|2|. Tetangga

12K 862 27
                                    

Seharusnya sekarang masih jam istirahat, sayangnya Melssa sudah duluan istirahat. Bahkan dia pulang duluan.

Rumah Melssa berada di salah satu komplek yang bisa di katakan elit karena harga rumah yang berada di komplek itu mencapai miliaran rupiah.

Rumah dengan cat berwarna putih gading adalah tempat kediaman Melssa.

Melssa membuka pagar dan berjalan masuk, tidak lupa menutup gerbang kembali. Melssa hanya tinggal sendiri di rumah besar ini. Alasannya karena kedua orang tuanya sibuk bekerja. Mamanya adalah seorang dokter spesialis penyakit dalam sedangkan Ayahnya adalah seorang pemilik resort termewah dan terbesar di beberapa belahan dunia. Jarang berada di negara, tinggal di luar negeri untuk beberapa bulan. Jika pekerjaannya mendesak.

Setelah membuka sepatunya, Melssa berjalan masuk. Segera menuju ke kamarnya yang berada di lantai kedua.

Melssa mengganti semua pakaiannya menjadi lebih santai, niatnya dia akan memasak untuk makan siang. Tapi karena malas, dia memutuskan untuk mengambil kunci motor maticnya dan segera berangkat menuju mini market. Membeli beberapa makanan instan, walau ia tau jika Mamanya tau dia akan di marahi habis-habisan. Tapi, yang terpenting sekarang ini adalah, perut.

Setelah memarkirkan motornya, Melssa memasuki mini market yang sepi. Hanya ada kasir dan beberapa pengunjung yang telah selesai berbelanja dan sedang mengantri untuk membayar.

Berikan ke rak makanan ringan, Melssa mengambil beberapa bungkus snack dan Oreo serta dua kotak pocky. Melssa beralih pada kulkas besar yang berisi minuman. Mengambil dua botol minuman teh berperisa dan tiga kotak ultramilk cokelat ukuran sedang.

Melssa beruntung saat dia selesai, kasir telah sepi. Setelah membayar Melssa membawa semua belanjaannya di motor, lalu melajukan motor itu menuju rumah.

Sampai di rumah Melssa langsung menyalakan televisi dan membuka bungkus snack.

Surga.

***

Saat Melssa terbangun, Mamanya sudah berdiri di depannya dengan kedua tangan di pinggang. Menatap tajam Melssa yang hanya menyengir.

"Apa yang Mama bilang tentang makanan ringan, Mel?"

Melssa merubah posisinya yang tertidur di atas sofa menjadi duduk, menyengir dengan wajah masih mengantuk ke arah sang Mama.

"Lapar, Ma. Nggak ada makanan."

Ara, Ibunda Melssa berdecak. "Alasan kamu!"

Dengan polos Melssa menggeleng. "Aku nggak sanggup kalau harus masak lagi, ribet, Ma. Kenapa sih Mama pecat pembantu kita, bikin ribet aja."

"Kok jadi kamu yang ngomel?" Ara mendelik, menatap anak perempuannya.

Melssa menghela nafas. "Ma, aku itu pulang sekolah itu capek, lapar, lelah, lesu. Bisa pingsan aku kalau udah capek di sekolah, di rumah juga capek. Mama sama Mama jarang ada di rumah juga." Melssa memajukan bibir bawahnya.

Gantian, Ara yang menghela nafas. "Mama kerja buat kamu, sayang."

"Tapi Papa juga kerja."

"Oke, besok Mama carikan pembantu baru. Tapi jangan di jahili." Ara mengerti, bukan hanya karena tidak ada yang mengurusi rumah. Tapi juga agar Melssa memiliki teman di rumah saat dia bekerja. Dia juga bisa sedikit lega jika seperti itu.

Melssa mengangguk, menampilkan cengiran khasnya. "Ma, aku lapar." Melssa mengusap-usap perutnya dengan wajah memelas.

Ara tertawa, mengusap kepala Melssa sebelum berikan ke dapur. Memasak untuk mengisi perut.

TahtaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang