Part 12 : Penyemangat Ketika Rapuh

63 11 0
                                    

"Bukan cinta yang salah, hanya saja kita menempatkan cintanya kepada orang yang salah"

****

Masa liburan mereka di bandung telah usai. Hari ini Dikta, Shafiya, Ashilla, Ojan, dan yang lainnya kembali ke jakarta. Sebenarnya mereka masih kurang dengan liburannya di bandung tapi waktu yang mengharuskan mereka untuk pulang ke tempat dimana seharusnya mereka berada.

Setelah tiba di jakarta, mereka pulang ke rumah masing-masing. Mengistirahatkan tubuh lelah mereka. Karena esok mereka sudah masuk kembali ke sekolah.

****

Ini adalah waktu yang para siswa siswi SMA Cakrawala tunggu tunggu. Waktu dimana hasil perjuangan mereka selama ini -yang membuat otak mereka seperti ingin pecah- akan di umumkan. Yup, hari ini adalah pembagian Rapot Semester. Para orang tua wali siswa dan siswi SMA Cakrawala sudah menunggu di ruangan yang di tentukan.

Terlihat suasana di masing-masing ruangan sangat tegang. Seperti halnya di ruangan Dikta. Sedari tadi tak henti-hentinya Dikta meremas jari-jari tangannya karena gugup. Dikta takut hasilnya akan mengecewakan. Bukan hanya mengecewakan dia dan orang tuanya tapi juga akan mengecewakan Shafiya. Dikta sangat tidak ingin mengecewakan Shafiya, orang yang telah bersedia menjadi guru pembimbingnya dan membuat nilainya meningkat.

Saat-saat menegangkan pun tiba. Nama Dikta sudah giliran di panggil, Diana pun maju ke meja guru dan duduk di hadapan bu Dina. Dikta juga mengikutinya di belakang.

"Silahkan bu tanda tangan absennya terlebih dahulu" ujar bu Dina sambil menunjukkan dimana Diana harus menandatangani absensinya.

"Gimana bu Dina nilai rapot Dikta? Apakah ada masalah lagi?" Tanya Diana to the point setelah selesai menandatangani absen.

Bu Dina menatap Dikta tersenyum "saya bangga sekali bu sama Dikta. Saya tidak pernah menyangka kalau Dikta bisa meningkatkan nilainya lebih dari yang saya bayangkan"

Dikta yang tadinya masih menunduk karena gugup mengangkat kepalanya menatap bu Dina yang sedang tersenyum kearahnya "selamat Dikta kamu masuk 5 besar"

Dikta melebarkan bolamatanya, dia tidak percaya kalau dia bisa. Bahkan bukan 10 besar lagi, Dikta masuk 5 besar.

"Serius bu?" Tanya Dikta.

"Iya Dikta, ternyata gak sia-sia bimbingan kamu selama ini. Ibu sangat sangat bangga sama kamu Dikta. Terus pertahankan dan tingkatkan ya"

"Terima kasih banyak Bu, Ibu sudah mengajar Dikta hingga seperti sekarang" ucap Diana.

"Ini bukan karna saya saja Bu, tapi ini juga berkat kerja keras Dikta dan bantuan bimbingan Shafiya juga. Shafiya bisa membuat Dikta mau berusaha belajar meningkatkan nilainya"

Diana mengelus punggung Dikta. Diana sangat bangga. Akhirnya Dikta tidak mengecewakannya lagi. Biasanya jika ia mengambil Rapot Dikta selalu saja mendapatkan ceramah dari guru atas kelakuan dan nilai Dikta yang jelek. Tapi kali ini Dikta membuatnya terharu sampai ingin meneteskan air matanya.

Dikta langsung memeluk Diana. Betapa bahagianya Dikta, ia sangat tidak menyangka. Shafiya juga pasti akan senang dan kaget jika mendengar berita ini.

Setelah selesai mengambil Rapot, Dikta izin sebentar kepada Diana untuk menemui Shafiya. Tadi Dikta sempat mengirimkan pesan kepada Shafiya agar menemuinya di halaman belakang sekolah.

"Hai" sapa Shafiya.

"Hai, sini duduk" Dikta memberi ruang agar Shafiya duduk di sampingnya.

"Kamu udah ngambil Rapot?" Tanya Shafiya.

My TwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang