Part 20 : Awal Sebuah Kebohongan

52 7 9
                                    

Aku tidak memaksamu untuk menceritakan semuanya kepadaku. jika kamu ingin bercerita, aku siap mendengarkan. Jika kamu belum siap tidak masalah. Tapi kamu harus paham semua akan terbongkar seiring berjalannya waktu. Dan aku sangat tidak suka jika mendengarnya dari mulut orang lain.

****

Sepulang sekolah Shafiya langsung menunggu Dikta di parkiran, karena tadi ia berangkat bersama Dikta. Tak lama Dikta datang bersama Bayu, Radit, Marissa dan Ashilla.

"Lo udh nunggu lama?" Tanya Dikta posisi mereka berhadapan dengan dibatasi jarak hanya satu langkah.

Shafiya yang tingginya hanya sebatas bahu Dikta pun mendongak, menatap Dikta "Baru aja".

"Tapi gue gak bisa nganter lo pulang. Gue ada perlu" ujar Dikta yang sesekali melirik Ashilla.

"Mau kemana?"

"gue temenin nunggu di halte sampai dapat taksi ya" ujar Dikta mengalihkan pembicaraan.

"Aku nanya kamu mau kemana Dikta?" Shafiya menekankan setiap kata yang diucapkannya.

"Ayo"

Dikta menarik pergelangan tangan Shafiya sedikit kasar, membuat Shafiya meringis kesakitan. Sampai di depan gerbang Shafiya menyentakkan tangannya sampai terlepas dari genggaman Dikta.

"Sakit, Ta" lirihnya.

Teman-temannya hanya menatap pertengkaran sepasang kekasih itu. Mereka tidak berani ikut campur karena itu urusan pribadi Dikta dan Shafiya.

"Maaf"

Shafiya memaksakan senyumnya supaya dia terlihat baik-baik saja.

"Kamu duluan aja, aku bisa cari taksi sendiri. Lagi pula sepertinya urusan kamu itu lebih penting"

"Gue tungguin sampai lo dapat taksi"

"Gaperlu Dikta, aku mau ke toko buku dulu. Kamu duluan aja" Shafiya melirik kearah teman Dikta sekilas. "Kasian teman kamu udah pada nunggu".

"Yaudah nanti pulang dari toko buku gue yang jemput"

"Tunggu gue. Janji gaakan lama" sambung Dikta.

Sebelum meninggalkan Shafiya, Dikta sempat mengelus lembut puncak kepala Shafiya. Kemudian mengendarai motor sportnya dengan Ashilla yang di boncengnya.

Shafiya menghembuskan nafas kasar dan berharap semoga semuanya akan baik baik saja.

****

"Lo masih suka Ashilla?" Tanya gadis ini kepada laki-laki yang berada di hadapannya. Mereka berdua sedang nongkrong di salah satu cafe di jakarta.

"Dari awal gue deketin dia, cuma mau bikin kapten tim basket SMA lo kesel" jawabnya sambil menyeruput kopi pesanannya.

"Tapi sekarang percuma aja lo deketin Ashilla. Dikta gak akan perduli, karena Dikta udah punya yang baru" sinis gadis itu.

"Siapa?"

Gadis ini menunjukkan foto seorang laki-laki dan perempuan yang sedang tersenyum bahagia.

"Gadis ini?"

"Iya, dia adalah target lo selanjutnya"

Laki-laki itu tersenyum sinis. "Lo adalah mata-mata terbaik gue"

****

Toko buku nampak sepi, terlihat hanya ada Shafiya dan beberapa orang saja disana. Alasan Shafiya pergi ke toko buku adalah ia ingin mencari kamus bahasa indonesia-jerman. Ia harus persiapan matang sebelum pergi ke berlin.

My TwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang