"Gue udah dapet nomornya!" Nina menjauhkan ponselnya dari telinga. Lelah masih menderanya. Bahkan matanya hanya lima watt menatap ke ponsel. Hampir seminggu lamanya Nina tidak masuk sekolah, prosesi adat juga militer untuk Opungnya membuat Nina selalu mendambakan kasur.
"Hmm... Wi, lo ngomong apaan?" tanya Nina mengusap-usap wajahnya. Diliriknya jam dinding menunjukkan hampir pukul sembilan malam.
"Charles, kayaknya dia cocok banget. Gue kemarin pas-pasan sama dia, gue bilang ada yang mau kenalan. Eh, dia tanggepin. Tapi gue nggak bilang siapa. Kalo mau ketemu, besok di Pensi."
Nina merentangkan tubuhnya. "Charles? Siapa?"
"Itu lho... kakak kelas cakep yang gue ceritain tempo hari."
"Wi, gue lagi males urus gitu-gitu-"
"Lo nggak masuk seminggu, dan anak-anak semua gosipin lo. Dan parahnya mereka semua sukurin lo, siapa suruh jadi cewek sok princess apa-apa maunya diduluin. Kuping gue panas!"
Nina menghela napas berat, tanpa perlu diurut satu per satu, banyak cewek di sekolahnya yang diam-diam melirik sinis. Itu sebabnya juga putus dengan Endru mungkin membuat kehidupan SMAnya sedikit tenang. Tapi, tatapan iri itu sekarang mungkin berubah menjadi tatapan meledek.
"Nin, teleponan sama siapa?" Mami masuk, mengecek seperti biasanya. Nina langsung menyudahi teleponnya. Anggapan bahwa anak satu-satunya akan dimanja, bagi Nina nihil. Maminya akan mendikte seluruh hidupnya.
"Tiwi, Mi. Kabarin ada tugas gitu. Kan udah semingguan nggak masuk."
Mami diam. Sepertinya dia tidak punya alasan untuk menyela. "Oke. Udah selesaikan? Langsung tidur."
"Hm."
Mami mematikan lampu utama sebelum kembali keluar dan menutup pintu rapat.
Nina menghidupkan lampu tidur sebelum kembali menarik ponselnya, kantuknya menguap entah kemana. Pemberitahuan dari app Instagram muncul. Biasanya Nina hanya melewati begitu saja untuk orang-orang yang berniat mengiriminya DM. Tapi kali ini, nama akun yang muncul membuat tatapannya terpaku.
Ganesha A ingin mengirimi anda pesan
Ganesha A? Mungkinkah?
Jemari Nina tak menunggu lama untuk segera mengizinkan pesan tersebut masuk.
Mata Nina membeliak menatap gambar yang dikirimkan. Bentuk chat berulang.
+628985050xxxx : Hai salam kenal.
+628985050xxxx : Ini Ganesha kan? Anak X IPA6.
+628985050xxxx : Aku Nina anak X IPA1.
+628985050xxxx : Hai, jangan cuma di read dong.
Ganesha A : Ini lo?
Bingung, sudah pasti. Bahkan Nina bingung harus membalas apa. Yang pasti itu bukan dia. Tapi, yang lebih mengherankan lagi, Aga ternyata masih mengingatnya. Nina hampir tak percaya, setelah beberapa waktu yang lalu cowok itu bertingkah seperti tak mengenalnya.
Ganesha A : Kenapa ngk jawab? Ini nomor udah hubungi gue lebih dari seratus kali mungkin. Gue blokir, nomor lain masuk. Lo sampe segitunya niat stalking gue?
Nina menggeram. Kenapa dari dulu sikap kasarnya tak berubah.
Karanina : Bukan. Itu bukan gue. Kepedean banget lo.
Nina mematikan layar ponselnya. Menahan hasrat untuk tidak melihat lebih jauh akun IG cowok itu. Lagian siapa juga yang mengaku-ngaku dirinya? Atau mungkin karena terlalu depresi tidak mendapat tanggapan Aga?
KAMU SEDANG MEMBACA
After We Don't Talk Anymore
Novela JuvenilKaranina Lubis baru saja di selingkuhi sang pacar, Endru. Sikapnya yang biasa-biasa saja, membuat sang sahabat, Tiwi, geram. Setiap hari Nina mulai direcoki dengan acara pembalasan dendam yang dirancang matang oleh Tiwi. Beragam cowok most wanted se...