Part 16 : Maaf Yang Diabaikan

68 10 5
                                    

Ada yang mundur saat terabaikan dan ada yang tetap bertahan walau tak diperdulikan. Mengertilah, cinta punya kekuatannya masing-masing.

****

Shafiya berjalan menyusuri koridor menuju perpuatakaan. Istirahat kali ini Shafiya ingin habiskan dengan membaca materi pelajaran. Dia tidak ingin pergi ke kantin. Bukan karena tidak memiliki uang, Shafiya hanya tidak ingin bertemu dengan orang yang saat ini sedang ia hindari.

Saat sedang melewati lapangan outdoor. Terlihat seorang cowok dengan gesit memasukkan bola basket kedalam ring. Peluh yang mulai membasahi wajahnya, membuat wajahnya terlihat lebih tampan dan ... menggoda.

Shafiya menatap cowok yang sedang bermain basket dilapangan. Seorang yang saat ini sedang ia hindari, malah bertemu tanpa sengaja disini.
Dikta tidak menyadari keberadaan Shafiya di pinggir lapangan. Mungkin karena Dikta terlalu fokus dengan bola basket.

"Hai Shafiya cantik, calonnya mas Bayu" teriak Bayu dari tengah lapangan. Semua mata yang ada di lapangan tertuju kepada Shafiya. Bahkan Dikta yang sedari tadi tidak menyadari keberadaan Shafiya ikut menoleh.

Seketika manik mata mereka bertemu, beberapa detik mereka saling menatap. Ada suatu perasaan aneh yang menjalar di tubuh mereka berdua. Seperti perasaan rindu.

Shafiya melontarkan senyumannya kepada Dikta, tetapi Dikta hanya membalasnya dengan wajah datar.

Semenjak kendalanya kemarin dengan Dikta. Mereka jadi terlihat seperti orang asing yang tak saling kenal. Padahal Shafiya selalu berusaha meminta maaf tapi Dikta selalu mengabaikannya seolah-olah Shafiya tidak pernah ada di dunia ini.

Shafiya menghela nafas kasar. Kemudian melanjutkan langkahnya berjalan menuju perpustakaan dengan kepala menunduk.

"Yah Bay, Shafiya mana mau sama lo. Noh liat, buktinya dia malah kabur" ledek Radit.

"Itu namanya neng Shafiya ngekode biar mas Bayunya kejar" bantah Bayu yang tidak terima dengan ledekan Radit itu.

"Yaelah kepedean amat si lo"

"Ayo main lagi" ujar Dikta datar.

Dikta melanjutkan kembali permainan basketnya. Sebenarnya ingin sekali Dikta menghampiri Shafiya, tapi apalah daya, Dikta masih belum bisa memaafkan Shafiya karena satu hal yang sudah ia persiapkan.

*****

"Dikta" teriak Ashilla dari pinggir lapangan.

Dikta yang merasa namanya dipanggil pun menoleh. Kemudian berjalan menghampiri Ashilla di sana.

"Ada apa?" Tanya Dikta datar.

"Lo liat Shasa gak? Dari tadi gue udah cariin muter-muter sekolah gak ketemu. Dia itu belum sarapan tadi, tapi pas gua cari di kantin malah gak ada." Oceh nya.

Sebenarnya ucapan Ashilla itu tidak berbohong. Shafiya memang belum sarapan, karena tadi tumben sekali Shafiya bangun kesiangan dan terburu-buru sampai tidak sempat untuk mengisi perutnya. Bahkan bekal dari Ines yang sudah disiapkan tidak terbawa juga.

Dikta mengangkat bahu acuh pertanda ia tak tahu dan tak mau tahu dimana Shafiya berada.

"Duh kemana ya? Gue tanya Raya, dia gak tau. Nanya ke Ojan, sama. Apalagi nanya kek lo, makin gak jelas" gerutunya.

Mentang-mentang sekarang hubungannya dengan Dikta membaik. Dikta malah berubah menjadi cowok yang menyebalkan dan selalu mengganggunya. Dikta melakukannya agar suasana canggung diantara mereka bisa hilang dan kembali seperti awal mereka bersahabat.

My TwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang