Yang terlihat buruk tidak akan selamanya buruk, yang terlihat baik pun tidak selamanya terlihat baik. Menilai seorang tidak bisa sembarangan. Tidak hanya melihat covernya kemudian kita bisa menilainya begitu saja. Tapi kita harus mengenal lebih jauh terlebih dahulu, baru kita bisa menilai baik buruknya mereka.*****
Hanya 20 menit Shafiya dan Dikta tiba di depan rumah Shafiya. Perjalanan yang sangat menegangkan untuk Shafiya, karena selama perjalanan hanya hening dan Dikta mengendarai mobilnya seperti orang kesetanan.
Shafiya masih diam tidak berniat untuk beranjak keluar dari mobil Dikta. Takut-takut Shafiya melirik kearah Dikta yang menatap lurus ke depan tanpa berbicara. Sebenarnya tidak ada hal lagi yang harus Shafiya tunggu karena mereka sudah sampai rumah Shafiya. Tapi Shafiya harus minta maaf kepada Dikta.
"Mm Dikta ma-af" lirih Shafiya. Sangat pelan tapi masih bisa terdengar oleh telinga Dikta.
"Udah sampe lo bisa keluar sekarang!".
"Ta-pi aku min-".
"Lo punya kuping gak sih? Kalo gue bilang keluar ya keluar. Apalagi yang lo tunggu?!!," bentak Dikta.
Shafiya tersentak. Baru kali ini dia di bentak oleh orang. Bahkan mama papanya pun tidak pernah membentaknya. Air matanya perlahan turun tanpa intruksi dari nya. Shafiya tidak peduli di bilang lemah, toh wanita juga memang perasa. Di sentak dikit langsung kena ke hati.
Saat ini Dikta sangat marah. Bahkan air mata Shafiya tidak bisa meredam bahkan meluluhkan hati Dikta lagi.
Shafiya memutuskan untuk keluar dari mobil Dikta. Sebelumnya ia mengucapkan terimakasih dulu kepada Dikta karena sudah mengantarnya pulang. Walaupun tidak di respon sama sekali oleh Dikta.
Perih pasti. Kenapa di saat hatinya sudah mulai terbiasa dengan kehadiran Dikta dan mulai bisa menerima Dikta sebagai pengganti Fauzan tapi Dikta malah menghancurkan itu semua. Membuat Shafiya kembali ragu untuk menaruh hati kepada Dikta.
Kenapa Dikta harus semarah itu? Sungguh memikirkan perlakuan Dikta hari ini membuat Shafiya pening.
Sesampainya di kamar berukuran --yang bisa di bilang-- luas yang hampir seluruh isinya di dominasi oleh warna putih, dan biru, Shafiya langsung menghempaskan tubuhnya di atas kasur empuk berbalut bad cover berwarna biru dengan motif bunga.
Shafiya hanya ingin beristirahat sejenak, setelah perdebatan tadi bersama Dikta membuatnya capek. Lebih tepatnya capek hati.
Namun, saat kedua matanya akan terpejam, tiba-tiba ponsel yang berada di dalam tasnya berbunyi singkat, seolah memberi pertanda bahwa ada pesan masuk. Shafiya pun langsung mengobrak-ngabrik isi tasnya mencari benda pipih berwarna silver itu dari dalam sana.
Abang Ganteng
De, abang jalan pulang. Mau pesan apa?Shafiya tersenyum singkat, sekejap bang Tama membuat moodnya kembali baik.
Shafiya Dirgantara
Mau silverqueen sama es krim vanila.Abang Ganteng
Shilla udah pulang belum?Tidak lama suara motor sport terdengar berhenti di depan rumah Shafiya. Shafiya langsung lompat dari kasur melihat siapa yang datang. Ternyata itu Ashilla dan Fauzan baru saja pulang.
Shafiya Dirgantara
Udah baru sampe.Setelah pesan balasan terkirim, Shafiya langsung berjalan mendekati lemari, dengan kedua tangan melepas dasi pita yang melekat di lehernya, setelah itu tangannya pun beralih melepas kancing kemeja seragam sekolah yang ia kenakan mulai dari atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Twin
Roman pour AdolescentsShafiya Clarissa Dirgantara mencintai sahabatnya secara diam-diam dan berakhir kekecewaan. Shafiya fikir sahabatnya itu mencintainya juga, terlebih karena mereka memang sudah dekat lama. Tapi harapan tidak sesuai realita. Ternyata sahabatnya malah m...