Dompet dan Kafe

157 12 8
                                    

Di suatu sore, seorang gadis bernama Karina dan kedua temannya, Caca dan Bella berada di sebuah kafe untuk mengerjakan tugas kelompok. Sebenarnya tugas kelompok itu hanya terdiri dari Bella dan Karina, namun Caca ikutan kumpul dengan mereka karena bosan di rumah.

Awalnya semua berjalan dengan lancar tanpa ada halangan apapun, namun tepat pada pukul lima sore, tiba-tiba handphone Bella berbunyi, refleks Caca dan Karina mengalihkan pandangannya ke arah Bella.

Bella pun menghentikan kegiatan mengetiknya di laptop dan beralih mengecek handphonenya, ada sebuah pesan masuk di handphonenya. Setelah membaca pesan tersebut, wajah Bella seketika berubah kaget.

"Kenapa Bel?" Tanya Caca.

"Adik gue jatuh dari motor."Ujar Bella dengan wajah panik kemudian menatap ke arah Karina "Sorry, Kar, kayaknya gue ngga bisa lanjutin tugasnya." Ucap Bella merasa tak enak hati.

"Ya udah ngga papa, biar gue yang lanjutin, elo mending duluan aja, takut adik lo kenapa-napa." Kata Karina seraya menggeser laptop yang tadinya diketik oleh Bella ke meja di hadapannya.

Setelah memasukkan semua barang-barangnya ke dalam tas, Bella pun berpamitan kepada kedua sahabatnya "gue duluan ya." Bella bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah pintu seraya melambaikan tangannya ke arah Karina dan Caca, mereka pun balas melambaikan tangan.

Bersamaan saat Bella membuka pintu, lonceng yang ada di atas pintu kafe berdering.

"Ca, elo bantuin gue deh, nanti gue traktir." Kata Karina.

"Serius?" Caca yang mendengar kata traktir tiba-tiba langsung bersemangat.

"Elo yang ngedekte, gue yang ngetik." Karina menyerahkan sebuah buku kepada Caca dan Caca pun menerimanya.

"Siap bu boss!" Caca memberi hormat pada Karina.

Mereka pun melanjutkan mengerjakan tugas mereka masing-masing.

Jam menunjuk pukul enam sore, tiba-tiba perut Caca terasa melilit, ia memegangi perutnya dengan tujuan agar sakit di perutnya berkurang. Namun hal itu sia-sia, ia bangkit dari kursinya dan segera berlari ke arah toilet tanpa bilang-bilang pada Karina. Karina menatap punggung Caca hingga menghilang dengan heran.

Selang 10 menit, Caca kembali dari toilet. Namun bukannya melanjutkan pekerjaannya dengan Karina, ia justru mengambil tasnya dan pamit pada Karina karena perutnya sudah tak kuat lagi. Karina mau tak mau mengijinkan Caca pergi dan menyelesaikan tugas kelompoknya sendirian setelah melihat wajah Caca yang tak kuat menahan sakit di perutnya.

Karina hanya bisa menggelengkan kepalanya, pasti Caca sakit perut gara-gara nekat makan makanan pedas. Sudah tahu bikin sakit perut, masih saja dimakan.

Tugas yang harus Karina kerjakan masih banyak, mungkin ia akan mengerjakan tugas ini sampai malam.

Pukul tujuh malam, akhirnya pekerjaan Karina selesai juga. Ia meregangkan otot-otot nya dan menatap ke arah luar jendela.

Kaca jendela kafe dipenuhi oleh rintik-rintik air, Karina baru sadar bahwa di luar hujan deras karena saking fokusnya mengerjakan tugas.

Karina menutup laptopnya dan mengambil handphone nya yang ada di sebelah laptop. Ia mencari kontak mamanya dan mengirimkan pesan bahwa ia akan pulang terlambat.

Karina menatap jendela lagi dan menghembuskan napasnya gusar. Sepertinya hujan akan awet.

Karina meraih caramel latte yang ada di meja dan menyesapnya, berharap bahwa tubuhnya akan hangat, namun karena minuman itu sudah tak terasa hangat lagi karena sudah ia biarkan terlalu lama terkena udara.

Tanpa AlasanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang