Mimpi dan Masa Lalu

31 4 2
                                    

Malam itu, jam sudah menunjuk pukul sembilan malam, Karina masih berada di sekolah untuk mengerjakan tugas-tugas yang menumpuk di kelas sampai ia lupa waktu.

Setelah membereskan semua buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam tas, Karina pun bangkit dan bergegas keluar kelas.

Ketika ia menurunkan ganggang pintu, ternyata pintu sudah terkunci, Karina seketika panik menyadari bahwa ia terkunci di dalam kelas, sendirian.

Ia menggedor-gedor pintu, berharap ada seseorang yang masih berada di sekolah untuk menolongnya. Namun usahanya sia-sia, mana mungkin masih ada orang di sekolah larut malam gini.

Akhirnya Karina menyerah, ia menjatuhkan dirinya di daun pintu dan terduduk di daun pintu dengan pandangan kosong.

Rasa paniknya bertambah ketika tiba-tiba lampu kelas berkedip-kedip dan perlahan mati. Karina benar-benar pasrah, ia melihat ke arah sekitar, sebuah cahaya tertangkap oleh matanya, cahaya itu ternyata berasal dari jendela. Kemudian ia berlari menuju ke arah jendela, lalu ia menengok ke arah jendela, kelasnya berada di lantai dua, mana mungkin ia keluar lewat jendela, yang ada dia bakalan jatuh dan mati atau minimal patah tulang.

Karina berbalik dan melangkah menuju mejanya, sepertinya tak ada cara lain selain menunggu sampai pagi datang, apalagi jam masuk sekolah masih lama, sekitar lebih dari sepuluh jam lagi.

Suasana kelas malam itu benar-benar mengerikan, ia merasa sedang berada di dalam film horor yang biasa ia tonton.

Karina perlahan-lahan larut dalam rasa kantuk nya, begitu ia mau menutup mata, tiba-tiba ia mendengar suara benda jatuh dari arah sudut kelasnya. Karina seketika menoleh, ia bisa merasakan ada secercah harapan, berarti masih ada orang.

"Siapa itu?" Karina menatap ke arah sudut kelas dengan lekat-lekat, ruangan yang gelap membuat pandangannya terhalang, Karina bangkit dan melangkah ke arah sudut kelas dengan perlahan.

Baru beberapa langkah, matanya menangkap sesosok seseorang dengan jubah hitam mendekat ke arahnya, entah kenapa Karina mendadak jadi takut.

Sosok berjubah itu makin mendekat ke arahnya dan tiba-tiba menerjang dirinya. Karina berteriak.

Pipp.. Pipp.. Pipp..

Karina terbangun dengan napas ngos-ngosan, keringat pun membasahi seluruh tubuhnya.

Ia mengatur napasnya dengan perlahan, Karina merasa begitu lega, ternyata itu semua hanya mimpi.

Tangan Karina meraih jam digital di meja nakas dan menekan tombol off untuk mematikan suara alarm.

Karina menengok ke arah jam dinding, jam sudah menunjuk pukul 07.00. Karina terbelalak panik, ia segera bangkit dari tidurnya dan berjalan menuju ke kamar mandi.

Untuk kesekian kalinya, Karina berteriak saat air menyiram ke arahnya, sangat dingin tapi selalu berhasil membuat matanya melek.

Setelah mandi, Karina langsung memakai seragamnya, untung semalam ia udah menata buku sesuai jadwal pelajaran, sehingga tak membuang-buang waktu di pagi hari.

Tanpa sempat menyisir rambutnya, ia langsung turun ke lantai satu, ia melewati meja makan begitu saja, tak ada waktu lagi buat sarapan.

"Ma, pa, Karina berangkat dulu..." Karina pamit pada kedua orangtuanya, ia benar-benar tak punya waktu untuk mencium tangan kedua orangtuanya.

Karina pun membuka pintu dan segera berlari menuju ke halte.

Sesampainya di halte, bus baru saja lewat. Karina dengan susah payah mengejarnya, untung sopir bus melihat Karina berlari lewat kaca spion, sehingga bus pun berhenti. Karina dengan gesit, naik ke bus dengan dibantu oleh kernet bus.

Tanpa AlasanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang