Mysterious Message 2

16 4 0
                                    

Pagi itu, setelah turun dari bus, Karina berjalan memasuki halaman sekolah. Ia berulang kali menengok ke arah belakang, gara-gara kejadian semalam ia jadi parno sendiri. Bahkan gara-gara ketakutan, Karina sampai begadang karena ngga bisa tidur.

Tanpa ia sadari, di belakangnya ada seorang cewek berjalan mengendap-endap ke arahnya.

"Baa!" Caca menepuk pundak Karina hingga Karina tersentak kaget.

Gara-gara Caca, Karina jadi tambah parno. Ia menengok ke arah sekelilingnya dengan waswas.

Caca menyadari sesuatu yang tak beres dari Karina, tak biasanya Karina tak protes saat ia kagetin. Aneh.

"Lu ngapa sih, Kar?" Tanya Caca heran.

Karina menggeleng dengan cepat "ngga papa." Ucap Karina yang berusaha menutupi ekspresi ketakutannya.

"Lo ngga usah bohong deh sama gue, gue tau lo ada apa-apa." Kata Caca.

Karina menengok ke kanan kiri, melihat keadaan sekitar, ada banyak orang.

"Gue ceritain di kelas." Kata Karina, ia tak mau sampai ada orang lain yang dengar dan memanfaatkan keadaan.

Sesampainya di kelas, Karina menaruh tas di kursinya dan duduk. Caca mengambil kursi di bangku di seberang Karina dan menaruhnya di samping meja Karina.

Bella yang melihat keduanya seperti sedang membicarakan sesuatu, otomatis membalik badannya karena ia duduk di depan Karina, di bangku kedua dari depan.

"Jadi gimana ceritanya?" Tanya Caca.

"Pada ngomongin apa sih?" Tanya Bella kebingungan.

"Udah, lo tinggal denger aja, nanti juga ngerti." Ucap Caca malas menjelaskan.

"Jadi, semalem gue dapet SMS dari orang itu, tapi bukan berupa kata-kata, tapi.." Karina mulai berekspresi takut.

"Tapi apa?" Sahut Caca penasaran.

"Foto gue pas gue jalan di jalan komplek rumah gue, gue yakin banget kalo dia ngikutin gue." Kata Karina merinding lagi.

Bella dan Caca mengerutkan dahi bersamaan.

"Seriusan, Kar?" Kata Bella tak percaya.

Karina mengangguk.

"Kayaknya lo ngga bisa diem aja deh, Kar. Gue takut lo kenapa-napa." Kata Caca khawatir.

"Gue juga takut, kalo dia bikin lo luka gimana? Bukannya gue nakut-nakutin lo, tapi hal kayak gitu kemungkinan besar terjadi, kan?" Kata Bella.

Caca mengangguk membenarkan ucapan Bella.

Karina jadi makin takut, jangan-jangan ucapan Bella emang bener, ia bisa terluka kapan saja karena teror itu. Kapanpun dan dimanapun ia harus jadi lebih waswas lagi.

Bel istirahat berbunyi, setelah Pak Budi mengakhiri pelajaran, siswa-siswi 11 MIPA 2 keluar dari lab fisika menuju ke kelas masing-masing, sebagian ada yang langsung menuju ke kantin.

Karina dan Bella terlebih dahulu ke kelas untuk menaruh buku.

"Kar, yuk ke kantin." Ajak Bella.

"Nanti gue nyusul deh, buku paketnya kebawa gue, jadi gue harus ngembaliin sendiri ke perpus." Kata Karina seraya menunjukkan buku paket fisika yang seharusnya ditumpuk malah terbawa olehnya.

"Oke, gue duluan yaa." Kata Bella kemudian melangkah keluar kelas menyusul Caca yang sudah menunggu di depan kelas mereka.

Karina bangkit kemudian berjalan menuju ke perpustakaan yang ada di lantai satu.

Sesampainya di perpus, Karina mengembalikan buku dan bergegas menuju ke kantin.

Ketika ia melangkah melewati halaman sekolah, lagi-lagi ia merasa ada orang yang memperhatikannya, Karina menengok ke belakang, yang ia lihat hanya orang-orang yang sibuk dengan urusannya masing-masing.

Karina pun melanjutkan langkahnya, berusaha tak peduli. Namun saat ia berjalan, tiba-tiba ponselnya berdering, ada sebuah pesan masuk, pesan dari nomer misterius itu lagi.

Di halaman sekolah, aku melihat kamu sedang berdiri ketakutan. Tapi aku senang karena kamu merasakan seperti yang aku rasakan dulu.

Bulu kuduk Karina seketika berdiri, ia menengok ke belakang lagi, mencari orang yang kira-kira terlihat mencurigakan.

Pandangannya tiba-tiba terhenti pada Claudia yang menatap dirinya dengan licik.

Ia jadi curiga, namun ia segera menghilangkan pikiran buruk itu dan bergegas melanjutkan langkahnya menuju ke kantin.

"Guys, gue dapet SMS lagi." Kata Karina ketika ia duduk di meja kantin tempat Caca dan Bella duduk.

"Dari orang itu?" Kata Caca.

Karina mengangguk "bahkan dia tau kalo tadi gue lewat di lapangan." Kata Karina.

"WTH, dia ngikutin lo sampe sini?" Sahut Bella tak percaya.

Karina mengangguk, ia meraih es jeruk Bella dan meminumnya lewat sedotan.

"Gue jadi merinding." Caca memegang kedua sikunya karena merinding.

"Apalagi gue." Ucap Karina.

"Tapi orang itu pasti punya alasan, kan neror elo?" Kata Bella yang sebenernya masuk akal.

"Iya gue juga setuju, apa jangan-jangan elo pernah ngelakuin kesalahan di masa lalu?" Tanya Caca.

"Kesalahan di masa lalu?" Kata Karina kemudian mengingat-ingat.

Sejujurnya dia pernah sekali ngelakuin kesalahan di masa lalu, bahkan bukan kesalahan kecil, tapi kesalahan besar.

Tapi kalau dipikir-pikir, tak mungkin kesalahan itu menjadi sebab ia diteror, mustahil.

Karina menggeleng "kayaknya engga." Elak Karina, ia belum siap untuk menceritakannya pada kedua sahabatnya, sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk menceritakannya.

Mungkin lain kali.

Tanpa AlasanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang