Naomi

25 5 2
                                    

Seorang gadis berjalan dari ruang guru dengan membawa kertas-kertas hasil ulangan. Di lorong, orang-orang yang ia lewati ber bisik-bisik membicarakannya. Gadis itu pura-pura tak peduli, padahal sebenarnya ia sangat peduli.

Tiba-tiba gadis itu terjatuh dan kertas-kertas yang dibawanya berserakan di lantai, gelak tawa terdengar di penjuru lorong.

Gadis itu tahu bahwa ia terjatuh bukan tanpa sebab, tapi ada seseorang yang sengaja menjulurkan kakinya sehingga ia tersandung.

"Jalan pake mata." Ucap seorang laki-laki yang tadi sengaja menjulurkan kakinya agar gadis itu tersandung, laki-laki itu tertawa.

Gadis itu tak peduli, ia masih sibuk mengambil kertas-kertas yang berserakan di lantai.

Dirga yang saat itu baru saja dari toilet tanpa sengaja melihat gadis itu dan bergegas menolong gadis itu.

Ia kenal dengan gadis itu, gadis itu adalah teman sekelasnya, Naomi.

"Lo ngga usah bantuin gue, gue ngga butuh bantuan." Naomi merebut kertas-kertas di tangan Dirga yang sudah Dirga pungut dari lantai.

Bohong. Tak mungkin ia tak butuh bantuan orang lain.

Gadis itu berdiri dan meninggalkan Dirga yang mematung di tempatnya.

Dirga mengerutkan dahi, Naomi benar-benar aneh, padahal ia punya niat baik untuk menolong gadis itu. Ia hanya tak suka melihat orang lain ditindas dan ia tak bisa hanya diam menontonnya.

Dirga pun berbalik menuju ke kelasnya dengan langkah santai dan pikiran yang masih mengarah pada sikap aneh Naomi.

Sesampainya ia di kelas, matanya bertemu dengan mata Naomi.

Naomi tiba-tiba berjalan ke arahnya dan menyerahkan kertas hasil ulangan kepada Dirga, Dirga pun menerimanya.

Sebelum gadis itu berbalik, Dirga menarik lengannya, gadis itu pun menoleh.

"Kalo ada yang nindas lo, lo jangan diem aja." Ucap Dirga pada Naomi.
Naomi menatap Dirga dengan tak suka.

"Urus urusan lo sendiri." Naomi melepaskan genggaman Dirga dari lengannya dengan kasar.

Dirga mengerutkan dahinya lagi, sepertinya ia harus benar-benar menjauhi Naomi, karena sepertinya gadis itu tak mau ada yang mendekati. Tapi sifatnya itu benar-benar membuat Dirga jadi makin penasaran.

Bel masuk pun berbunyi, kelas 11 MIPA 3 kembali hening ketika Herr Andi masuk ke dalam kelas untuk memulai pelajaran bahasa Jerman.
Pandangan Dirga masih tak lepas dari Naomi.

"Ga!" Panggil Arka yang duduk di sebelah Dirga, Dirga pun menoleh.

"Lu ngapain ngeliatin si cewek freak itu?" Kata Arka yang membuat Dirga bingung.

Dirga mengerutkan dahi "siapa?"

"Naomi, itu julukan dari sekelas, tapi dia emang beneran freak, udah lama orang-orang njulukin dia kayak gitu, elo belum tau?"

Dirga menggeleng, semenjak pindah dia memang jarang memperhatikan orang-orang di sekitarnya, waktu di sekolah selalu ia habiskan untuk menyendiri. Sejak perceraian orangtuanya ia memang jadi anti sosial.

Dirga menatap lagi ke arah Naomi.

"Pokoknya lu jangan deket-deket sama dia." Ucap Arka seperti mengancam.

Dirga menoleh lagi ke arah Arka.

"Kenapa?" Dirga bertanya lagi.

"Dia ngeselin. Lo tau penyebab dia ditindas sama banyak orang?" Arka memberi teka-teki.

Tanpa AlasanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang