Dilemma

23 5 2
                                    

"Emang ngga boleh kalo pengen ketemu sama gebetan?"

Setelah pelajaran kimia selesai, bel istirahat berbunyi. Bu Tika selaku guru kimia segera menutup pelajarannya dengan salam.

"Karina, boleh bantu saya bawa buku ini ke ruang guru?" Ucap Bu Tika pada Karina yang duduk tepat di depannya.

"Iya, bu." Karina pun mengambil beberapa buku di atas meja guru dan membawanya.

Ia berjalan keluar kelas mengikuti Bu Tika yang berjalan di depannya hingga ke ruang guru.

"Terimakasih, ya, Karina. Sekarang kamu boleh kembali ke kelas." Ujar Bu Tika begitu mereka sudah sampai di ruang guru dan Karina meletakkan buku yang dibawanya ke atas meja Bu Tika.

"Iya, bu. Kalau begitu saya permisi." Ujar Karina, setelah salim pada Bu Tika, ia berbalik dan berjalan menuju ke kelasnya.

Ketika melewati kelas 11 MIPA 3, tanpa sengaja Karina berpapasan dengan Dirga yang akan keluar kelas.

"Karina." Panggil Dirga yang membuat langkah Karina tertahan.

"Iya?" Karina menoleh.

Dirga melangkah menghampiri Karina "Thanks, ya, udah beliin gue minuman." Ujar Dirga basa-basi.

Karina tersenyum "gue yang harusnya bilang makasih karena udah minjemin gue topi. Lain kali kalo lo ngga bawa, gue deh yang minjemin." Kata Karina.

"Janganlah." Ucap Dirga cepat.

"Kenapa?" Tanya Karina heran.

"Paling elo juga pingsan kalau dihukum." Dirga mengakhiri ucapannya dengan tawa.

"Yee enak aja, gue strong tau." Ucap Karina seraya menunjukkan lengannya yang seolah berotot.

"Oh jelas aja elo ngga tinggi-tinggi, orang makanan yang lo makan jadi tenaga." Ejek Dirga.

"Yee, gini-gini tinggi gue di atas rata-rata cewek di kelas gue tau." Ujar Karina tak terima, namun itu kenyataan.

"Tinggi lo berapa emang?"

"Seratus enam dua, elo sendiri?"

"Terakhir gue ukur sih, seratus delapan lima."

"Masih tinggian Kak Ervan dong." Karina balik mengejek.

"Apa nyebut-nyebut nama gue?" Ucap Ervan yang tiba-tiba muncul di belakang Karina dan merangkul pundak Karina, Karina seketika menoleh dengan kaget.

"Lhoh Kak Ervan kok bisa di sini?" Tanya Karina tak menyangka.

"Emang ngga boleh kalo pengen ketemu sama gebetan?" Ucap Ervan seraya menaikkan alisnya dan tersenyum lebar.

Mata Karina seketika membulat, pipinya perlahan memerah.

"Bercanda, baperan banget sih." Kata Ervan menyadari wajah Karina yang memerah.

"Tadi gue habis dari lab, terus ngga sengaja lewat." Ervan kemudian menjelaskan.

"Oh." Karina kecewa, ia melepaskan rangkulan Ervan dari pundaknya dan berbalik menuju ke kelasnya.

Melihat hal itu, Ervan segera bergegas menyusul langkah Karina. Namun sebelum berbalik, Ervan menatap ke arah Dirga sesaat kemudian tersenyum, Dirga balas juga dengan senyum. Setelah itu, Ervan segera mengejar Karina yang langkahnya sudah makin menjauh.

Dirga hanya bisa berdiri menatap keduanya dengan perasaan sesak, ia dan Karina memang dekat, tapi ada yang lebih dekat lagi dengan Karina, Ervan. Ia cemburu, tapi tak dapat berbuat apa-apa.

Tanpa AlasanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang