Menghindar

24 3 4
                                    

"Kak Clara!" Panggil Karina ketika tak sengaja berpapasan dengan Clara di lorong.

Clara menghentikan langkahnya dan menoleh, menunggu Karina berjalan ke arahnya.

"Ada apa?" Tanya Clara.

"Boleh minta tolong, Kak?" Tanya Karina berbasa-basi.

"Minta tolong apa?" Tanya Clara.

"Ini." Karina menyerahkan sebuah paperbag berisi jaket Ervan ke hadapan Clara "tolong kasihin ini ke Kak Ervan, bilang ke Kak Ervan kalau gue berterimakasih banyak sama dia." Ucap Karina.

"Oke, nanti gue sampaiin." Clara menerima paperbag itu. 

"Tapi kenapa elo ngga kasih langsung aja?" Tanya Clara heran, memangnya hubungan Karina dan Ervan sedang renggang?

"Emm..itu, gue takut ngga sempet, Kak." Ucap Karina bohong, padahal bukan itu alasan sebenarnya.

"Ohhh, gue kira kalian lagi marahan."

"Makasih, Kak. Gue ke kelas dulu, ya." Karina pamit dan segera melanjutkan langkahnya menuju ke kelas.

Sesampainya di kelas, Karina duduk di bangkunya. Ia menghela napas dan membenamkan wajahnya di kedua tangannya.

"Lesu amat, masih pagi juga." Ucap Bella seraya meletakkan tasnya di bangku lalu menghampiri Karina, ia duduk di bangku yang letaknya di depan bangku Karina.

Karina mengangkat wajahnya.
"Badmood banget gue hari ini." Ucap Karina menjelaskan alasannya kenapa ia terlihat lesu.

"Kenapa? Dimarahin nyokap lo?" Tebak Bella.

Karina menggeleng.

"Lo tau yang di kantin kemaren, kenapa pas gue balik-balik dari kamar mandi muka gue jadi kusut gitu?"

"Gara-gara kecoa, kan?" Tanya Bella asal percaya pada ucapan Caca.

Karina menggeleng "bukan, pas di kamar mandi kemaren, gue ketemu sama Claudia dan dia lagi-lagi ngancem gue dan akhirnya gue udah mutusin apa yang harus gue lakuin sekarang." Karina menghentikan ucapannya sejenak.

Bella mengangkat alisnya menunggu ucapan Karina selanjutnya.

"Gue bakal ngejauhin Kak Ervan." Ucap Karina yang berhasil membuat mata Bella membulat.

"Lhoh kok gitu? Elo nyerah gitu aja?" Bella mengungkapkan ketidaksetujuannya.

"Ya mau gimana lagi, selama ini gue udah mati-matian biar ngga ada orang lain yang ngebully gue, gue udah berusaha buat semua orang suka sama gue dan gue ngga mau usaha itu sia-sia karena kebodohan gue. Gue tau kalau keputusan gue ini ngga sesuai sama apa yang gue pengen, tapi gue juga harus tahu kalau terkadang gue harus berkorban demi kebaikan gue sendiri." Ucap Karina dengan raut sedih.

Bella mengelus pundak Karina dengan lembut.

"Gue ngerti, Kar. Sekarang lo jangan sedih, gue yakin lo bisa cepet move on dari Kak Ervan, soalnya kan ada.." Bella menggantung ucapannya sehingga membuat Karina bertanya-tanya.

"Dirga?" Karina menebak.

Bella mengangguk "kayaknya dia beneran punya perasaan ke elo."

"Kok jadi Dirga? Kita emang deket, tapi kita ngga lebih dari temen." Ujar Karina menyangkal.

"Tapi lo coba pikir deh, Kar. Mana ada sih cowok yang se perhatian dan sebaik itu kalo ngga ada perasaan apa-apa? Coba lo itung, Dirga udah nolongin lo berapa kali?"  Ucap Bella.

Karina mengingat-ingat.

"Udah banyak, bahkan dulu dia rela tangannya sakit demi lindungin gue dari bola baseball." Ucap Karina yang sebenarnya juga heran.

Tanpa AlasanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang