Aku merasa dia berbeda, selalu bisa membuatku bahagia dengan cara sederhana.
****
Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Fauzan buru-buru merapihkan alat tulis nya dan menghampiri Ashilla di kelas IPA 3. Ojan berjalan keluar kelas. Baru saja ia sampai di depan pintu tiba-tiba memutar balikan tubuhnya.
"Shasa" panggilnya.
Shasa yang sedang merapihkan alat tulisnya langsung memalingkan wajahnya kearah Ojan. Shasa mengerutkan keningnya.
"Shilla pulang bareng sama aku lagi ya, kamu di jemput kan sama bang Tama?" Tanya Ojan.
Shasa menggelengkan kepalanya "enggak, aku gak di jemput. Hari ini aku ada bimbingan"
"Oh yaudah kalo gitu biar Shilla bareng aku aja, kasian kalo pulang sendiri"
"Iya, hati-hati Jan" ujar Shafiya. Sepertinya ia mulai bisa merelakan Ojan perlahan-lahan. Ia berusaha melupakan perasaan nya kepada Ojan.
Fauzan mengangguk dan berlalu meninggalkan kelasnya menuju kelas Ashilla, ia berjalan sambil bersiul.
****
Dikta sudah selesai merapihkan alat tulisnya. Ia bergegas pergi meninggalkan kelasnya menuju parkiran.
"Duluan ya bro" ujar Dikta sambil menepuk bahu Radit.
"Woy mau kemana lo? Buru-buru banget" teriak Bayu.
"Bimbingan" ujar Dikta singkat.
"Oalah Rajinnya mas Dikta. Semangat belajarnya ya mas Dikta biar nanti lulus langsung nikahin aku ya mas" ujar Bayu. Membuat Dikta dan Radit bergidik ngeri.
"Ih najis gue sama lo, gue cowok tulen ya" Dikta langsung pergi meninggalkan kelas, mengabaikan Bayu yang masih menggodanya sambil tertawa terbahak-bahak.
Terlihat dari lawan arah, seorang cowok sedang berjalan sambil bersiul. Cowok itu yang tadi pagi Dikta liat tertawa bersama Shilla. Buat apa dia ke sini? Apa mau ngajak Shilla pulang bareng?. Saat berpapasan Cowok itu tersenyum pada Dikta dan Dikta hanya membalas nya singkat. Dikta melanjutkan langkahnya menuju parkiran.
"Eh tunggu" panggil Cowok itu.
Dikta berbalik "iya"
"Shillanya ada?" Tanya Ojan.
"Ada" jawab Dikta singkat.
"Oh yaudah makasih"
Dikta mengedikan bahunya, ia kembali berjalan ke parkiran takut Shafiya menunggu lama. Karena hari ini mamanya meminta ia agar mengajak Shafiya bimbingan di rumahnya.
Sesampainya di parkiran, sudah terlihat Shafiya sedang berdiri di sebelah motor Dikta sambil menendang-nendang kecil batu kerikil di hadapannya.
"Udah nunggu lama?" Tanya Dikta.
Shafiya mengangkat kepalanya menatap Dikta sebentar lalu menjawab "eh, engga kok. Baru aja"
"Yaudah ayok berangkat"
Setelah Shafiya memakai helmnya dan menaiki motor Dikta. Motor Dikta langsung meninggalkan halaman sekolah menuju rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Twin
JugendliteraturShafiya Clarissa Dirgantara mencintai sahabatnya secara diam-diam dan berakhir kekecewaan. Shafiya fikir sahabatnya itu mencintainya juga, terlebih karena mereka memang sudah dekat lama. Tapi harapan tidak sesuai realita. Ternyata sahabatnya malah m...