Bab [16] Heartbreak

11.7K 1.7K 30
                                    

Nina berpikir Aga benar-benar sakit. Kemarin dia tak datang ke sekolah, tak juga mengaktifkan ponselnya. Tiwi belum juga muncul, bahkan wali kelas sudah mulai menanyakan.

Tanpa dua sosok teman dekatnya itu, Nina bahkan tak fokus mengerjakan apa pun. Hanya diam di kelas. Ajakan Ajeng dan Rama pun kali ini ditolaknya.

Tapi, memasuki hari kedua ini, sepertinya ada gangguan yang datang. Nina berusaha mengalihkan kedatangan Charles dan dua orang temannya dengan fokus membaca buku. Meski tak sendirian di kelas, tetap saja, di barisannya hanya ada Nina seorang. Apalagi, jelas-jelas langkah Charles mengarah ke mejanya.

"Hai Nin. Lagi ngapain?"

Cowok ini nggak punya mata ya? Dumel Nina dalam hati.

"Jangan serius-serius amat. Lo fokus belajar diluaran cowok lo selingkuh."

Nina mendengus kemudian menatap Charles. Tidak menyangka cowok ini memiliki mulut seperti cewek. Tapi tunggu dulu, cowok siapa yang dia maksud?

"Temen lo Tiwi, juga nggak masuk-masuk ya?"

Nina tetap diam, memandang lurus dengan wajah kakunya.

"Natapnya jangan gitu banget, ntar jatuh cinta..." Charles meledek. Namun, tak mendapat sahutan dia malah berdecak lumayan kesal. "Cowok lo nggak masuk. Temen lo juga nggak masuk. Dan mereka berduaan di belakang lo. Cewek secantik lo diselingkuhi dua kali. Dan kali ini sama temen deket lagi. Gue orang baik, makanya kasih tau ini ke lo."

Sekeras pemikiran Nina untuk tak terpengaruh nyatanya, jantungnya berdebar kencang. Dia bisa membedakan mana omongan bohong mana tidak. Nina... untuk kali ini jangan terpengaruh. Seberapa sering Aga bilang dirinya terlalu polos, untuk kali ini Nina harus membuktikan dia tak sepolos itu.

Tetapi, perkataan Charles keburu mengganggu logikanya. "Lo-jangan ngomong sembarangan."

"Gue liat sendiri Tiwi di kostan cowok lo kemarin. Lo bisa tanya ke Tiwi. Kalo dia nggak ngaku cari gue. Atau gini deh, biar lebih jelas." Charles berlagak, dia berada di atas angin sekarang. "Gue anter lo ke kostan si Ganesh anjing itu pulang nanti, gimana?"

Nina menggeram dengan sebutan yang diberikan Charles. "Sori gue sibuk," sahut Nina cepat, mengalihkan kelabilan dalam dirinya. Andai saja yang dikatakan Charles benar, itu artinya dia melewatkan kesempatan untuk mencari Tiwi. Sementara semalam Mama Tiwi masih menghubunginya.

Charles menaikkan alisnya. "Yakin nolak?"

Nina bergeming, cukup lama. Hingga Charles menepuk mejanya. Berpikir usahanya untuk memprovokasi Nina telah gagal.

"Gue nggak percaya omongan lo," kata Nina membuat langkah Charles berhenti. "Tapi, gue butuh tau keberadaan Tiwi."

Charles menyeringai. "Oke, nanti gue anter lo ketemu Tiwi."

"Nggak, gue nggak mau di bonceng sama lo."

Charles tertawa kecil. "Terserah lo. Gue tunggu di gerbang."

Jam pulang sekolah tiba. Tadi, Nina dengan sangat terpaksa memohon-mohon pada Om Iko untuk memuluskan perjalanannya kali ini. Tanpa alasan yang jelas, tentu saja Om Iko sulit untuk ditaklukan kali ini. Tapi, dengan segala rengekan yang Nina keluarkan akhirnya Om nya itu mengiyakan. Membantunya untuk memberikan alasan ke Mami, kalau hari ini Om Iko yang akan menjemput.

Nina juga terpaksa mendownload aplikasi Go-Jek, dan meminta Charles untuk menyebutkan alamatnya.

Melihat Charles yang menuruti apa kata Nina, membuat Nina semakin tak tenang, jika begini, besar kemungkinan yang dikatakan Charles benar adanya.

After We Don't Talk AnymoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang