"Biarkan seperti ini dulu. Aku hanya ingin merasakan perhatian yang kamu berikan walaupun hanya sebentar. Sampai waktunya tiba nanti, dan aku pergi meninggalkanmu"
***
Seperti janji Dikta kemarin, ia akan menjemput Shafiya dan berangkat ke sekolah bersama. Tapi kali ini berbeda. Mereka tidak hanya berdua, ada Ashilla yang juga menebeng karena Fauzan tidak bisa menjemputnya hari ini. Untungnya Dikta hari ini membawa mobil. Entah itu sebuah kebetulan atau hal yang di sengaja, Shafiya tidak peduli itu.
Sampai di sekolah, Shafiya pamit duluan karna ia harus ke perpus untuk mengembalikan buku yang kemarin di pinjamnya. Dan jadilah Dikta dan Ashilla berjalan beriringan menuju kelasnya yang memang sama.
"Mulai hari ini sampai pertandingan basket antar sekolah, lo harus terus ada di dekat gue ya Shill" ujar Dikta.
"Lo tenang aja Ta, gausah terlalu khawatirin gue. Yang patut lo khawatirin itu sebenernya bukan gue tapi Shafiya.
"Lo harus tau, adik gue itu polos dan mudah percaya sama orang. Jadi lo harus jaga baik-baik Shafiya" lanjut Ashilla kemudian ia masuk kedalam kelas di susul oleh Dikta di belakangnya.
"Woy wasap bro" sapa Bayu yang baru saja masuk kedalam kelas. Membuat siswa yang sudah ada di dalan kelas hanya menggelengkan kepala melihat kelakuannya.
"Morning Sista Shilla" sapa Bayu saat melewati meja Ashilla.
Ashilla menatap Bayu dengan tatapan jyjyknya tapi Bayu malah menatapnya dengan senyum merekah. Padahal kemarin Bayu galau berat (sampai tidak ada gairah untuk hidup) gara-gara Dikta dan Shafiya jadian tapi kenapa sekarang dia sudah kembali ke alam sadarnya?
"Morning Brader Dikta" sapa Bayu sambil ancang-ancang ingin memeluk Dikta. Belum sempat memeluk, Dikta sudah bangun dari tempat duduknya dan bergeser. Alhasil Bayu malah memeluk kursi yang Dikta duduki tadi.
"Kok lo malah pindah sih Ta, gue kan mau meluk lo. Biar kaya ala-ala cowok cool gitu" gerutu Bayu.
Dikta hanya mengerutkan alisnya. Kelakuan Bayu sangat aneh hari ini. Sebenarnya tadi bayu di rumah habis sarapan apa sih, kok otaknya bukannya bener malah bengkok.
"Gausah sok cool, lo gak cocok banget jadi cowok cool. Yang ada malah menjijikan" sahut Ashilla.
"Sirik aja lo!"
"Gue emang cantik"
"Gue bilang SIRIK kerbau bukan CANTIK, budek lo!" Teriak Bayu.
"Yeeee biasa dong lo gausah teriak-teriak emangnya congor cuma punya lo doang!" sahut Ashilla tak kalah kencang.
"Assalamualaikum ya ahli kubur" seru Radit.
"Waalaikumsalam penghuni neraka jahannam"
"Sialan!" Radit melempar Bayu dengan tas ranselnya.
Ashilla, Dikta, dan Marissa -yang baru saja tiba di kelas tertawa. Sedangkan Bayu malah meringis akibat lemparan tas ransel milik Radit.
"Biadab lo Dit, jidat gue kena buku paket lo nih. Benjol deh jidat ganteng Bayu"
"Najis!"
"Eh Ta, tadi gue ketemu Pak Aris, katanya nanti pulang sekolah kumpul dulu" ujar Radit beralih menatap Dikta.
Dikta hanya menjawab dengan anggukan. Pertandingan basket antar sekolah tinggal 3 hari lagi, tandanya tim basket SMA Cakrawala harus mempersiapkan diri. Tidak hanya skil yang harus di persiapkan tapi kesehatan fisik juga perlu. Karena lawan mereka adalah SMA Elang membuat Dikta sebagai kapten tim basket SMA Cakrawala dan Pak Aris sebagai pelatihnya harus memikirkan strategi baru untuk mengalahkan tim basket SMA Elang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Twin
JugendliteraturShafiya Clarissa Dirgantara mencintai sahabatnya secara diam-diam dan berakhir kekecewaan. Shafiya fikir sahabatnya itu mencintainya juga, terlebih karena mereka memang sudah dekat lama. Tapi harapan tidak sesuai realita. Ternyata sahabatnya malah m...