"kalo lo butuh temen buat dengerin keluh kesah lo, gue siap. Kalo lo butuh bahu untuk bersandar, gue siap. Kalo lo butuh genggaman untuk menguatkan lo, gue juga siap. Buka hati lo lagi Fiya, izinkan gue masuk di kehidupan lo"
****
Sebentar lagi sampai di Villa, Shafiya memberi kabar kepada Fauzan bahwa ia dan Ashilla akan segera sampai.
Sedari tadi, selama di perjalanan. Ashilla tidak henti-hentinya mengoceh, mengomeli Shafiya yang mengajaknya berkeliling mall tidak jelas hingga membuat kakinya terasa nyeri.
"Pegel tau Sha, lo mah nyiksa gue di mall" oceh Ashilla.
Tapi shafiya tidak merespon ia hanya sibuk membuka aplikasi sosial media miliknya. Ashilla mendengus. Setelah sampai di Villa, Ashilla buru-buru turun dari taxi meninggalkan Shafiya yang menatapnya heran.
Setelah membayar taxi, Shafiya berjalan menyusul Ashilla masuk ke dalam Villa. Baru saja Shafiya membuka pintu, ia di kejutkan dengan keadaan Villa yang sudah di sulap seromantis mungkin. Di dekat halaman belakang sudah terlihat Ojan yang sedang membawa boneka sangat besar di tangan kanan dan tangan kirinya memegang balon love. Ashilla sedang terpaku melihat kearah Ojan. Jangankan Ashilla, Shafiya saja benar-benar terpaku sama apa yang dilakukan Ojan.
Ojan berjalan menghampiri Ashilla yang mematung di tempat. Senyuman itu tidak pernah luntur dari wajahnya sejak tadi. Karena dia sangat optimis kalo Ashilla akan menerimanya.
"Ashilla, ada sesuatu yang ingin aku mau omongin. Jangan kamu potong ucapan aku selama aku berbicara. Oke" Ojan merubah kosa katanya menjadi aku-kamu.
Ashilla hanya mengangguk mengerti.
"Shilla, dulu waktu pertama kali aku main ke rumah Shafiya dan pertama kali ngeliat kamu. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Sejak itu memang aku belum terlalu menunjukkan bagaimana perasaan aku. Aku terlalu diam dan tidak berani mengungkapkan apa yang aku rasain selama ini. Setelah berpikir panjang, kalau aku gak ngungkapin perasaan aku sekarang mungkin nantinya kamu akan di ambil oleh orang yang lebih dulu memiliki kesempatan. Sekarang, itu semua ga akan terjadi karena aku mau kamu jadi milik aku hari ini, besok, dan seterusnya"
"Shilla, will you be my girlfriend?" Teriak Ojan.
Ashilla masih diam, ia rasanya masih shock dengan apa yang terjadi saat ini.
Shafiya masih menatap kejadian itu dari kejauhan, matanya sudah memanas. Ia tidak tahu bagaimana ia harus menggambarkan perasaannya saat ini. Ia harus sedih ataukah bahagia?. Rasanya Shafiya ingin sekali menulikan pendengarannya dan membutakan pandangannya saat ini juga. Ia mau melupakan hari ini saja, ingin sekali ia pergi dari tempat itu. Tapi, kakinya seolah-olah kaku di tempat.
'Shafiya harus kuat, Shafiya gaboleh lemah' Shafiya terus saja memberi semangat kepada dirinya sendiri tapi tidak bisa. Bagaimana ia bisa melihat cinta pertamanya mengungkapkan perasaannya kepada kakaknya sendiri. Astaga rasanya ini tidak adil.
Ojan memberikan sebuah jarum kepada Ashilla "kalo kamu terima aku, kamu peluk boneka ini Shill. Tapi kalo kamu nolak, silahkan pecahkan balon ini dengan jarum yang ada di tangan kamu. Anggap saja balon ini adalah simbol hati aku, jika kamu nolak itu artinya hati aku akan hancur seperti balon yang kamu tusuk itu".
Ashilla diam sejenak, memperhatikan Ojan dengan segala keseriusannya. Ashilla tidak bisa bohong, bahwa hatinya pun menginginkan Ojan. Tapi satu sisi tiba-tiba ada perasaan aneh yang muncul di hatinya. Seperti rasa sakit, tapi sakit karena apa?
"Ayo Shill, kamu pilih mana?"
Shilla maju selangkah, dia benar-benar sudah ada di hadapan Ojan saat ini. Ia mengulurkan tangannya yang memegang jarum, ingin menusuk balon itu. Tapi setelah semakin dekat jarumnya dengan balon itu. Ashilla malah membuang jarum tersebut dan langsung memeluk Ojan beserta boneka besar itu. Itu tandanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Twin
Teen FictionShafiya Clarissa Dirgantara mencintai sahabatnya secara diam-diam dan berakhir kekecewaan. Shafiya fikir sahabatnya itu mencintainya juga, terlebih karena mereka memang sudah dekat lama. Tapi harapan tidak sesuai realita. Ternyata sahabatnya malah m...