Malam dan Perasaan

18 4 5
                                    

Pikiran Karina dipenuhi oleh rumus logaritma yang tadi diterangkan oleh guru di sekolah, sedangkan tangannya sibuk menulis rumus dan angka di kertas coret-coretan.

Tangan Karina berhenti menulis begitu Ia menemukan jawaban dari soal yang ia kerjakan. Lalu ia membuka kunci jawaban soal untuk memastikan kebenaran jawabannya.

Karina menghela napas sebal karena jawabannya tak sama dengan yang kunci jawaban. Baginya mencari jawaban soal matematika itu seperti mencari misteri. Terkadang bisa terpecahkan dan terkadang tak bisa terpecahkan. Dan sekarang Karina sedang tak bisa memecahkannya.

Seperti para pencari misteri lainnya, sebelum berhasil memecahkan sebuah misteri, maka ia tak akan menyerah. Oleh karena itu, Karina kembali menghitung soal itu namun kali ini dengan bantuan salah satu buku rumus yang jumlahnya lebih dari sepuluh di raknya. Kali ini akhirnya ia bisa memecahkan misteri yang dicarinya, ia salah menuliskan rumus.

Tangan Karina pun kembali sibuk menulis rumus beserta angka-angka yang terdapat dalam soal dan mulai berpikir lagi hingga keningnya berkerut.

Begitu Karina selesai memecahkan sepuluh soal, ia menyandarkan punggungnya ke kursi dan meregangkan ototnya dengan lega. Namun tiba-tiba terdengar suara aneh yang berasal dari perut Karina, Karina memegangi perutnya sambil meringis.

Gadis yang mengucir rambutnya cepol itu menengok ke arah jam dinding, jarum jam sudah menunjuk pukul sembilan malam. Karina baru teringat kalau ia belum makan malam.

Kemudian gadis itu pun melangkahkan kakinya menuju ke ruang makan, berharap ada makanan yang tersaji di meja makan.

Harapannya sia-sia begitu ia membuka tudung saji dan tak menemukan apapun. Ia pun beralih menuju ke kulkas.

Begitu kulkas dibuka, lampu kulkas yang berwarna kuning menyala, mata Karina menjelajahi seluruh isi kulkas dari atas sampai bawah, pandangannya seketika berhenti begitu melihat ada sekotak susu di rak yang berada si pintu kulkas.

Karina meraih susu kotak itu dan meminumnya. Namun belum sampai Karina menelan susu tersebut, ia memuntahkan susu itu kembali. Rasanya benar-benar aneh; asam dan sudah mengental. Susu itu sudah basi.

Karina ter batuk-batuk, ia pun segera menuju ke wastafel dan berkumur untuk menghilangkan perasaan tidak enak di mulutnya.

Perut gadis itu kembali berbunyi, Karina menghela napasnya gusar.

Besok adalah hari minggu dan hampir setiap malam minggu orangtua Karina selalu ada acara di luar dan bakal pulang malam. Sedangkan Bi Mirah sedang pulang kampung sejak dua hari lalu karena suaminya sakit. Jadi malam ini Karina sendirian di rumah.

Kemudian gadis berambut cepol itu membuka lemari makanan dan tak menemukan satu bungkus pun mie instan disana.

Mau tak mau ia harus pergi ke minimarket yang letaknya berada di depan komplek rumahnya daripada harus menahan lapar semalaman.
Sebelum ke minimarket, ia berganti pakaian terlebih dahulu karena saat ini ia hanya memakai kaos dan celana yang panjangnya sedikit di atas lutut.

Setelah selesai berganti pakaian, ia pun bergegas menuju ke minimarket yang jaraknya bisa ditempuh hanya dengan berjalan kaki.

Karina menatap ke arah langit malam yang tampak mendung dan bintang-bintang juga tak nampak satu pun. Karina khawatir kalau bakal turun hujan, namun dua detik kemudian ia menggeleng.

Paling di minimarket ngga sampai lima menit, sebelum hujan pasti udah sampai rumah.

Sesampainya di minimarket, Karina mengambil beberapa mie instan, snack, susu kotak, dan beberapa jus kotak. Kemudian ia membawa belanjaannya menuju ke kasir.

Tanpa AlasanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang