Smile Together

23 4 7
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi setengah jam yang lalu dan Karina masih belum beranjak dari bangkunya karena ia harus menyelesaikan tugas-tugasnya yang belum selesai.

Kedua sahabatnya sudah ia suruh pulang duluan karena ia takut mereka jadi kelamaan menunggu.

Karina menyandarkan punggungnya ke kursi dan meregangkan ototnya. Kemudian ia membereskan seluruh alat tulisnya dan memasukkannya ke dalam tas.

Setelah memastikan tak ada barang yang tertinggal, ia pun memulai langkahnya menuju ke luar kelas.

Karina melewati lorong sekolah yang sudah sangat sepi. Ia berulang kali mengedarkan pandangannya ke arah kanan kirinya, lorong sekolah tampak gelap karena ada beberapa lampu yang mati.

Tubuh Karina merinding, suasana sekolah saat sudah sepi terasa sangat mencekam.

Ia pun mempercepat langkahnya karena takut akan melihat hal yang tidak-tidak. Ia memelankan langkahnya begitu sudah sampai di halaman sekolah.

Ketika melewati lapangan basket, tiba-tiba langkah Karina terhenti.

Tendengar suara bola basket yang dipantulkan dan dilempar ke arah ring. Karina melangkah ke arah lapangan basket begitu melihat siapa orang yang sedang bermain basket sendirian.

Baru beberapa langkah memasuki lapangan basket, lagi-lagi langkah Karina terhenti ketika sebuah bola basket menggelinding ke arah kakinya.

Laki-laki itu menoleh saat menyadari keberadaan Karina, Karina pun mengambil bola itu dan melemparnya ke arah laki-laki itu, laki-laki itu menangkapnya dengan sigap.

"Lo belum pulang?" Tanya laki-laki jangkung berambut agak ikal itu dengan ramah, laki-laki itu adalah Dirga.

Karina menggeleng, ia melangkahkan kaki mendekat ke arah Dirga.

"Gue habis ngerjain tugas, lo sendiri ngga pulang?" Karina balas bertanya.

"Ngga deh, di rumah ngga ada siapa-siapa juga." Kata Dirga seraya melemparkan bola yang dibawanya ke arah ring dan lagi-lagi masuk.

"Ohh.." Ucap Karina.

"Tanding basket, yuk!" Ajak Karina, Dirga pun seketika menoleh.

"Emang lo bisa?" Ujar Dirga tak yakin.

"Bisa dong." Karina mengusap hidungnya dengan jempol tangan kanannya, yakin akan perkataannya.

Lalu ia melempar tasnya ke pinggir lapangan dan meregangkan otot-ototnya.

"Lempar bolanya ke arah gue!" Ucap Karina bersiap-siap menangkap bola.

Dirga pun mengangkat bola yang dibawanya ke atas kepala dan bersiap-siap melemparkannya ke arah Karina, namun bukannya dilempar, ia malah memantulkannya ke tanah.

"Kalo mau, coba rebut dari gue." Ucap Dirga seraya menjauhkan bola yang dibawanya dari Karina.

Karina menghembuskan napasnya dengan kesal dan berjalan dengan langkah cepat mendekati Dirga.

Karina berusaha merebut bola itu dari tangan Dirga. Namun Dirga terus-terusan menjauhkannya dari Karina.

"Ihh..ngalah dikit kek sama cewek." Karina menyerah setelah tak berhasil merebut bola.

"Ngga ada ngalah-ngalahan di pertandingan. Lagian yang ngajak kan elo, masa elo sendiri udah nyerah?" Ucap Dirga.

Dirga mendrible bola itu dan melemparnya ke arah ring.

Karina dengan cepat mengambil bola itu setelah jatuh dari ring.

"Haha gue berhasil." Karina mengejek, akhirnya ia berhasil merebut bola itu dari Dirga.

Ia pun mendribe bola itu dan menjauhkannya dari Dirga yang berusaha merebut kembali bola tersebut. Karina mendrible bola itu ke arah ring dan melemparnya, namun meleset.

Bola berhasil direbut lagi oleh Dirga, ia pun mendrible bola itu dan memasukkannya ke dalam ring.

Karina jadi iri melihatnya, enaknya kalau punya badan jangkung kayak Dirga, bisa dengan gampang masukin bola ke dalam ring.

Karina menunduk dan memegang kedua lututnya, mulai mengatur napasnya yang sudah tak karuan.

Dirga melirik ke arah Karina begitu menyadari Karina yang sudah tak lagi mengejar bola, ia sudah hampir sampai di dekat ring, ia pun melempar bola itu ke arah ring, namun meleset, ia memang sengaja.

Karina yang melihat Dirga tak memasukkan bola langsung menangkap bola itu ketika jatuh dari ring dan mendriblenya. Ia melempar bola sesuai dengan yang Ervan ajarkan dulu.

Plosh..

Bola itu masuk tepat ke dalam ring, Karina bersorak dan lompat-lompat tak jelas.

Dirga hanya tersenyum melihatnya, sepertinya ia harus mengalah demi Karina agar bisa melihat Karina terus seperti ini, tersenyum saat bersama dengannya.

Setelah merasa lelah, mereka pun beristirahat di pinggir lapangan. Karina meminum minuman yang selalu dibawanya setiap hari hingga habis dalam sekali teguk.

"Ahh..." Karina merasa lega begitu rasa hausnya telah hilang, ia menutup tutup botolnya dan memasukkannya ke dalam tas.

"Gue akui lo emang jago, tapi liat aja, lain kali gue bakal ngalahin elo." Ucap Karina menantang.

"Okey, gue tunggu sampai lo ngalahin gue." Dirga menjawab tantangan dari Karina.

"Jangan sombong lo." Karina meninju lengan Dirga pelan.

"Kayaknya lo cocok deh jadi kapten tim basket." Ucap Karina lagi.

"Oh, kalo itu gue udah tau dari dulu." Dirga menyentuh dagunya dengan jari yang berbentuk checklist.

"Ih, baru dibilangin udah sombong lagi." Ucap Karina pura-pura sebal.

"Ngga, bercanda." Dirga tertawa.

"Tapi serius deh, elo harus nyalonin diri jadi kapten tim basket." Ujar Karina mulai serius lagi.

"Ngga deh, gue kayaknya lebih suka jadi anggota." Kata Dirga tak setuju.

"Lo tuh punya bakat, jangan disia-siain."

Dirga terdiam, dari dulu ia memang suka main basket, tapi tak pernah lebih dari sekedar iseng-iseng main basket sepulang sekolah atau di halaman rumah. Masuk dalam tim basket saja sudah merupakan hal baru baginya, apalagi kalau jadi kapten tim basket.

"Oh, ya. Gue duluan, ya, gue ada les." Ucap Karina setelah melirik jam tangannya.

Karina menepuk pundak Dirga dan pergi meninggalkan Dirga sendirian.

Dirga terdiam menatap punggung Karina yang makin menjauh, pikirannya masih tertuju pada perkataan Karina tadi.

Ucapan Karina membuatnya jadi mempertimbangkan sesuatu, apakah dengan menjadi kapten tim basket ia jadi bisa melupakan impiannya yang sudah ia kubur sejak lama?

Dirga bingung.



Cieee kalian ngerasa bahagia juga ngga sih kalau bisa berlama-lama sama gebetan? Pastinya iyalah, bisa duduk di sebelahnya aja udah seneng banget 😊😊

Kalian sama kayak Dirga ngga sih? Sama-sama masih bingung sama impian yang ingin dicapai.

Sejujurnya terkadang aku merasakan hal yang sama kayak Dirga, bingung sama impian yang ingin dicapai.

Untuk saat ini sih, impianku masih satu; punya novel karya sendiri.

Doakan semoga tercapai ya☺☺, aku juga bakal doain kalian supaya bisa mencapai impian kalian, juga bagi kalian yang masih bingung mau jadi apa, aku doain semoga kalian cepat menemukan impian kalian.

Seperti biasa, jangan lupa vote dan comment nya yaaa..
Jangan jadi silent reader, okayyyy😇😇

Tanpa AlasanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang