik kamu? Mereka masih SMA dan tidak mungkin melanjutkan perusahaan papa" Panji meninggikan suaranya seperti membentak Tama.
Ashilla dan Shafiya hanya diam tidak berani untuk angkat bicara. Mereka tau jika ucapan papanya di bantah maka akan jadi seperti ini, papanya akan marah besar.
Ines yang berada di samping Panji mengelus pundak suaminya agar tidak terlalu emosi dan berujung kasar kepada putra pertamanya.
"Lagipula kamu laki-laki dan pantasnya menjadi seorang pemimpin"lanjut Panji.
"Sudah lah mas, biarkan Tama memilih mana yang terbaik untuk dia" ucap Ines.
"Kamu ini terlalu memanjakan anak anak kamu nes jadi seperti ini kan mereka pintar membantah"
"Dan kamu Tama. Papa tidak mau tau kamu harus meneruskan perusahaan papa dan kubur dalam-dalam cita-citamu itu" bentak Panji.
Panji pergi meninggalkan ruang tamu menuju kamar miliknya. Dia sangat emosi karena Tama sudah berani membantahnya. Ines pun menyusul Panji untuk menenangkan suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Twin
Teen FictionShafiya Clarissa Dirgantara mencintai sahabatnya secara diam-diam dan berakhir kekecewaan. Shafiya fikir sahabatnya itu mencintainya juga, terlebih karena mereka memang sudah dekat lama. Tapi harapan tidak sesuai realita. Ternyata sahabatnya malah m...