Luka Yang Terus Bertambah

216 14 3
                                    


Setelah kejadian itu, Sophia langsung meminta untuk pulang sambil menutupi pipinya yang memerah dan berlari kearah mobil sendiri. Senyum kecil terukir di wajah Metthew melihat kelakuan pacarnya. Jantungnya berdetak kencang kala memeluk perempuan tersebut dan entah mengapa bibirnya ingin mengatakan bahwa ia sayang perempuan tadi dan tidak akan melepaskannya. Apa cinta ini namanya? Tanya Metthew membatin.

**

    Hari terus bergulir. Hidup Metthew terasa nyaman dengan adanya Oppa Leon di Indonesia, namun tidak bagi saudara kembarnya. Ia tidak bisa memprofokatori orang tuanya untuk membalaskan dendamnya kepada Metthew, iya dendam yang telah lama ada karena kejadian besar yang menimpa mereka.

**

    Pagi hari terlihat seorang laki – laki dengan wajah bantal yang terduduk di tepi kasurnya. Perlahan ia meregangkan badannya, dilihatnya jam sudah menunjukan pukul 6 pagi, ia mengambil hpnya yang berada tepat di samping jam nya. Dilihatnya notification dari perempuan yang berharga untuknya.

     Tak butuh waktu lama Metthew sudah siap dengan semua perlengkapannya, ia mengarahkan kakinya melangkah turun. Di dengarnya dentingan piring pertanda sedang ada keluarga bahagia yang sedang sarapan tanpa Metthew. Ia turun sambil menarik nafasnya berat, ingin ia bergabung disana namun ia tau akhirnya dia akan di usir juga jadi ia memilih untuk cuek seakan tak mendengar dan melihat apapun walau itu sakit.

"Birlem, ulang tahun kamu sudah dekat kita makan – makan ya sama keluarga ? sudah lama tidak makan bersama lagi." Ucap Mama Wulan lembut

"Iya sayang, papa kangen kita makan bersama" Ucap Papa Richard mendukung

  Tak ada sahutan dari Birlem, ia hanya melirik kearah Metthew yang baru menuruni anak tangga dan akan berjalan keluar.

"Tunggu" Ucap Birlem

  Metthew tetap menjalankan kakinya keluar, ia tidak tau bahwa dialah yang di panggil oleh Birlem.

"Dasar anak tak punya sopan santun" Ucap Papa Richard lalu melangkah mengejar Metthew

"Eh Paa" Ucap Birlem yang melihat sorot papa nya yang emosi mengejar Metthew yang sudah keluar, namun tersirat senyum bahagia di bibir Birlem.

      Papa Richard yang sudah kembali dari luar dengan Metthew yang di tarik ke dalam, bisa Mama Wulan dan Birlem lihat genggaman ayahnya benar – benar kencang.

"Kenapa Pa?" Tanya Metthew menahan emosinya sebisa mungkin sambil memegang bekas genggaman ayahnya yang sekarang terlihat memerah.

"Heh! Masih bisa nanya kenapa? Kamu emang gak punya otak atau gimana?" Ucap Nyolot Papa Richard

"Salah saya apa lagi sih? Saya sudah tidak mengganggu anda dan Birlem" Ucap Metthew yang terbawa

Plak

    Sebuah tamparan mendarat di pipi Metthew, bisa di lihat ujung bibir Metthew yang mengeluarkan sedikit darah akibat tamparan tersebut.

"Kamu memang anak tak tau sopan santun! Kamu tau Birlem tadi memanggil mu kenapa kamu tidak menyaut? Sudah meresa jagoan kamu? Sudah merasa hebat karena ada Oppa mu disini? Sudah merasa berani melawan saya karena kamu tau kamu memiliki pelindung disini?" Ucap papa nya sambil mendorong Metthew. "Kamu memang lahir sebagai parasit dan akan selalu menjadi parasit!" Ucap sinis Papa Richard. "Sekarang cepat pergi dari muka saya. Pergi!" Teriak Papa Richard

"Terimakasih sarapannya Pa. Satu hal yang harus anda dan keluarga anda tau bahwa saya tidak pernah memanfaatkan Oppa sebagai kekuatan saya, tapi karena Tuhan masih sayang dengan saya dengan menghadirkan Oppa yang bisa menjaga saya jauh dari orang tua saya menjaga saya bahkan sampai tidak perduli dengan saya" Ucap Metthew lalu menarik nafasnya pelan. "Anda tidak pernah tau tentang saya, dan saya mohon jangan pernah sok mengetahui tentang saya. Saya diam bukan karena saya takut tapi saya masih hormat dengan Anda sebagai orang tua saya. Saya permisi" Ucap Metthew lalu berlalu pergi yang dibalas tatapan sinis Papa Richard dan Birlem sedangkan Mama Wulan yang sebenarnya tidak tega namun kenangan dulu yang terus datang membuat kebencian itu datang lagi 

The TruthWhere stories live. Discover now